2025
2025
Khotbah (3) Minggu XVIII Setelah Pentakosta - 12 Oktober 2025
Khotbah Minggu 12 Oktober 2025 - Minggu XVIII Setelah Pentakosta (Opsi 3)
PANGGILAN DAN KELAYAKAN (2Tim. 2:8-15)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVIII setelah Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 2:8-15. Nas ini merupakan renungan tentang peneguhan panggilan bagi kita orang percaya. Perjanjian Baru atau Injil berbicara dan fokus tentang Yesus Kristus. Pekabaran Injil (PI) berarti pemberitaan tentang Tuhan Yesus. Dia adalah pusat pemberitaan dan sekaligus pengenalan kita terhadap Allah beserta janji baru bagi orang yang percaya dan taat.
Setiap orang percaya dipanggil untuk ikut dalam pemberitaan itu. Tidak ada alasan berkelit, mengelak. Bagaimana dan di mana pun kita ditempatkan oleh Tuhan, jalan untuk pembawa misi dan menjadi berkat bagi orang lain itu tersedia lebar dan luas. Kadang kala perlu berkorban dan menderita, maka itu harus dijalani dan diimani sebagai bagian rencana Tuhan. Injil tidak untuk diterima dan dinikmati semata, tetapi juga dikumandangkan sebagai kabar baik. Oleh karena memberitakan Injil Rasul Paulus dibelenggu seperti penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu (ayat 9).
Oleh karenanya setiap kita akan diuji, apakah kita layak disebut sebagai orang percaya pemegang panggilan yang telah ikut berkorban dalam PI. Pegangan kebenaran dalam nas ini adalah: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya” (ayat 11-13). Jelas dan tegas!
Tantangan lain yang juga sering muncul adalah, ketika fokus PI tidak lagi Kristus tetapi pikiran duniawi seperti doktrin denominasi dan masuk terjebak dalam diskusi perdebatan yang malah bersilat lidah (ayat 14). Yang terjadi malah penonjolan diri dan orientasi menang, sehingga Yesus Kristus malah hilang terkaburkan. Tujuan PI adalah memberitakan Dia yang Putra Daud, yang terbukti bangkit dari mati, supaya yang mendengarnya mengaku percaya, dan ikut dibangkitkan dalam keselamatan kekal.
Untuk itu mari kita menguji diri kita sendiri, apakah kita telah layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang terpanggil, tidak malu atau berkelit, dan terus memberitakan kebenaran itu (ayat 15). Merasa tidak mampu itu bukan alasan, karena Tuhan akan memampukan sepanjang kita memiliki motivasi baik dan tanggungjawab. Firman-Nya, "sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah (1Kor. 3:13-14). Semoga kita sudah ikut serta.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 5 Oktober 2025
Kabar dari Bukit
MENGUBAH CARA PANDANG (Mzm. 37:1-9)
”Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, tinggallah di tanah ini dan berlakulah setia” (Mzm. 37:2)
Ada banyak kejadian dalam kehidupan yang membuat hati kita tidak nyaman, terganggu, timbul kesal hingga rasa marah; dari orang yang menyalib antrian hingga melihat ketidakadilan dalam peradilan kita. Apalagi kenyataan hidup, kita tidak selalu dapat mengendalikan situasi. Sementara inti buah kehidupan adalah memperoleh kebahagiaan, dunia dan kekekalan. Maka daripada frustasi, jalan terbaik adalah mengubah sudut pandang kita.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 37:1-9; sebuah pengajaran, menekankan kebahagiaan orang fasik semu. “Mereka segera lisut seperti rumput dan layu seperti tumbuh-tumbuhan hijau” (ay. 2).
Oleh karena itu ketika melihat ada orang berbuat curang, tipu daya, jahat - meski mereka kelihatan berhasil, kita diajar meresponnya dengan bijak.
