Thursday, November 27, 2025

2025

Khotbah Minggu I Adven - 30 November 2025

Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025

 

 HENDAKLAH KAMU JUGA SIAP SEDIA (Mat. 24:36-44)

 

 Bacaan lainnya: Yes. 2:1-5; Mzm. 122; Rm. 13:11-14

 

(khotbah Rm.13:8-14 juga dapat ditemukan pada Minggu XIII Setelah Pentakosta)

 

 

 

Pendahuluan

 

Sebagaimana kita ketahui, kalender gerejawi diawali dengan minggu adven selama empat minggu berturut-turut menjelang hari natal. Kata adven (adventus=Latin) berarti kedatangan. Minggu adven sendiri bermakna ganda, yakni minggu perayaan atas kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali pada 2000 tahun yang lalu, dan sekaligus adven merupakan minggu peringatan akan Kedatangan Kristus kedua kalinya (K4) ke dunia. Biasanya pada minggu adven pertama dan kedua, tema khotbah memberikan gambaran kedatangan-Nya yang kedua dengan gambaran eskatalogis, dan minggu adven ketiga dan keempat lebih kepada sambutan sukacita perayaan kelahiran-Nya 2000 tahun lalu, untuk keselamatkan orang berdosa. Kalau dalam peristiwa kedatangan di Betlehem digambarkan Tuhan Yesus datang sebagai Bayi Kudus yang lemah lembut, lahir di kandang domba dengan segala kerendahannya, maka kedatangan Yesus Kristus yang kedua digambarkan penuh dengan kemuliaan sekaligus sebagai akhir dari dunia dengan segala penghukuman dan penggenapan janji bagi yang percaya dan taat kepadaNya.

 

 

 

Bacaan Mat. 24:36-44 dalam minggu pertama adven leksionari tahun A ini memberikan gambaran yang eskatalogis tersebut. Kita memperoleh beberapa pelajaran hidup sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Tentang hari Tuhan (ayat 36-39a)

 

Dalam bacaan yang paralel Luk. 21:25-38 tentang hari dan saat itu (hari Tuhan) ada diberikan tanda-tanda perubahan alam semesta yang mendahului kedatangan-Nya yakni pada matahari, bulan dan bintang-bintang. Gangguan alam juga terjadi pada bumi sebab kuasa-kuasa langit akan goncang, yang disertai dengan deru dan gelora laut serta menimbulkan katakutan pada umat manusia. Dalam kitab Matius 24 ini diberikan gambaran lain, yakni tanda-tanda umum berupa datangnya mesias palsu dan adanya pertentangan antar bangsa (ayat 3-14), kemudian siksaan yang berat (ayat 15-28), serta tanda-tanda alam yang menakjubkan mengiringi kedatangan Tuhan Yesus di atas awan penuh dengan kekuasaan dan kemuliaan (ayat 29-35).

 

 

 

Kalau kita telaah dari seluruh Alkitab, memang ada banyak uraian dan gambaran mengenai tanda-tanda K4 atau disebut dengan akhir zaman atau hari akhir. Meski banyak yang mencoba meramalkan tibanya hari itu dengan beberapa peristiwa alam dan sosial politik sesaat, namun sampai saat ini belum ada yang mampu mengartikan semua nubuatan Alkitab tersebut dengan penuh kepastian. Akan tetapi sangat baik juga kita tidak mengetahui kedatangan Kristus kedua kalinya. Apabila kita mengetahui tanggal atau tahun yang pasti, maka mungkin sikap kita akan berubah banyak, seperti kita akan bermalas-malasan dalam bekerja, memanfaatkan waktu yang tersedia untuk kesenangan diri sendiri, atau kecenderungan berbuat kejahatan dan berpikir tepat pada saat akhir-akhir waktunya kita akan bertobat.

 

 

 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu waktunya. Ia sendiri sebagai Anak dan Utusan Allah tidak mengetahui waktu tersebut. Ini mungkin membingungkan, sebab bagaimana mungkin yang menyebut sama dengan Allah Bapa tidak mengetahuinya? Di sini yang perlu kita lihat adalah adanya kerendahan hati Yesus sebagai manusia (band. Dan. 12:9). Tuhan Yesus merasa perlu mengatakannya sebab tidak ada gunanya juga mengungkapkan nubuatan yang pasti. Yang kita tahu pasti, kemuliaan itu ada pada-Nya maka Ia mengetahui tanggal yang pasti itu (band. Yoh. 17:4-8). Tuhan Yesus memberikan gambaran tanda-tanda agar kita tetap siaga dalam masa penantian ini dan semakin banyak melakukan seturut dengan kehendak-Nya, baik melalui gereja maupun kehidupan di luar gereja. Ini adalah jalan terbaik untuk mempersiapkan kedatangan Kristus dan hari Tuhan itu, yakni ketika semua orang diminta mempertanggungjawabkan kehidupan yang dijalaninya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah mati.

