Tuesday, May 07, 2024

Khotbah Minggu 23 Nopember 2014

Khotbah Minggu 23 Nopember 2014

 

Minggu XXIV Setelah Pentakosta – Minggu Kristus Raja

 

KEKUASAAN DAN KEMULIAAN KRISTUS

(Ef 1:15-23)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yeh 34:11-16, 20-24; Mzm 100 atau Mzm 95:1-7a; Mat 25:31-46

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> klik Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas Ef 1:15-23 selengkapnya dengan judul: Doa untuk pengertian kemuliaan Kristus

 

1:15 Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, 1:16 aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat kamu dalam doaku, 1:17 dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. 1:18 Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, 1:19 dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, 1:20 yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, 1:21 jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan juga di dunia yang akan datang. 1:22 Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. 1:23 Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

 

-------------------------------

 

Pendahuluan

Minggu ini adalah minggu terakhir dalam kalender gerejawi yang disebut sebagai Minggu Kristus Raja sebelum masuk ke minggu-minggu adven. Gambaran akan akhir dunia telah diberikan beberapa kali pada minggu-minggu lalu dan demikian pula nanti pada minggu adven pertama dan kedua sebelum masuk pada pengharapan yang ada dengan lahirnya Yesus ke dunia. Pada minggu ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Panggilan itu datang dari Kristus Raja yang telah duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya. Melalui bacaan minggu Kristus Raja ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu akan membantu informasi tentang dia, akan tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesuangguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya adalah sebuah buku yang terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua akan tercatat dan dapat dinilai orang lain (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka akan isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang terlihat dan tertulis di sana, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

 

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam dukungan mereka bagi orang-orang kudus, dalam hal ini mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini jelas pengenalan dan kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat di Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan dengan pengenalan melalui berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

 

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan ilahi dari-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar akan Yesus pasti merubah hidup kita selamanya.

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

Doa Rasul Paulus yang kedua bagi jemaat Efesus adalah agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan yang diberikan dalam sebuah panggilan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita adalah baik, melainkan itu suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak akan mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor 4:6; Ibr 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup dengan penuh semangat dan daya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm 8:23; Ef 4:4; Kol 1:5; 1Tes 1:3; 1Pet 3:15).

 

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kekayaan kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp 1:9; Kol 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji akan masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya dalam damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm 5:5; 2Kor 1:22; Gal 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor 2:9).

 

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut akan kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah milik dan ciptaan Allah yang merupakan bagian alam semesta. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang telah dikerjakan dalam membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga akan diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut akan hal itu sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni dalam kekekalan tadi (band. 1Pet 1:5). Kuasa Allah yang terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah   mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" yang melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah dalam menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini juga merupakan penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm 110:1). Dalam Mzm 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk 24:49 dan Ams 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian ini berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan sekaligus tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator atau sebuah bangsa, atau kematian dan bahkan setan itu sendiri. Kekuasaa Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kita sebuat semua nama, maka tiada yang abadi. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp 2:9,10).

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti akan berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Ini sudah merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian ini telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia itu mudah mengalahkan keinginan daging, namun begitu menghadapi hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos 1:7).

 

Dalam Mzm 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat 22:44; 1Kor 15:25-27; Ibr 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah akan menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi di dunia ini.

 

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa yang diberikan pada Kristus adalah sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh 3:16; 1Kor 12:13). Dalam keseharian kumpulan orang ini yang disebut dengan jemaat atau gereja-gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistim, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor 11:3; Ef 4:15; 5:23; Kol 1:18; 2:10). Tubuh tidak akan berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh 1:16;  1Kor 12:11; Ef 3:19; 4:10). Dengan pemberian itu yakni kepenuhan Dia yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus adalah Raja yang kita peringati dan teguhkan minggu ini.

 

Penutup

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur sebab dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus yang tersedia bagi setiap orang percaya. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah sebab Ia duduk di sebelah kanan Allah, yakni tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan kekekalan yang akan datang. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci yang terkait didahului kata humor atau joke).

 

Khotbah Minggu 16 Nopember 2014

Khotbah Minggu 16 Nopember 2014

 

Minggu XXIII Setelah Pentakosta

 

BERJAGA-JAGA UNTUK HARI TUHAN

(1Tes 5:1-11)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Hak 4:1-7 atau Zef 1:7, 12-18; Mzm 123 atau Mzm 90:1-8, 9-11, 12; Mat 25:14-30

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

Daftar selengkapnya khotbah untuk tahun 2014 dan tahun berikutnya dapat dilihat di website ini -> klik Pembinaan -> Teologi

 

Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nas pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.