Pertama, jangan geram apalagi irihati (ay. 1). Untuk memahaminya, nasihat jitu orang bijak berkata, lihatlah dari sudut pandang mereka. Mungkin ada alasan yang kita tidak tahu. Memahami orang lain, caranya tidak melihat sesuatu sebagaimana adanya, tetapi melihat sesuatu sebagaimana adanya kita. Tempatkan diri kita pada posisinya, maka sudut pandangnya akan berbeda.
Kedua, jangan sampai terpengaruh. Kita boleh kecewa, kesal, tapi jangan panas hati. Bahayanya, ini mendorong emosi dan amarah berupa mengutuk atau menyumpah, memukul dan membalasnya. Semuanya membawa kepada kejahatan dan dosa (ay. 8). Bahkan, memelihara kebencian dan sakit hati, tidak akan mempengaruhi orang lain, malah merusak diri sendiri. Irihati membusukkan tulang (Ams. 14.30).
Ketiga, percayalah kepada TUHAN..., tinggallah.... dan berlakulah setia..., serahkan jalanmu kepada-Nya (ay. 3, 5). Tuhan Mahaadil. Ada hukum alam sebab akibat, hukum tabur tuai (Gal. 6:7). Ini bukti kita beriman, percaya kuasa Allah yang mengendalikan semesta. Tidak seorang pun lepas dari hukum itu. Bila tidak di dunia ini, maka kelak di penghakiman.
Bagian ketiga ini juga menasihatkan, lakukanlah yang baik. Artinya, kita diajar agar tidak berkawan dengan orang-orang jahat dan suka curang. Jangan sampai pergaulan mempengaruhi. Kendali ada pada diri kita. Seperti menonton film, bagi saya misalnya, jika kisahnya horror dan tentang penganiayaan anak, saya langsung ganti saluran. Tidak perlu saya melihatnya, sebab tahu itu akan merusak pikiran dan membuat tidak bahagia. Jangan coba-coba yang tidak perlu dan tidak berguna. Perbedaan antara gunung dan bukit kecil, hanyalah sudut pandang.
Keempat, berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia (ay. 7). Semua ada waktunya. Bersukacitalah dalam Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu hasrat hatimu (ay. 4). Ia akan bertindak; Ia menerbitkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang (ay. 5-6). Ingat saja dengan mengubah cara pandang, maka kita akan melihat dunia dengan perspektif yang berbeda. Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan akan mewarisi negeri ini (ay. 9).
Pengajarannya sederhana. Tapi tidak mudah. Untuk itu perlu berlatih, cara yang efektif untuk mengubah kebiasaan (buruk). Terapkan disiplin, kemauan dan bertekun agar perubahan yang diinginkan berhasil. Mudah tidaknya mengubah cara pandang yang sesuai Alkitab, semua bergantung kepada kita, bukan orang lain. Tentunya berdoalah, agar Roh Kudus terus yang menuntun.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu XVII Setelah Pentakosta - 5 Oktober 2025
Khotbah Minggu 5 Oktober 2025 - Minggu XVII Setelah Pentakosta (Opsi 2)
MENANTI DENGAN DIAM (Rat. 3:19-26; Mzm. 137)
Rivers of Babylon
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya (Rat. 3:22)
Salam dalam kasih Kristus.
Firman Tuhan sesuai leksionari bagi kita di hari Minggu ini cukup memilukan, Rat. 3:19-26. Nas ini disandingkan juga dengan Mzm. 137, yang ikut dipopulerkan melalui lagu Boney M, Rivers of Babylon.
Kedua nas dan lagu tersebut menceritakan penderitaan pahit bangsa Israel, saat mereka dibuang ke Babel. "Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku” (ay. 19-20).
“Di tepi sungai Babel, di sanalah kita duduk… Kita menangis, ketika mengingat Sion,” tutur syair lagu Rivers of Babylon di bait pertama.