 

 

 

Kedua: Kedatangan Anak Manusia (ayat 39b)

 

Yang perlu kita ingat adalah akan ada masa yang berat bagi isi dunia dan masa itu tidak bersifat lokal, sebagaimana peristiwa tsunami di Aceh pada tahun 2006 atau badai topan Hayan di Filipina baru-baru ini. Mereka yang mencoba menarik itu sebagai nubuatan dan menyerukan agar pengikutnya bersiap-siap dan menyerahkan seluruh hartanya adalah jelas mesias palsu. Ini yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam nubuatan tersebut. Yang penting untuk kita sadari, kedatangan Tuhan itu tiba-tiba dan seketika. Tidak cukup saat-saat yang ada untuk pertobatan dan memohonkan pengampunan. Pilihan hidup yang kita lakukan saat ini merupakan arah dari tujuan akhir hidup kita: neraka atau sorga. Tuhan juga mengetahui pasti kalau sikap kita itu hanya berupa kepura-puraan saja atau kemunafikan yang sejatinya tidak dikehendaki oleh-Nya.

 

 

 

Ada yang mencoba menafsirkan bahwa kedatangan Tuhan melalui tahapan dengan bertakhta di atas awan-awan untuk sementara waktu berdasarkan Mat. 24:30 (band. Mat. 26:64; Mrk. 13:26; 14:62; Why. 1:7). Tuhan Yesus digambarkan seolah-olah datang namun “singgah” sementara dan bertakhta dari awan-awan. Demikian juga penafsiran tentang masa seribu tahun yang kemudian dicoba dikaitkan dengan dengan masa kesengsaraan tribulasi (Mat. 24:21), termasuk adanya periode sebelum (pra-tribulasi), mid-tribulasi dan pasca (post) tribulasi (band. Why. 20:2-7). Adapula penafsiran tentang adanya pengangkatan orang kudus atau gereja yang mendasarkan pada ayat-ayat dalam 1Tes. 4:16-17. Namun saya kira kita tidak perlu memikirkan hal itu atau menjadikan sebuah skenario yang diciptakan manusia. Hal pokoknya adalah: Ia akan datang kembali, dan kedatangan-Nya tiba-tiba bagaikan pencuri malam, ada kejutan dan ketakterdugaan. Jangan sampai kita terlelap tidak tahu apa yang sedang terjadi.

 

 

 

Memang di sini perlu kita cermati ayat yang menjelaskan peristiwa air bah di masa Nabi Nuh yang melenyapkan semua yang berdosa. Ada pesan mendahului dan Nabi Nuh diselamatkan bersama keluarganya (beserta hewan dan tumbuhan), sebab hanya mereka yang berkenan pada Tuhan di masa itu. Mungkin demikian pula digambarkan halnya akan terjadinya K4. Semua orang jauh dari Tuhan dan melupakan pentingnya pertobatan dan pengampunan. Maka ada penafsiran bahwa pada kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya, akan ada orang yang mengetahui atau menerima pesan atau tanda-tanda itu sebagaimana diberikan pada Nabi Nuh, sebelum Tuhan Yesus mengakhiri semua zaman ini. Bagaimana pun itu merupakan kerinduan bagi kita yang percaya dan taat kepada-Nya, sehingga kita lebih baik lagi dalam melakukan tugas dan panggilan yang diberikan kepada kita dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menjadi berkat dan pertolongan bagi orang lain. Nabi Nuh tidak menerima tanggal yang pasti datangnya air bah itu, tapi ia bertekun mempersiapkan bahtera dan tetap mengumandangkan pertobatan bagi semua orang.

 

 

 

Ketiga: Seseorang dibawa dan yang lain ditinggalkan (ayat 40-41)

 

Hal yang dimaksud Tuhan Yesus dalam memberikan tanda-tanda bukanlah bertujuan berspekulasi untuk kepentingan diri sendiri, melainkan agar kita selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Memang ada yang mengatakan bahwa sorga adalah tujuan hidup manusia yang ditafsirkan sebagai akhir dunia, tetapi itu bukanlah semata-mata tujuan hidup kita, apalagi dengan mengasingkan diri atau melakukan askese (pertapaan). Kita juga tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir dan menikmatinya. Kita harus bekerja di dunia ini dan terus berkarya hingga ajal datang menjemput kita, atau bilamana secara tidak terduga Kristus hadir untuk menjemput kita orang-orang percaya maka kita tetaplah orang yang siap dan waspada.

 

 

 

Tuhan Yesus juga mengingatkan bahwa tujuan sorga itu tidak bisa didasarkan pada kelompok atau ikatan dunia dalam bentuk keluarga, kerabat atau kelompok bangsa. Memang ada pemikiran pada bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa yang terpilih sehingga ada sikap arogansi keterpilihan itu. Namun melalui ayat yang kita baca, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa keselamatan itu bersifat individu, pribadi lepas pribadi, sesuai dengan iman dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya. Seseorang diselamatkan bukan karena ia keturunan raja atau pejabat, bukan karena suku bangsa, bukan pula karena memiliki harta banyak dan telah menyumbangkan banyak bagi banyak orang, melainkan keselamatan didasarkan pada iman kepada Tuhan Yesus dan iman itu berbuah pada ketaatan dan perbuatan yang menyenangkan hati-Nya.