 

Nas 1Tes 5:1-11 selengkapnya dengan judul: Berjaga-jaga

 

5:1 Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, 5:2 karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. 5:3 Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman -- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan luput. 5:4 Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, 5:5 karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. 5:6 Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. 5:7 Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. 5:8 Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. 5:9 Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, 5:10 yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. 5:11 Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.

 

----------------------------

 

Pendahuluan

Dalam bagian sebelumnya Rasul Paulus menceritakan bagaimana Tuhan Yesus akan datang untuk memenuhi janji-Nya dengan cara turun di atas awan-awan dan mengangkat orang percaya untuk menyambut-Nya. Kedatangan-Nya kembali ke dunia ini sekaligus mengakhiri perjalanan bumi sekarang ini untuk membangun langit baru dan bumi baru seturut dengan kerajaan-Nya yang baru yang penuh damai sejahtera. Untuk itu Tuhan Yesus datang sekaligus untuk menghukum mereka yang belum bertobat dan tidak menerima Dia sebagai Juruselamat hidupnya. Penghakiman terakhir di hari Tuhan ini jelas merupakan sesuatu yang mendadak sehingga orang percaya sekalipun akan terkejut dan terkesima dengan peristiwa yang terjadi. Bacaan kita minggu ini berisikan respon dan persiapan yang kita butuhkan untuk menyongsong hari Tuhan tersebut dengan pengajaran sebagai berikut:

 

Petama: Hari Tuhan seperti pencuri malam (1-3)

Usaha untuk menentukan tanggal pasti kembalinya Kristus adalah sesuatu yang bodoh dan sia-sia, sebagaimana ada beberapa pemimpin sekte yang mencoba memanipulasinya untuk kepentingan pribadi. Kita jangan sampai tertipu dengan seseorang yang mengklaim mengetahuinya tentang zaman dan masa terkait dengan pengetahuan yang terjadi di masa depan. Melalui firman ini dikatakan, tidak seorang pun yang tahu dan bahkan bagi orang percaya hal itu merupakan sebuah kejutan nantinya. Hari dan masanya semua milik dan rahasia Tuhan (Mat 24:36; Kis 1:7; 17:26). Rasul Paulus mengatakan Kristus kembali secara tiba-tiba dan seperti tidak diharapkan. Metafora seperti pencuri pada malam hari jelas memperlihatkan kedatangann-Nya tidak terduga tetapi tujuannya agar kita tidak lengah. Demikian juga dengan pengertian “seperti seorang perempuan yang hamil sakit bersalin”, itu merupakan bukti kejadian pasti dan tidak terhindarkan serta semua manusia harus menghadapinya (Yes 13:8; Yer 4:31).

 

Hari Tuhan adalah hari yang dramatis ditetapkan Tuhan saat Yesus Kristus datang dengan peran Hakim dan Raja. Tentang hari ini (juga disebutkan dalam Perjanjian Lama, seperti Yes 13:6-12; Yoel 1:15; 2:1; Zep 1:14-18), sekaligus berarti hari yang ditetapkan sebagai hari penghakiman ketika semua orang dipisahkan untuk menerima hukuman atas dosa-dosa dan menerima berkat atas iman dan perbuatannya. Allah melalui Kristus kembali turun di dalam sejarah dan memberlakukan keadilan-Nya bagi semua umat manusia. Banyak yang menafsirkan bahwa hari itu didahului oleh kesengsaraan besar atau adanya penyesatan dan Anti Kristus.  Akan tetapi bukan itu intinya, sebab hari Tuhan memang pasti datang secara tidak terduga, baik dalam pemahaman kecil ketika kita mati dipanggil Tuhan atau pemahaman umum ketika semua orang masuk dalam akhir zaman dan penghakiman (band. 2Tes 2:2 dab). Oleh karena itu kita jangan sampai larut dalam kenikmatan keduniawian, seolah-olah semuanya aman dan damai, tidak berharap atau berpikiran Kristus tidak mungkin datang segera sehingga masih banyak kesempatan untuk mengabaikan hal-hal rohani dan terus berbuat dosa dan menunda pertobatan. Mereka menjadi serupa dengan lima gadis-gadis yang bodoh dengan pelita yang telah padam sebab kehabisan minyak ketika mempelai yang ditungu datang (Mat 25:1-13).