Bangsa Israel dihukum karena ketidaksetiaan, sebab mereka menyembah allah-allah lain, dan tidak peduli terhadap kaum miskin dan yang membutuhkan pertolongan. Nabi Yeremia dan nabi lain sebenarnya sudah lama mengingatkan, bahkan sejak masa empat raja berkuasa. Tetapi bangsa itu tidak mendengarkan, terus dengan kebebalan mereka. Dan akhirnya, ketidaksabaran Tuhan pun tiba; mereka dibuang, dihukum. Era kejayaan kerajaan Israel runtuh dan punah!
Nas minggu ini mengajak kita menggunakan hati nurani secara murni dan bersih. Perlu melakukan refleksi: Kehidupan dan etika kekristenan yang harus diikuti kita orang percaya itu sederhana; meski memang ada yang tidak mudah. Intinya hukum kasih, kepada Allah dan sesama. Hal itu yang diminta-Nya sebelum kita kelak dihukum oleh Tuhan - bila tidak taat setia seperti bangsa Israel. Janganlah, misalnya, kita mudah mengucapkan Doa Bapa Kami: “Ampunilah kami akan kesalahan kami...." Tetapi, kita tidak mengampuni orang lain! Janganlah serakah dan belajar beryukur serta mencukupkan yang ada.
Beberapa parameter lain dari Alkitab bagi kita pengikut Kristus, seperti:
1. Setiap pagi menyapa Tuhan, pemberi kehidupan (Mat. 22:37; Rm. 11:36; 16:27)
2. Penuh kasih dan tanggung jawab terhadap keluarga (Ef. 5:22-6:4)
3. Hidup damai dengan orang lain (Ibr. 12:14)
4. Terus berbuat baik dan menjadi berkat (Gal. 6:9-10)
6. Memegang janji, tidak lari (Rm. 14:12; Im. 26:15)
7. Menghormati dan mengutamakan kepentingan orang lain (Flp. 2:3-4)
8. Menjauhi yang jahat dan tidak membuat susah orang lain (1Pet. 2:1).
Alkitab mengatakannya sederhana: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12). Dan hukum tabur tuai yang berprinsip: Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya” (Gal. 6:7).
Tuhan Yesus jelas tidak menyukai umat-Nya menderita. Tetapi jalan itu kadang perlu ditempuh agar manusia kembali ke jalan-Nya, menjadi manusia yang dibarukan lewat penderitaan (ay. 27; band. 1Pet. 1:7).
Kini refleksi bagi kita: Apakah Tuhan sedang marah sehingga kita dirundung duka saat ini? Apakah kita sedang mengalami penderitaan berat? Apakah kita sedang menanti pengharapan yang tidak kunjung tampak titik terangnya? Seberapa taatkah kita?
Namun nas minggu ini meneguhkan, tetaplah dalam iman. "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN” (ay. 24-26).
Let the words of our mouth and the meditation of our hearts
Be acceptable in thy sight here tonight
Biarkanlah kata-kata dari mulut kita dan renungan hati kita
Diterima di hadapan-Mu di sini di malam ini
(terjemahan lirik lagu)
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu XVII Setelah Pentakosta - 5 Oktober 2025
Khotbah Minggu 5 Oktober 2025 - Minggu XVII Setelah Pentakosta
HAMBA-HAMBA YANG TIDAK BERGUNA (Luk. 17:5-10)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: 2Tim. 1:1-14; Rat. 1:1-6 atau Rat. 3:19-26 atau Hab. 1:1-4, 2:1-4; Mzm. 37:1-9 atau Mzm. 137
Pendahuluan
Mungkin kita pernah diperlakukan oleh orang lain tidak sepantasnya atau bahkan menimbulkan kerugian atau penderitaan, maka melalui nats yang kita baca minggu ini kita belajar tentang hubungan iman dengan pengampunan dosa. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai kita tersesat oleh karena tergoda untuk melakukan pembalasan. Ajaran perjanjian lama mengatakan bahwa mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Cara berpikir seperti ini memang ada pada orang Yahudi (Mat. 5:38-44). Akan tetapi apakah untuk memberikan pengampunan diperlukan iman yang besar? Dan bagaimana iman tersebut menghasilkan sesuatu yang besar, serta hubungannya dengan penggunaannya yang tidak membuat kita sombong rohani. Maka melalui bacaan minggu ini, kita diajarkan oleh Tuhan Yesus beberapa hal sebagai berikut.