 

 

 

Keistimewaan Israel sebagai bangsa sudah tidak berlaku lagi sepanjang mereka tidak taat, dan demikian juga keistimewaan orang beriman juga tidak menjadi prioritas apabila dalam kehidupannya segala perbuatan dan tindakannya jauh dari imannya. Firman Tuhan berkata, banyak orang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih. Kita yang keluar dari kegelapan kepada terang menjadi bagian dari bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani, hanya terjadi apabila kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1Pet. 2:9). Meskipun kebersamaan kita di dunia ini ada di dalam ikatan keluarga yang kuat atau emosional yang tinggi, semua itu tidak ada artinya, sebab Tuhan akan membawa mereka yang taat, setia dan berbuah, dan akan meninggalkan mereka yang lupa akan panggilan keberadaannya di dunia ini. Apakah kebersamaan itu di ladang, di batu kilangan, bahkan di tempat tidur (sebagai suami istri), maka itu tidak berarti apa-apa.

 

 

 

Keempat: Berjaga-jagalah dan siap sedia (ayat 42-44)

 

Tawaran dunia ini memang bisa membuat kita lupa dan lalai dalam menghayati panggilan hidup di dunia ini. Banyak orang akhirnya tidak siap sedia menghadapi akhir zaman yang dalam pengertian sempit ketika hidup kita selesai dan dipanggil Tuhan menghadap-Nya melalui kematian, maupun dalam pengertian luas yakni K4. Dunia memang menawarkan kenikmatan jasmani dan kesenangan hati yang bersifat sesaat sehingga kita bisa tidak sadar terus menerus masuk dalam jeratan itu, melupakan Tuhan dan sesama manusia yang membutuhkan pertolongan kita. Kita hanya sibuk dengan urusan makan dan minum, kawin atau mengawinkan, dan membuat semua menjadi ajang meninggikan diri kita sendiri dan melupakan Dia yang memberi semuanya kepada kita.

 

 

 

Tuhan Yesus kembali tidak hanya untuk orang percaya saja, melainkan kepada seluruh umat manusia. Ia akan datang memperlihatkan kemuliaan yang Allah berikan kepada-Nya dan menjadi hakim atas bangsa-bangsa. Kita akan mengetahui dan memahami bagaimana semua yang terjadi di dunia ini dengan banyaknya misteri berupa ragamnya suku bangsa, keberadaan dan perpecahan bangsa-bangsa, kaya miskin, yang sakit dan sehat, adanya nabi-nabi dan agama serta kepercayaan, maka kebenaran yang hakiki akan disampaikan kepada kita yang taat dan percaya kepada-Nya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada saat ini tidak harus membuat kita apatis, apalagi menjauh dari sikap percaya kepada Yesus Tuhan yang menjadi manusia 2000 tahun yang lalu. Kembalinya Yesus ke dunia adalah kemenangan bagi kita orang percaya. Dunia ini pasti menuju suatu titik akhir yakni kemusnahan dalam menyongsong bumi baru dan langit baru yang dijanjikan-Nya. Ia akan datang untuk mengumpulkan orang-orang yang percaya dan dikasihi-Nya.

 

 

 

Nasihat Tuhan Yesus ini sangat penting bagi kita di tengah-tengah persiapan sukacita kita dalam menyongsong natal dan tahun baru yang tiba sebentar lagi. Musim pesta akan hadir dan semua orang bersuka cita dengan perayaan yang menghabiskan daya dan dana yang besar. Atau mungkin saat ini kita sedang diterpa oleh pergumulan yang berat dan membuat kita menjauh dari Tuhan. Semua itu merupakan pilihan hidup yang harus kita lakoni dalam menyongsong pengadilan yang akan terjadi. Pertanyaannya adalah: Apakah kita sudah siap seandainya Ia datang? Pilihan yang aman dan pasti adalah tetaplah taat setia kepada-Nya serta tabah dan berbuah bagi banyak orang untuk meninggikan Dia. Alangkah bahagianya ketika Yesus datang, kita sudah bertobat dan menjadi manusia baru serta sigap melakukan tugas pelayanan yang disampaikan. Sikap berjaga-jaga merupakan ekspresi iman, penguasaan diri, dan merupakan pengharapan yang kuat bagi Dia.

 

 

 

Penutup

 

Minggu adven datang membawa pesan agar di samping sukacita perayaan memperingati lahirnya Sang Juruselamat ke dunia ini, sekaligus juga mengingatkan bahwa kedatangan-Nya kedua kali merupakan hari Tuhan dengan segala kuasa dan kemuliaan yang menyertai-Nya.  Kita diminta membaca tanda-tanda alam dan zaman yang memperlihatkan Tuhan Yesus pasti datang kembali yang merupakan penggenapan janji-Nya. Sebagai orang percaya yang diminta taat kepada firmanNya maka kita perlu untuk siap sedia dan berjaga-jaga sehingga kita luput dari penghakiman dan masuk ke dalam sorga yang akan digenapkan-Nya. Kita rindu sebagai orang percaya mengetahui Tuhan akan datang untuk menjemput beserta dengan orang-orang yang kita kasihi, bukan hanya diri kita sendiri, melainkan banyak orang sebagai buah dari pemberitaan kita melalui kesaksian dan perbuatan, dan Tuhan kita yang Maha baik itu akan menyambut: "Berbahagialah engkau, hai hamba yang setia". Siap sedialah dan berjaga-jagalah, sebab waktu-Nya tidak kamu tahu.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (2) Minggu I Adven - 30 November 2025

Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025 (Opsi 2)

 

 JALAN DI KEGELAPAN (Yes. 2:1-5)

 

Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem (Yes. 2:3b)

 

 Salam dalam kasih Kristus.