 

Hari Tuhan juga berarti Kristus datang untuk membangun kerajaan-Nya yang kekal bersama-sama dengan orang percaya yang mengasihi-Nya, dan musuh-musuh-Nya dikalahkan (Yes 2:12-21; Yer 46:10; Yoel 1:15-2:11, 28; Am 5:18-20; Za 14:1-3). Ia memulai pemerintahan Kristus di bumi ini (Zef 3:14-17; Why 20:4-7). Oleh karena tidak seorang pun tahu Kristus kapan akan kembali ke bumi, maka kita harus mempersiapkan diri setiap saat. Jadi selalulah waspada dan siap-siap (Mat 24:42; Luk 12:39; Rm 13:11; Kol 4:2). Namun intinya kehidupan orang percaya yang sudah menerima anugerah berkat tidak tergantung kepada Kristus datang hari ini atau seribu tahun lagi, akan tetapi sesuai kualitas penghayatan keselamatan yang sudah dan akan kita terima, kematian dan kebangkitan Yesus bagi kita. Untuk menghadapinya dengan berhikmat, lebih baik bersikap seolah-olah Dia akan kembali hari ini: Apakah kita siap menerima kedatangan-Nya? Bagaimana Yesus menemukan pola hidup kita? Orang yang tidak berhikmat belajar semalaman untuk ujian yang dilakukan esok hari, padahal waktu persiapan telah banyak diberikan. Oleh karenanya, hiduplah setiap hari dengan kerinduan untuk melihat Tuhan Yesus kembali.

 

Kedua: Kamu tidak hidup di dalam kegelapan (ayat 4-5)

Mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak hidup dalam kegelapan. Hidup di dalam kegelapan berarti mereka yang tidak menyadari posisi diri dan sekitarnya dan tidak tahu mau kemana arah tujuannya. Semua tidak pasti. Padahal, seperti dikatakan seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “we are not human beings having spiritual experience; we are spiritual beings having human experience,” (orang Kristen itu adalah manusia rohani yang hidup dalam pengalaman duniawi). Menurutnya, kita bukan manusia duniawi yang sekedar memperoleh pengalaman rohani, melainkan kita adalah warga kerajaan sorga (Flp 3:20). Oleh karena itu asal muasal kita sangat jelas yakni dari Allah Bapa dan kita masuk ke dunia ini dengan tujuan yang terang dan jelas, yakni menjadi pembawa-pembawa kebaikan dan damai sejahtera. Kita adalah milik Tuhan yang hidup dalam Terang melalui Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, sehingga kesadaran itu membawa kita pada perbuatan-perbuatan yang perlu dan layak dilakukan.

 

Hari Tuhan yang datang seperti pencuri malam juga memiliki hal yang positip. Adalah hal yang baik apabila kita tidak mengetahui persisnya Tuhan Yesus kembali, sebab jika kita diberitahu tanggal yang pasti, kita cenderung melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Akal sehat jadi mati. Kita mungkin tergoda malas bekerja atau melayani, atau hanya tidur-tidur menunggu datangnya hari itu. Atau sebagaimana banyak nubuatan palsu, itu dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi dalam bentuk harta dan kepuasan birahi. Atau bila hari itu masih cukup lama, kita mungkin akan tetap berdosa dengan melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya dan menempatkan Tuhan sebagai prioritas akhir. Sebaliknya, kita juga tidak perlu terlalu memelototkan mata kita terus ke arah langit menanti kembalinya Sang Juruselamat, sebab sebagaimana dikatakan pada pasal 4 (khotbah minggu lalu), akan ada tanda-tanda sebelumnya yakni bunyi sangkakala yang membangunkan orang mati dan kita yang percaya diangkat menyambut Tuhan Yesus di awan. Rasul Paulus juga mengingatkan jangan sampai kita lalai akan hal itu (1Tes 4:11; 2Tes 2:1 dab).

 

Hidup dalam kegelapan juga berarti hati kita terpisah dari Terang Allah, yang membuat moral dan kerohanian kita menjadi rusak (band. Yoh 3:19, 20; 8:12; 2Kor 6:14; Ef 5:8, Kol 1:13). Sorga jelas menjadi tujuan akhir kita; tetapi kita juga perlu bekerja melakukan sesuatu di bumi ini untuk hidup bersama dengan sesama, baik seiman yang sudah diselamatkan maupun tidak seiman dan hidup dalam kegelapan. Untuk itu orang Kristen harus tetap melakukan kerja dan karya bagi Kristus melalui sesama sampai kita mati dengan memiliki pola hidup yang berbeda, yakni mendisiplinkan kehidupan kita dan meninggalkan perbuatan-perbuatan gelap. “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati” (Rm 13:13). Kita anak-anak siang berarti saatnya untuk bekerja dan bukan untuk tidur berleha-leha, sebab pekerjaan dan tuaian masih banyak, sehingga kita diperlukan sebagai penuai-penuai sehingga hasil ladang penginjilan semakin banyak dan meluas.