Pertama: Menambah iman (ayat 5)
Pada ayat 1-4 sebelumnya Tuhan Yesus mengingatkan pentingnya pengampunan dosa bagi sesama, agar jangan sampai ada orang percaya yang jatuh ke dalam dosa karena menyimpan beban sakit hati atau dendam. Namun untuk bisa memberi pengampunan dosa, menurut para murid waktu itu, dibutuhkan iman yang besar sehingga kekuatiran tidak terjadi sebaliknya, malah iman yang memberi pengampunan justru yang tergerus menghilang. Oleh karena itu, para murid kemudian meminta kepada Tuhan Yesus: "Tambahkanlah iman kami". Mereka berpikir polos dan sederhana, pertambahan iman itulah yang dibutuhkan dalam memberi pengampunan.
Menjawab hal ini Tuhan Yesus menjelaskan bahwa yang diperlukan dan utama dalam memberi pengampunan bukanlah ukuran besar-kecilnya iman, akan tetapi bagaimana iman itu diyakini dan dilaksanakan. Oleh karena itu Tuhan Yesus memberi kiasan iman itu seperti biji sesawi. Biji sesawi sangat kecil (bayangkan sebesar gula pasir) sehingga melalui yang dikatakan-Nya, iman yang kecil pun sebenarnya memiliki kuasa untuk memberi pengampunan dan tidak memerlukan iman yang besar. Justru melalui pemberian pengampunan itu, iman orang percaya berkarya dan bertumbuh semakin besar serta dikuatkan. Jadi, bukan sebaliknya yang terjadi, yakni perlu iman besar untuk pengampunan melainkan dengan iman kecil kita memberi pengampunan dan menghasilkan pertumbuhan iman yang semakin besar.
Maka kesusahan atau penderitaan sebesar apa pun yang kita alami karena perlakuan orang lain, baik oleh pihak yang kita tidak kenal maupun oleh orang yang kita kenal, maka semua itu tidak perlu kita balaskan secara langsung (apalagi bila itu terjadi bukan karena kesengajaan). Penderitaan yang kita tanggung karena perbuatan orang lain itu sepenuhnya diserahkan kepada Tuhan, agar kita mampu untuk mengatasinya dan melewatinya, tanpa ada dampak dan efek lanjutannya yang merugikan diri sendiri. Justru dengan iman kecil yang kuat kepada Tuhan, dengan penderitaan itu iman kita semakin bertumbuh dan dikuatkan. Penderitaan dan tantangan sebesar apa pun pada prinsipnya bisa kita lalui selama kita berjalan bersama Tuhan dalam mengatasi dan melewatinya (Flp. 4:13).
Kedua: Iman yang memindahkan pohon (ayat 6)
Sebagaimana biji sesawi, iman (yang dalam bahasa Yunani disebut dengan pistis) memang merupakan kata benda. Akan tetapi meski kata benda, iman adalah hidup dan sesuatu yang bisa bertumbuh serta berbuah sebagaimana biji sesawi yang asalnya juga sangat kecil. Dalam hal ini sebagaimana biji, maka iman yang bertumbuh haruslah berakar pada sesuatu, yakni dalam hal ini berakar pada Tuhan. Jadi inti dari iman adalah ketergantungan total pada Allah dan menempatkan-Nya sebagai sumber pertumbuhan yang diperkuat dengan keinginan untuk melakukan kehendak-Nya sebagai buah. Maka dalam hal ini ukuran besarnya iman tidaklah menjadi penting sebab yang diperlukan adalah dasar dan sikap ketergantungan tadi kepada Allah.