 

 

 

Dalam buku Jhon S. Feinberg Masih Relevankah PL di Era PB, salah satu penulisnya mengatakan bahwa Alkitab paling baik dipahami dalam lingkup gereja. Sisi lainnya, Yesus Kristus adalah puncak kebenaran rohani (Ibr. 1:1-3). Ia adalah sarana menuju kesatuan dengan Allah. Sebagai Tuhan, Dia juga merupakan tujuan kita. Amin.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu I Adven ini, diambil dari kitab Yes. 2:1-5. Judul perikopnya: Sion sebagai pusat kerajaan damai. Ini adalah nubuatan Yesaya tentang datangnya Mesias, puncak pengharapan umat Yahudi. Pada saat kedatangan-Nya, “rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana. Dan banyak suku bangsa akan datang” (ay. 2-3a).

 

 

 

Gambaran ini berbeda dalam Perjanjian Baru. Mesias itu telah datang, yakni Yesus Kristus. Rumah Tuhan bukan lagi berupa bangunan menjulang megah di gunung, tetapi berada di dalam hati setiap orang percaya, tempat Roh Kudus bersemayam dan memimpin hidup orang percaya. “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor. 3:16).

 

 

 

Demikian juga rumah Tuhan atau gereja, selain dalam pengertian fisik bangunan, gereja juga merupakan organisme hidup, kumpulan orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar (Ef. 5:8; Kol. 1:13; 1Pet. 2:9).

 

 

 

Pada bagian lain buku Feinberg di atas yang ditulis oleh Willem Van Gemeren dengan mengutip Ursinus, disebutkan adanya perbedaan PL dan PB. Beberapa diantaranya adalah, ibadah dalam PL bersifat seremoni, sementara PB ibadahnya bersifat rohani. Kasih karunia yang diberikan kepada umat, dalam PL itu mendahului kedatangan Mesias, tetapi dalam PB kasih karunia yang diberikan DEMI Mesias. Selain itu, pencurahan Roh Kudus dalam PL bersifat terbatas termasuk waktunya, sementara dalam PB pencurahan Roh Kudus bersifat penuh dan selamanya. Dialah yang mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya (ay. 3).

 

 

 

Namun selain ada perbedaan, ada banyak kesamaan PL dan PB yang digambarkan Van Gemeren, beberapa diantaranya adalah adanya pengampunan, ada kehidupan kekal, ada iman, dan keduanya meminta tuntutan kepatuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam nas minggu ini, kesamaan lainnya yakni Mesias akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa, dan ajaran-Nya lebih kepada damai dan bukan perang (ay. 4, band. Mat. 25:31-46; Yoh. 5:22).

 

 

 

Poin terakhir paling penting, kesamaan PL dan PB adalah umat diminta berjalan di dalam terang TUHAN! (ay. 5). Jalan terang inilah yang dibawa Tuhan Yesus, Sang Mesias yang kita akan sambut dan rayakan nanti. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12).

 

 

 

Jalan terang dan damai yang dibawa Tuhan Yesus, bukan mengajak orang memakai pedang, melainkan pedang diubah menjadi mata bajak untuk berproduksi (ay. 4). Jalan terang menyingkirkan permusuhan, menghalau rasa benci dan dendam hilang kendali, tetapi menawarkan kasih sayang dan damai sejahtera. “Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan” (Luk. 11:35). Itulah jalan terang yang diminta kita terus lalui, bukan jalan di kegelapan.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 23 November 2025

Kabar dari Bukit

 

 RAJA YANG MENYELAMATKAN (Luk. 23:33-43)

 

 "Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah" (Luk. 23:41)

 

 

 

Ada beberapa raja era masa kini yang kita kenal dan cukup populer. Raja Thailand, misalnya, adalah raja terkaya di dunia. Raja/Sultan Brunei memiliki 7.000 lebih mobil mewah dan mungkin kita bertanya di hati, bagaimana memilihnya saat ingin memakai. Raja-raja di Afrika masih ada yang memiliki istri banyak; bahkan masih ada yang dianggap kejam dan otoriter, seperti di negara Eswatini. Tetapi ada juga raja yang berupa simbol menjaga tradisi, seperti Inggris, Belanda, Jepang, dan lainnya. Raja-raja ini memiliki wilayah tertentu dan kekuasaannya hanya terbatas.

 

 

 

Minggu ini adalah Minggu Kristus Raja, minggu terakhir pada kalender gereja. Minggu depan kita memulai lagi dengan masa adven. Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Luk. 23:33-43. Judul perikopnya: Yesus disalibkan; kisah penyaliban Yesus yang ditulis di semua surat Injil (Mat. 27:33-44; Mrk. 15:22-32; Yoh. 19:17-24). Pada nas ini diperlihatkan Yesus mengalami hal yang sangat menyakitkan - selain didera, yakni dicemoh para prajurit dengan mengatakan: "Jika Engkau adalah raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” (Ay. 37). Tetapi bagi kita orang percaya, Yesus adalah Raja, yang memberikan panduan dalam menjalani hidup ini yakni Alkitab. Yesus adalah Raja jika Dia yang memerintah dan berkuasa dalam hidup kita. "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yoh. 14:15).