 

Ketiga: Berjaga-jaga dengan senjata rohani Allah (ayat 6-8)

Malam hari adalah metafora saat kita digoda untuk tidur atau mabuk sebagaimana kebiasaan orang lain yang tidak mengenal Allah. Inilah yang membawa kita pada sikap perlu sadar, berjaga-jaga, dan waspada sampai tiba saatnya melihat kembalinya Sang Juruselamat yang pasti dan tidak diragukan. Dunia ini bagaimanapun adalah tempat peperangan rohani antara kuasa Allah dengan kuasa jahat. Kita anak-anak-Nya ketika memilih Yesus maka kita menjadi musuh iblis, oleh karena itu kita harus bertindak bagaikan prajurit-prajurit garda depan melawan pasukan iblis termasuk dengan mereka yang telah disesatkan. Kita harus berdiri tegap dan teguh untuk dapat menjadi pemenang. Kita tidak boleh melakukannya sendirian sebab roh kita tidak cukup mampu melawan kuasa jahat itu, sehingga diperlukan senjata-senjata rohani dari Allah untuk siap siaga sekaligus berperang mengalahkan musuh. Dalam Perjanjian Lama pentingnya senjata ini juga dinyatakan (Yes 59:17) sebagaimana dalam surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat lainnya (2Kor 6:7; 10:4; Ef. 6:13).

 

Dalam nas ini disebutkan beberapa senjata-senjata tersebut, yakni berbajuzirahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Baju zirah sangat penting untuk melindungi badan, sebab serangan setan sering ke dalam hati orang percaya, yaitu tempat emosi, kepentingan diri sendiri, dan kebenaran sejati berada. Kebenaran Allah melalui iman dan kasih adalah baju zirah yang melindungi hati kita dan menjamin keadilan Allah. Kita dibenarkan sebab Allah mengasihi kita dengan menyerahkan Anak-Nya sebagai tebusan bagi dosa-dosa kita. Demikian juga dengan ketopong keselamatan, yakni pelindung atau helm yang melindungi bagian kepala kita dari serangan iblis dengan godaan membuat pikiran kita ragu terhadap hal yang dikerjakan oleh Allah melalui Tuhan Yesus terhadap diri kita. Kita diminta sadar (Yun: nepho) dalam pengertian diperlukan kepala dingin dengan penguasaan diri dan kewaspadaan dalam menghadapi iblis lawan yang tangguh, tidak mabuk oleh sesuatu yang membuat kita lengah (Kis 2:15).

 

Dalam Ef 6:13-17 perlengkapan senjata rohani lainnya disebutkan juga ikat pinggang kebenaran, sebab iblis menyerang dengan berbohong (iblis = pendusta), bahkan bertindak seolah-olah benar, tetapi hanya orang percaya yang memiliki kebenaran Allah yang dapat mengalahkan iblis. Ini sama seperti ketika iblis membohongi Yesus dalam ujian di padang gurun. Kita juga diberikan kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera, yakni motivasi untuk terus berjalan berkarya tanpa melihat tantangan yang ada sebagai sesuatu yang sulit dan tidak terjangkau. Allah memberikan kekuatan dengan kasut kerelaan agar kita terus melangkah pasti dalam memperluas kerajaan-Nya. Demikian juga senjata rohani perisai iman, agar kita melindungi diri dari serangan-serangan berupa rasa sakit dan penderitaan. Perisai ini melindungi kita dari panah api yang menghanguskan dan kita dapat melihat kemenangan ada di depan bersama dengan Allah yang dahsyat. Senjata terakhir adalah pedang yang digunakan untuk menyerang, sebab kadang kala dalam menghadapi iblis kita tidak selalu harus bertahan tetapi juga menyerang dengan kuasa dari Allah.

 

Keempat: Kita hidup bersama-sama dengan Dia (ayat 9-11)

Sebagai hari penghakiman, hari Tuhan juga merupakan hari penetapan Allah melaksanakan hukuman dan murka-Nya bagi orang-orang yang tidak mengasihi-Nya dengan bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Mereka yang terus hidup dari dan untuk dirinya sendiri, melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya akan mendapatkan hukuman. Tetapi bagi kita yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan berupaya dengan tekun dan setia untuk terus mengikuti-Nya, akan dibebaskan dari penghukuman dan kita beroleh keselamatan yang kekal sesuai dengan janji dalam firman-Nya, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan (Rm 10:9-10).