Kalau iman diberi kiasan sebagai biji sesawi, maka sama halnya dengan perpindahan pohon ara yang terbantun dan tertanam di dalam lautan, itu juga hanya kiasan. Jelas terbantunnya itu sebuah peristiwa “besar dan ajaib”, tidak masuk akal. Akan tetapi apa yang ingin disampaikan oleh Yesus adalah melalui iman kita bisa melakukan hal yang besar dan ajaib dan tidak masuk akal pikiran manusia. Jadi iman membuat hal yang tak mungkin menjadi mungkin. Ini yang dikatakan-Nya bahwa jika orang percaya memiliki iman, maka “tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya” (Mrk. 9:3; Mat. 9:23). Inilah yang yang ditekankan-Nya bahwa iman tidak mengenal hal yang mustahil.
Sebagaimana biji sesawi maka biji itu bertumbuh terus dan kemudian berbuah. Iman yang bertumbuh akan menghasilkan buah dan buahnya semakin lebat, yang tadinya impossible menjadi possible. Semua itu terjadi bukan karena kehebatan manusia, akan tetapi karena pertolongan dan kuasa Allah yang tidak terbatas. Biji sesawi yang kecil itu awalnya juga kecil dan tidak tampak, akan tetapi melalui pertumbuhan dengan buah-buah yang kelihatan, maka iman itu semakin kelihatan dan kuat teruji. Jadi kita tidak membutuhkan iman yang besar melainkan iman yang sehat dan kuat dan siap untuk bertumbuh. Semua itu hanya mungkin apabila iman itu berdasar dan kokoh ketergantungannya kepada Tuhan Yesus.
Ketiga: Kedudukan hamba di hadapan Tuan (ayat 7-9)
Pada awalnya sangat sulit bagi kita untuk memahami mengapa ayat tentang iman yang dapat memindahkan pohon ini dikaitkan dengan kedudukan hamba. Akan tetapi hubungan itu menjadi jelas, sebab umumnya para hamba Tuhan memiliki iman yang lebih besar dibandingkan dengan orang percaya lainnya. Melalui iman mereka, karya Allah diwujud-nyatakan kepada anggota jemaat dalam pendampingan maupun keteladanan diri mereka mengarungi permasalahan kehidupan sehari-hari. Para hamba Tuhan ini diminta memperlihatkan bahwa dengan iman yang kecil dan kuat, semua permasalahan kehidupan apapun akan dapat dilewati dengan kemenangan, sebab dengan iman kita tidak berjalan sendirian melainkan beserta dengan Allah.
Akan tetapi poin lainnya para hamba Tuhan ini melakukan itu semua karena memang itu tugas dan panggilannya. Tidak ada alasan bagi para hamba Tuhan untuk menganggap bahwa Allah berhutang atas semua karya iman yang dilakukannya itu. Semua pekerja dalam ladang Tuhan dan orang percaya memiliki kedudukan hamba dan melayani Tuhan dengan tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan, sebab itu memang kewajibannya. Sama seperti dalam ayat di atas, ketika hambanya pulang dari ladang dan berkata kepada hamba itu: “Mari segera makan. Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum…”. Artinya secapek apapun hamba, tetap tujuannya adalah melayani Tuannya.
Jadi tidak ada alasan untuk sombong apalagi bermegah atas pelayanan iman yang diberikan. Pekerjaan hamba sebagaimana kita di hadapan Allah adalah hal yang selayaknya kita lakukan dan justru diminta ketaatan, termasuk taat dalam memberi pengampunan tadi. Kalau pun semua itu kita lakukan maka tidak ada keistimewaan yang layak kita terima. Ketaatan dan tunduk pada perintah-Nya bukanlah sesuatu yang istimewa melainkan suatu kewajiban dasar saja. Jangan kita berpikir adanya hak atau imbalan khusus untuk itu. Seperti ayat yang kita baca: “Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?” Maka semua sikap ini akan membuktikan karakter kita sebagai orang percaya (dan hamba Tuhan) sehingga menjadi berkat bagi orang lain.