 

 

 

Yesus sebagai Raja memang berbeda dengan raja-raja yang kita kenal di dunia ini. Dia adalah “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.” Selain Dia Raja satu-satunya di dunia ini yang lahir tidak dari benih laki-laki dan melakukan mukjizat terbanyak, ada hal lain yang kita dapat pelajari dari nas minggu ini. Pertama, Dia adalah Raja yang penuh kasih dan pengampunan. Meski dicerca dan diperolok-olok, Yesus dengan penuh kasih berkata kepada Bapa di sorga: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (ay. 34). Oleh karena itu bagi kita pun, yang kadang terjatuh ke dalam dosa akibat iblis, dunia atau kedagingan, pintu pengampunan selalu terbuka.

 

 

 

Kedua, Kristus adalah Raja bukan hanya di dunia ini melainkan juga di sorga. Namun Dia Raja bukan pada kerajaan fisik tetapi rohani. Dengan percaya maka kita memiliki identitas warga kerajaan sorgawi (Flp. 3:20). Kerajaan Kristus tidak terbatas pada wilayah atau suku bangsa, melainkan seluruh dunia dan alam semesta. Dia adalah Raja yang mati tersalib demi menyelamatkan kita orang berdosa yang percaya dan setia. Dia siap memberkati kita sepanjang kita mau menjadi berkat.

 

 

 

Ketiga, Yesus sebagai Raja berdaulat membuka pintu sorga bagi orang yang bertobat dan berkenan kepada-Nya. Kita ikut masuk ke dalam kekekalan bukan karena perbuatan baik, melainkan hanya oleh iman dan anugerah-Nya (Ef. 2:8-9). Ini diperlihatkan saat satu penjahat di sebelahnya berkata, "Ingatlah aku...", lantas sorga terbuka baginya dengan Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (ay. 43).

 

 

 

Terakhir, penawaran keselamatan dari Kristus Raja, kini tergantung kepada kita. Ada dua tipikal manusia seperti penjahat dalam nas ini yang meresponnya. Yang pertama bersikap menolak, merendahkan dan menghina; penjahat kedua menyadari dosanya lantas merendahkan dirinya dan memohon belas kasihan. Maka kita pun hendaklah seperti dia, menyadari ketidakmampuan kita dalam melawan iblis dan keinginan dunia serta mengaku: Yesus adalah Rajaku yang dapat melepaskanku dari belenggu dosa.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah (3) Minggu I Adven - 30 November 2025

Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025 (Opsi 3)

 

 KASIH DAN SENJATA TERANG (Rm. 13:11-14)

 

Kita masuk ke dalam Minggu Adven, minggu penantian dan pengharapan. Firman Tuhan bagi kita sesuai leksionari dari Rm. 13:11-14, dengan judul perikop: "Kasih adalah kegenapan hukum Taurat." Ayat 6-10 sebelumnya merupakan pengantar peralihan tema dari "takluk kepada pemerintah" ke tema "kasih". Ketaatan pada pemerintah, seperti pembayaran pajak merupakan kewajiban berkala dan perlu diselesaikan, sebagaimana kasih merupakan kewajiban yang tak habis-habisnya. Cara orang Kristen menghadapi tanggung jawabnya terhadap pemerintah, sikapnya terhadap sesama, dan perilaku dalam kehidupan pribadinya merupakan hal yang sangat penting, dan kita tidak boleh menunda-nunda atau berhutang apapun juga.

 

 

 

Rasul Paulus dalam ayat 11-12a menekankan pentingnya kasih (kepada Allah dan sesama) diwujudkan segera dan saat ini!! Perbuatan kasih sekarang, bukan nanti. Konsepnya bukan time is money tetapi time is love. Setiap kesempatan yang ada manfaatkan untuk menyatakan kasih, sekecil apa pun itu wujudnya, seperti pemberian senyum dan sopan bagi semua orang yang kita hadapi. Berdoa dan menyapa-Nya dengan membaca firman dan renungan. Segala keengganan dan kelesuan harus dibuang, apalagi kesombongan. Jangan malas yang menjadi sumber kebodohan.

 

 

 

Rasul Paulus mengatakan dengan waktu yang sempit jangan terlena dan terlelap, melainkan harus bangun dan sigap. Waktu yang sempit dikaitkan dengan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Meski Tuhan Yesus tidak datang saat Paulus dan sesudahnya, bukan berarti firman-Nya tidak benar. Kita melihatnya dari dua sisi: pertama, Paulus merindukan secara pribadi kedatangan Yesus kembali dan ingin melihat Tuhannya itu kembali saat ia masih hidup. Itu juga harus menjadi sikap kita. Setiap orang Kristen harus bersikap sebagaimana Doa Bapa Kami: “Datanglah kerajaan-Mu” dan “Jadilah kehendak-Mu”. Faktor kedua, Rasul Paulus dalam nas ini mengambil istilah "malam" yang berarti masa saat itu adalah masa yang sangat jahat; semakin banyak orang melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Hal itu sangat mengganggu hatinya dan berharap secepatnya berlalu.