 

Menghadapi kedatangan Kristus kembali, kita perlu bersikap seolah-olah pada akhir perlombaan lari marathon: kaki kita terasa sakit, tenggorongan kering serasa terbakar, seluruh tubuh kita merintih untuk meminta berhenti. Saat tersebut kita membutuhkan teman dan orang lain. Dorongan mereka membantu semangat kita untuk menyelesaikan perlombaan meski dengan rasa sakit untuk mencapai garis akhir. Dengan cara yang sama, orang Kristen perlu saling mendukung dan meneguhkan satu sama lain. Sebuah kata yang memotivasi pada saat yang tepat bisa jadi sangat berharga untuk menyelesaikan dengan baik dan menghilangkan rasa capai dan sakit yang sebelumnya. Lihatlah sekelilingmu siapa yang perlu didukung. Bersikaplah sensitif bagi kebutuhan orang lain dan berikanlah kata-kata atau tindakan yang mendukung semangat mereka. Kita juga harus bisa menjadi teladan sehingga hal itu membuka mata hati mereka untuk dapat melihat bagaimana Allah bekerja di dalam kehidupan orang percaya (Kis 26:18).

 

Dengan demikian orang percaya tidak mudah merasa puas atas hal yang sudah dilakukannya dan sebaliknya juga tidak perlu merasa putus asa. Kita tidak perlu takut akan kematian apalagi akan akhir zaman yang sudah kita tahu setiap dapat terjadi. Janji Kristus sudah pasti. Pengharapan lepas dari murka Allah menjadi iman kemenangan bagi kita dan masuk dalam keselamatan kekal bersama-sama Tuhan Yesus. Kuncinya perintah baru untuk hidup dalam terang kita laksanakan (1Yoh 2:8), dan itu adalah sikap berjaga-jaga yang baik. Keselamatan bukan hanya lepas dari murka Allah tetapi juga pemberian upah dan pahala khususnya hidup dalam persekutuan abadi dengan Dia (Rm 14:9; 2Kor 5:15). Itu semua bukan bagi kita yang hidup tetapi juga bagi orang percaya yang mendahului kita. Semua orang ikut berbagi kemenangan dan kemuliaan-Nya, sehingga kenyataan inilah yang kita perlu bagikan bagi semua orang dengan memberi nasihat seorang akan yang lain dan saling membangun.

 

Penutup

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya membawa sukacita besar bagi orang percaya. Meski hari Tuhan itu datangnya seperti pencuri di malam hari, namun bagi yang setia dan taat pada Tuhan Yesus telah ditetapkan untuk menerima keselamatan dan bukan penghukuman. Mereka yang sudah percaya tidak hidup dalam kegelapan sebab mereka adalah anak-anak Terang yang tahu arah tujuan hidupnya. Menjadi anak-anak Terang berarti menjadi teladan dan berbuah bagi orang lain. Namun kita juga perlu menyadari bahwa iblis tidak akan membiarkan hal itu mudah terjadi. Kita perlu sadar, siaga dan waspada. Ini adalah waktu siang dan bukan malam menjadi tertidur atau mabuk. Iblis menyerang dengan dahsyat melalui tipuan dan godaan dengan masuk ke dalam titik kelemahan kita. Oleh karenanya diperlukan senjata-senjata rohani Allah berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Kita perlu berjaga-jaga dengan pengendalian diri melalui hidup dalam iman, kasih, dan pengharapan kemenangan. Janji Tuhan adalah pasti yakni kita hidup bersama-sama dengan Dia dalam persekutuan kekal, sehingga kita perlu saling menasihati dan membangun satu sama lain. Apakah kita sudah berjaga-jaga dengan melakukan semua itu?

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

(Dipersiapkan oleh Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min, Wakil Sekretaris Umum Badan Pengurus Sinode GKSI dari berbagai sumber dan renungan pribadi. Catatan untuk hamba Tuhan yang menyampaikan firman, menjadi lebih baik jika pada setiap penyampaian bagian khotbah diusahakan ada contoh atau ilustrasi nyata dari kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan. Ilustrasi dapat diambil dari pengalaman pribadi, orang lain, sejarah tokoh, peristiwa hangat saat ini atau lainnya, sementara contoh untuk humor dapat diakses melalui internet dengan mengetik kata kunci yang terkait didahului kata humor atau joke).

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 51 guests and no members online

Login Form