Keempat: hamba yang rendah hati (ayat 10)
Akan tetapi Tuhan Yesus juga tidak mengatakan bahwa yang kita perbuat itu sia-sia dan tanpa arti, atau beranggapan itu tidak berguna dan bermanfaat, melainkan Ia mengecam mereka-mereka yang menonjolkan diri sendiri dan membuat itu sebagai kesombongan rohani. Tuhan Yesus menekankan agar kita jangan merekam dan berhitung apalagi bermegah dan menyombongkan diri untuk itu. Anugerah iman dan kuasanya yang besar sangat mudah menimbulkan kesombongan rohani, dan itulah yang Tuhan tidak inginkan. Kuasa iman juga bukan sesuatu yang perlu kita tonjolkan dan pamerkan, apalagi obral, melainkan semua itu hanyalah ketaatan dalam meninggikan dan memuliakan Dia.
Oleh karena itu Tuhan Yesus mengajarkan hubungan iman ini dengan kerendahan hati. Iman tidak dipakai dengan kesombongan apalagi menguji Allah membuktikan Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Memang Allah mampu melakukan segala sesuatu dan tidak ada yang mustahil bagi Dia (Luk. 1:37; Mrk. 14:36) akan tetapi itu semua sesuai kehendak-Nya. Allah sanggup dan orang percaya menjadi sanggup melalui kuasa-Nya, akan tetapi itu tidak dipakai untuk bermegah apalagi untuk mengharapkan kedudukan yang istimewa di hadapan Allah. Justru sebagai orang percaya apalagi hamba Tuhan, kita semakin dipanggil untuk melakukan semua itu dengan kerendahan hati dan hasrat yang kuat dan berakar pada Kristus, ketergantungan total dalam meninggikan Dia sehingga perbuatan kita hanya untuk menyenangkan hati-Nya.
Bagian terakhir dari pesan Tuhan Yesus adalah iman yang kita miliki harus dipakai untuk berkarya melalui perbuatan-perbuatan kasih. Untuk itu tidak dipersoalkan besarnya dan bentuknya iman yang kita miliki, akan tetapi yang utama adalah keinginan untuk berbuah nyata dalam tindakan kasih kepada sesama terutama yang membutuhkan. Sebab jikalau tidak demikian, iman yang dianugerahkan kepada kita itu tidak berbuah nyata, maka Allah akan menganggap kita sebagai hamba yang tidak berguna. Kalau soal kekuatiran akan tidak cukupnya iman adalah sesuatu yang wajar, sebagaimana kisah seorang ayah yang membawa anaknya untuk disembuhkan karena kerasukan roh yang membisukan anaknya: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk. 9:14-27). Maka tetaplah berdoa agar iman kita semakin bertumbuh dan dikuatkan.