 

 

 

Hal yang cukup menarik dari nas ini adalah kasih dihubungkan dengan perbuatan kegelapan. Kita bisa heran dengan daftar yang dibuat oleh Rasul Paulus, yakni perselisihan dan kecemburuan disejajarkan dengan dosa-dosa yang nyata-nyata berat, seperti pesta pora, mabuk, dan kemerosotan moral seksual. Hal ini tidak mengherankan, sebagaimana Tuhan Yesus dalam khotbah-Nya di bukit, sikap dan perbuatan sama pentingnya dan sama baik-buruknya. Kecendrungan yang membuat seseorang jatuh lebih dalam, lebih baik dicegah dan mematikan sumbernya. Cungkilah matamu atau potonglah tanganmu, bila itu sumbernya (Mat. 5:29-30). Kasih membuat seseorang tetap dalam terang dan berjalan di dalam kekudusan serta kekudusannya di bagian luar sama dengan di dalam (hatinya).

 

 

 

Ayat penutup nas kita mengatakan agar Tuhan Yesus Kristus dikenakan sebagai perlengkapan senjata terang (ayat 12b-14). Kehidupan di dunia dalam melawan kegelapan bukanlah hal yang mudah. Kelemahan tubuh dan daging dan kemampuan iblis menggoda, membuat setiap manusia mudah terjerat dan tidak lepas dari kegelapan. Kita memerlukan senjata-senjata agar tidak terperosok (lagi) ke dalam dunia kegelapan itu.  Menggunakan Kristus sebagai perlengkapan senjata terang berarti mengingat dan komitmen kita saat dipersatukan dengan Kristus melalui baptisan dan saat sidi. "Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus" (Gal. 3:27). Kedua, kita bertekun di dalam pengetahuan dan pemahaman firman. Firman bukanlah semata-mata kata-kata, melainkan memiliki kuasa untuk merubah hidup kita. Ketiga, kuasa Roh Kudus yang kita miliki melalui pengakuan iman dan baptisan serta di dalam firman yang hidup, kita berusaha terus menerus meneladani Yesus Kristus di dalam kualitas kehidupan kita di dunia ini: di dalam kasih, kerendahan hati, kebenaran dan pelayanan. Artinya, kita berusaha melakukan peran (role-play) yang sama seperti yang dilakukan oleh Kristus dahulu pada situasi kita saat ini (Ef 4:24-32; Kol 3:10-17). Jadi dengarkan firman-Nya, dan just do it, ... now!!! Sungguh Allah sangat senang.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

  

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu XXIV Minggu Kristus Raja - 23 November 2025

Khotbah Minggu 23 November 2025 - Minggu XXIV Minggu Kristus Raja

 

 IA MENUMBUHKAN TANDUK KESELAMATAN BAGI KITA (Luk. 1:68-79)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yer. 23:1-6; Mzm. 46; Kol. 1:11-20

 

 

Pengantar

 

Zakharia, seorang imam Yahudi, menerima pesan akan kedatangan Allah ke bumi, sama seperti yang dialami oleh Maria dan Yusuf, orangtua duniawi Tuhan Yesus. Zakharia bersama istrinya Hana dikenal sebagai orang yang baik dan suci, sehingga mereka layak untuk menerima pesan penting itu. Namun, hingga di usia tuanya mereka tidak memiliki anak, dan bagi orang Yahudi ini merupakan sebuah aib sebab dianggap keluarga atau hamba Tuhan yang tidak diberkati. Akan tetapi Allah tidak pernah diam mendengar doa yang disayangi-Nya. Dari pengalaman Zakharia yang dipilih Tuhan untuk memperoleh berkat khusus itu, kita mendapatkan pelajaran hidup sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Nyanyian pujian sukacita Zakharia (ayat 68)

 

Zakharia dan Hana terus berdoa pada Tuhan agar diberikan anak, sehingga aib itu hilang. Mereka juga merindukan agar Mesias yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama itu datang ketika mereka masih hidup. Doanya itu didengar dan dijawab ketika suatu saat ia ditunjuk sebagai imam yang masuk ke dalam Ruang Maha Kudus, mempersembahkan pembakaran ukupan kepada Allah mewakili jemaah. Ia sangat terkejut ketika tiba-tiba muncul malaikat yang menyampaikan berita akan lahirnya Juruselamat yang akan didahului oleh kelahiran putranya.

 

 

 

Itu sungguh sesuatu yang sulit diterima pikirannya. Umurnya yang lanjut mengalahkan janji Allah yang membuat ia ragu. Akibatnya, Allah menghukumnya dengan membuat dia bisu hingga janji Allah itu menjadi kenyataan. Allah terus melakukan hal besar bagi setiap orang yang setia dan berkenan kepada-Nya. Kelemahan fisik tidak menjadi hambatan bagi Allah. Sama seperti Abraham dan Sarah (Kej. 17:17; 18:12), Musa (Kel. 3:10-15), yang pernah meragukan janji Allah akan kelahiran anak di usia tua. Akan tetapi Allah kadang dengan cara yang tidak terduga memenuhi janji-Nya. Keraguan pada rencana dan kebaikan Allah kadang membuat Allah dapat menghukum, namun hukuman itu adalah agar kita lebih taat dan percaya kepada-Nya.

 

 

 

Seperti halnya Zakharia, kita hamba-hamba dan anak-anak-Nya melewati pelayanan demi pelayanan. Zakaria dibentuk Allah menjadi teladan bagi kita yang mungkin meragukan Allah dan mulai tidak taat dan sepenuh hati. Kita mendapatkan pengharapan melalui kisah Zakaria. Doa dan pengharapan Zakharia ternyata dikabulkan. Nyanyian himne Zakharia ini adalah pujian sukacita darinya akan kenyataan berkat yang diterimanya dan setelah ia bebas dari kebisuannya. Nyanyian himne ini diperuntukkan bagi Tuhannya, bagi bangsa Israel dan bagi kita semua. Berita keselamatan itu diberikan kepada Zakharia imam yang taat dan setia. Mari kita tetap setia dan terus melayani Dia, sebab kuasa-Nya melebihi akal pikiran kita untuk menggenapi segala pengharapan dan pergumulan kita.

 

 

 

Kedua: tanduk keselamatan dari keturunan Daud (ayat 69-71)

 

Di tengah-tengah kegelutan hidup di bawah pemerintahan Romawi, ada dua pemikiran tentang kedatangan Mesias bagi umat Israel. Pertama, yang akan datang adalah nabi Elia kepada mereka menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat (Mal. 4:5); dan kedua, merupakan pemenuhan janji Tuhan untuk pembebasan dan keselamatan yang diberikan melalui keturunan Daud. Tapi yang didengar oleh Zakharia melalui malaikat yakni Mesias yang akan datang itu merupakan tanduk keselamatan bagi bangsa Israel dari keturunan Daud, hamba-Nya itu, untuk melepaskan mereka dari kekuatan-kekuatan musuh dan dari dari orang-orang yang membenci mereka (silsilah Yesus sebagai keturunan Daud, lihat Mat. 1:1-17).

 

 

 

Malaikat menyampaikan pesan kepada Zakharia bahwa anaknya itu nanti akan menjadi pembuka jalan bagi Juruselamat yang akan datang. Maka ia mengalami dua sukacita di usia tuanya, yakni ia memperoleh anak yang didambakannya, dan Mesias yang ditunggu-tunggunya ketika ia masih hidup kini akan datang. Ini adalah jawaban doa panjangnya dan membuktikan Allah tidak pernah melupakan umat kesayangan-Nya. Kelahiran Yohanes menjadi pertanda awal, bahwa Allah akan menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya. Putra Zakharia yakni Yohanes nabi Allah yang Mahatinggi itu akan menjadi nabi Allah yang bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan menjadi manusia.

 

 

 

Memang kalau dilihat dari keberadaan manusia yang lemah dan terus berbuat dosa, rasanya hal yang mustahil Allah datang melawat untuk membebaskan dan menyelamatkan. Akan tetapi kasih-Nya melampaui semua dosa dan kesalahan manusia, dan karya penyelamatan-Nya menjadi nyata ketika keturunan Daud turun ke dunia melalui Tuhan Yesus. Zakharia memakai istilah tanduk keselamatan sebagai lambang kekuatan, sama seperti dituliskan dalam kitab Perjanjian Lama (Mzm. 18:13; 75:5; 89:18; 92:11; Ul. 33:17; Zak. 2:4). Maka dalam hal ini Allah tidak sekedar melawat umat Israel, melainkan memberikan Juruselamat yang kuat untuk membebaskan mereka dari kegentingan hidup. Mereka tidak terpikir bahwa kali ini Allah melawat untuk menghukum (band. Luk. 7:16; 1Pet. 2:12), melainkan lebih kepada pemenuhan janji kebebasan dan keselamatan. Inilah yang menjadi himne syukur Zakharia.

 

 

 

Ketiga: perjanjian-Nya yang kudus (ayat 72-75)

 

Alkitab menuliskan bahwa Allah memberikan janji-janji kepada manusia. Allah berjanji kepada Hawa bahwa keturunan perempuan itu yang akan meremukkan iblis, dan janji itu dipenuhi. Allah berjanji kepada nabi Nuh bahwa Allah tidak akan menghukum manusia dengan air bah, dan itu menjadi kenyataan hingga kini. Allah berjanji kepada Abraham menjadi berkat bagi banyak orang melalui dia (Kej. 12:3) dan terbukti begitu besar keturunannya baik secara fisik maupun rohani. Allah juga berjanji kepada Musa untuk mengembalikan mereka ke tanah perjanjian tanah Kanaan, dan itu terwujud kemudian. Allah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya yang akan menjadi penyelamat bangsa-bangsa, dan itulah yang diwujudkan-Nya saat ini.