Kesimpulan
Melalui nats minggu ini kita diajarkan pentingnya iman bagi orang percaya (band. Ibr. 11:6; Rm. 14:23). Pelayanan kita dalam berhadapan dengan orang lain mungkin akan berhadapan dengan tantangan yang berat namun semua itu harus kita siapkan dengan iman. Dalam hal ini tidak masalah soal besar kecilnya iman sepanjang itu bertumbuh dengan berakar pada Tuhan dan kokoh di dalam Dia. Dalam melaksanakan iman itu haruslah kita ingat kedudukan kita adalah tetap sebagai hamba, dan diajarkan untuk tidak berhitung dengan Tuhan. Pelayanan adalah kewajiban kita yang sudah diselamatkan melalui darah Tuhan Yesus. Dalam pelayanan itu hendaklah kita melakukannya dengan kerendahan hati, sebab apabila diri kita yang ditonjolkan, maka kita akan dianggap hamba yang tidak berguna.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu XVII Setelah Pentakosta - 5 Oktober 2025
Khotbah Minggu 5 Oktober 2025 - Minggu XVII Setelah Pentakosta (Opsi 3)
BERPEGANG TEGUH (2Tim. 1:1-14)
Namun ‘ku tahu yang kupercaya; dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya; Ia menjaga yang kutaruhkan, hingga hari-Nya kelak (Reff. KJ. 387)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu XVII setelah Pentakosta ini diambil dari 2Tim. 1:1-14. Nas ini adalah renungan tentang keyakinan teguh yang mesti dimiliki oleh setiap pengikut Kristus. Keyakinan itu akan terpelihara dan tidak tergoyahkan bila kita memahami pondasinya dengan kuat. Pondasi pertama, mengetahui Allah adalah kasih dan kasih karunia diberikan kepada yang mau menerima dan mengikuti-Nya (ayat 1, 9-10). Pondasi kedua, menerima dan meyakini hal yang diberikan-Nya saat ini merupakan panggilan tugas dari Tuhan bagi kita (ayat 11), sepanjang yang kita lakukan dan raih tidak melanggar perintah-Nya. Setiap pekerjaan, apapun, memiliki kadar pelayanan yang sama bila diimani dan dilakukan untuk kemuliaan nama Tuhan.
Keyakinan tersebut diperkuat dengan janji tentang hidup dalam Kristus Yesus, yakni Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban (ayat 7). Pada setiap tempat, waktu dan lintasan kehidupan, tantangan pasti ada; bahkan rasa sakit dan derita dapat muncul seperti yang dialami Rasul Paulus (ayat 12). Tetapi Allah tidak membiarkan kita sendiri. Roh Kudus hidup menguatkan, untuk melampaui semuanya dengan berpegang pada yang telah dikaruniakan kepada kita (ayat 13).
Oleh karena itu firman-Nya mengatakan, tetaplah menjadi saksi, jangan malu atau takut. Ikutlah terus. Kita bahkan perlu merasa bangga tentang kesaksian hidup para rasul dan juga para bapa-bapa gereja. Rasul Paulus menulis surat ini dari penjara, dan dianggap sebagai surat terakhirnya, hingga kematian martirnya. Kekristenan memiliki kekuatan sejarah yang panjang dan terbuka melalui penderitaan ratusan tahun dalam semangat para rasul yang tidak terperikan, dan semua akhirnya berbuah kemenangan.
Hal lain yang ditekankan firman-Nya minggu ini, yakni keyakinan iman juga dapat tumbuh dari benih-benih para orangtua atau kakek nenek kita. Rasul Paulus mengingatkan iman yang tulus dimiliki Timotius, itu datang dari iman yang pertama-tama hidup di dalam neneknya Lois dan di dalam ibunya, Eunike (ayat 5). Oleh karena itu, kita sebagai orang tua perlu menyadari hal ini, dengan menjaga dan menumbuhkan keyakinan iman tersebut dalam diri kita, agar anak cucu kita memiliki iman yang kuat juga kepada Kristus, harta kita yang terindah (ayat 14).
Melalui nas ini kita diajar, Timotius pelayan muda di Efesus, yang sering mencucurkan airmata dalam memimpin jemaat (ayat 4), telah dikuatkan dengan firman-Nya melalui Rasul Paulus (ayat 6-8). Kita pun, yang saat ini sudah menjadi pengikut Kristus, hendaknya dikuatkan dan melihat panggilan Kristus dalam hidup kita di segala bidang kita ditempatkan. Mari tunjukkan kualitas iman kita yang sejati, rela berkorban, dan jangan menjadi hamba yang tidak berguna. "Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita" (ayat 14). Alangkah indahnya, karena “ku tahu yang kupercaya; dan aku yakin ‘kan kuasa-Nya.”
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu I Adven - 30 November 2025Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025 HENDAKLAH KAMU...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu I Adven - 30 November 2025Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025 (Opsi 2) JALAN...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu I Adven - 30 November 2025Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025 (Opsi 3) KASIH...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 81 guests and no members online