 

 

 

Memang disini keterbatasan pemahaman Zakaria sebagai orang Yahudi. Ia juga masih berpikir dan berpengharapan bahwa Mesias yang datang itu adalah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Mereka berpikir yang datang itu dari keturunan Daud agar kekuatan bangsa Yehuda sama seperti masa-masa jayanya Raja Daud. Akan tetapi karya penyelamatan Allah melalui keturunan Daud tidak dapat lagi dibatasi hanya kepada umat Israel. Keturunan Daud yang datang itu tidak berbicara pembebasan fisik dan berkat jasmani, melainkan kepada pembebasan jiwa. Mesias yang datang itu tidak untuk membangun kerajaan Yehuda dan Israel saja, melainkan kerajaan rohani yang melewati batasan-batasan suku-suku dan bangsa-bangsa.

 

 

 

Janji Allah adalah janji yang kudus. Bahkan demikian seriusnya janji Allah sehingga Ia menekankan kata sumpah dalam janji-nya (band. Ibr. 6:13). Kesetiaan Allah terhadap perjanjian membuat kita harus percaya kepada-Nya. Namun Ia juga meminta kita setia dengan perjanjian itu, sehingga apa yang ada dalam perjanjian kita sengan Allah akan menjadi kenyataan. Kini pertanyaannya, apa janji yang kita harapkan dari Allah secara spesifik dalam kehidupan kita, dalam pengharapan kita, dalam pergumulan kita? Allah senang kita berjanji untuk memperoleh yang kita harapkan. Tapi tetaplah setia sampai semua janji itu digenapkan-Nya.

 

 

 

Keempat: pengampunan dan surya di dalam kegelapan (ayat 76-79)

 

Seperti dikatakan di atas pada zaman itu ada banyak pemahaman tentang kedatangan Mesias berupa lawatan Allah. Orang Yahudi berpikir bahwa ketika Allah datang maka yang terjadi adalah penghakiman dan penghukuman. Bagi mereka Allah adalah hakim dan penuntut. Sementara bagi orang Yunani, Allah adalah Kuasa di tempat Mahatinggi, penuh dengan kemegahan, yang hanya mengawasi tindak tanduk manusia dan tidak berinteraksi langsung dengan mereka. Tapi ternyata Allah melalui Tuhan Yesus datang bukan seperti itu. Dia datang untuk memberi pengampunan.

 

 

 

Yohanes anak Zakharia sebagai pembuka jalan diminta memberikan pemberitaan pertobatan dari dosa-dosa mereka. Tugas Yohanes memberikan pemahaman akan kelepasan dari kegelapan melalui pertobatan dan pengampunan dosa. Pengampunan dalam hal ini bukan konsep pengurangan hukuman atau petunjuk baru untuk mendapatkan pengurangan hukuman itu, misalnya dengan perbuatan baik atau menambah persembahan hewan sebagaimana mereka fahami. Jalan pertobatan yang diberikan adalah jalan damai sejahtera sebagai pilihan. Jalan ini bukan menuju kepada jalan ke keselamatan, melainkan jalan keselamatan yang sudah pasti, dan kita dapat menikmatinya dalam proses kehidupan yang dijalani.

 

 

 

Zakharia menyebut Surya pagi, dimaksudkannya sebagai terang ibarat terbitnya matahari di ufuk timur dari tempat tinggi, yang akan menyinari mereka keluar dari kegelapan (band. Mal. 4:2). Surya pagi yang juga dimaksudkan sebagai Mesias (Mal. 3:18; Yes. 60:1) yang akan menuntun kehidupan mereka berdamai dan dekat dengan Allah, sehingga bebas dari belenggu ketakutan, termasuk ketakutan pada kematian. Terang yang akan datang membuka keterasingan manusia untuk menjadi bersahabat dengan Allah. Dia yang semula ditakuti karena penghukuman-Nya kini menjadi Allah yang penuh kasih dan sama dengan manusia. Lawatan Allah ini yang harus disambut dengan pertobatan sejati dan beribadah kepada-Nya tanpa rasa takut (1Yoh. 4:18). Itulah Surya pagi yang merupakan rahmat anugerah bagi kita yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya bagi Allah, sama seperti Zakharia. Dan ini juga yang dikatakan oleh Maleakhi, "Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah" (Mal. 4:6).

 

 

Penutup

 

Nyanyian Zakaria adalah sanjungan atas perbuatan Allah bagi dirinya. Ia melihat betapa baiknya Allah di dalam kehidupannya, dengan mengabulkan dua doa besarnya. Allah telah memilih dia sebagai ayah seorang nabi pembuka jalan bagi Mesias yang akan datang. Semua itu karena kesetiaannya. Janji Allah itu juga digenapkan bahwa Mesias yang datang itu dari keturunan Daud, tanduk keselamatan yang kokoh seperti raja Daud. Namun jalan yang dibuka bukan kerajaan dunia berupa fisik, melainkan kerajaan rohani melalui pertobatan dan keselamatan sorgawi. Inilah Surya damai itu bagi kita semua, pengharapan Zakharia yang menjadi pengharapan kita semua. Tetaplah teguh dan setia seperti Zakharia dan kita akan menerima janji-janji-Nya yang kudus dalam kehidupan kita sehingga mampu membuat nyanyian sukacita seperti Zakharia.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 40 guests and no members online

Statistik Pengunjung

13084707
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
5655
3944
17679
13041721
114562
136103
13084707

IP Anda: 216.73.216.51
2025-11-27 18:42

Login Form