Tuesday, May 07, 2024

2024

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus 9 Mei 2024

Khotbah Hari Kenaikan Tuhan Yesus Kristus (Kamis, 9 Mei 2024)

 

 

YESUS ADALAH PENGGENAPAN PERJANJIAN LAMA (Luk 24:44-53)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 1:1-11; Mzm 47; Ef 1:15-23

 

 

 

Pendahuluan

 

Pada hari ini kita memperingati peristiwa besar dalam kehidupan orang Kristen, yakni naiknya Tuhan Yesus ke sorga. Alkitab menceritakan bahwa saat naiknya Tuhan kita itu, ada banyak orang yang melihat dengan kasat mata bagaimana Yesus terangkat ke sorga yang merupakan kejadian luar biasa. Kesaksian itulah yang mereka tuliskan dalam kitab-kitab yang menjadi pegangan kita saat ini. Sebelum terangkat, Yesus memberi pesan-pesan penting yang sebagian kita baca sebagai nats renungan minggu ini. Dari bacaan itu kita mendapatkan beberapa hal sebagai berikut.

 

 

 

 

 

Pertama: Penggenapan firman dalam perjanjian lama (ayat 44-45)

 

Tuhan Yesus mengatakan semua yang ada tertulis tentang Dia dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur harus digenapi. Artinya, apa yang ditulis dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yang pada saat itu sudah dikanonkan (dibukukan) digenapi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesus hadir dalam kitab-kitab PL itu. Hal itu terlihat dalam nubuatan di PL tentang Tuhan Yesus, seperti kedatangan-Nya sebagai nabi (Ul 18:15-19), penderitaan-Nya (Mzm 22; Yes 53), dan tentang kebangkitan-Nya (Mzm 16:9-11; Yes 53:10,11). Oleh karena itu, ketika kita membaca kitab PL, sebenarnya kita harus membaca dan mengerti dengan mata dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan Yesus.

 

 

 

Pernyataan yang ditulis dalam 44 ini (dan ayat 43 sebelumnya) diduga tidak berupa kejadian yang berlangsung dalam sesaat, melainkan dalam beberapa hari, sebab Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya terlebih dahulu pergi ke Galilea dan kembali lagi sebelum Ia naik ke sorga (Mat 28:16; Yoh 21). Dalam kebersamaan dan percakapan itulah para murid lebih memahami apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri Tuhan Yesus dan keberadaan-Nya dalam kaitannya dengan Perjanjian Lama, dan juga tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia yang kemudian dituliskan dalam Perjanjian Baru (PB). Kitab PB ditulis oleh murid-murid yang rela memberikan nyawanya bagi kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Mereka tentu tidak akan mau mengambil resiko untuk menulis tentang Yesus jikalau mereka tidak yakin akan kebenaran dan ke-Allah-an Tuhan Yesus (band. 1Kor 15:12-19).

 

 

 

 Demikian juga dengan kita. Kebersamaan dengan Tuhan Yesus akan membuat kita semakin memahami apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita dan kemudian tentang rencana Allah dalam hidup kita ke depan. Pembacaan firman dan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui firman-Nya yang sepintas lalu dan terpotong-potong, akan menyulitkan dalam memahami maksud dan rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita. Sebab, untuk memperoleh pikiran yang terbuka dan pengertian Kitab Suci, itu hanya terjadi kalau beroleh pertolongan dari Allah belaka. Itulah mengapa kita harus memohon pertolongan Roh Kudus bila ingin membaca dan mengerti Firman Tuhan. Roh Kudus bekerja bagi kita hanya bila kita bertekun dan berkesinambungan untuk membuka semua itu (2 Kor 3:14-16). Pertanyaannya adalah: apakah kita pernah mengalami kesulitan dalam memahami firman Tuhan dalam kaitannya dengan hidup kita? Bagaimana kerasnya usaha kita untuk bisa memahaminya, baik melalui bertanya kepada hamba Tuhan, membaca buku-buku, dan berdoa agar Roh Kudus membuka tabir pemahaman itu, sehingga kita dapat bersuka cita karena tersibaknya dan memahami rencana Allah yang indah dalam hidup kita.

 

 

 

 

 

Kedua: Penderitaan dan pengampunan harus diberitakan (ayat 46-48)

 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita sebagai murid dan pengikut-Nya haruslah menjadi saksi. Nubuatan dalam Perjanjian Lama dan tulisan para murid dalam Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang penderitaan Tuhan Yesus untuk penebusan dan pengampunan dosa-dosa kita. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa pengampunan dosa harus dilakukan dengan membawa korban penghapus dosa atau penghapus salah. Darah hewan yang dibawa oleh umat Yahudi sebagai persembahan korban penebusan dosa kemudian dipercikkan sebagai tanda dosa mereka telah diampuni. Tetapi kini kita tidak perlu melakukan hal itu, sebab melalui penderitaan-Nya yang berat darah Yesus telah tercurah dan terpercik sebagai jalan penebusan dan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia telah menggantikan kita dengan membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita.

 

 

 

Ini adalah sebuah revolusi cara berpikir dan tindakan tentang pengampunan. Tuhan Yesus mengatakan semua itu melalui murid-Nya untuk mereka yang berbahasa Yunani. Yesus menginginkan bahwa pesan itu tidak dibawa kepada bangsa Yahudi saja, tetapi kepada seluruh dunia, bahwa penebusan dan pengampunan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu berlaku bagi semua orang. Tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga otang Yunani dan semua bangsa. Allah menginginkan semua orang bertobat, berhenti dan berbalik dari jalan yang salah, dan menjadi murid-Nya sehingga dapat bersekutu dengan Dia dalam sukacita yang baru.

 

 

 

Para murid tidak boleh memberitakan pengampunan dosa tanpa tuntutan pertobatan. Ini sangat penting. Pengampunan hanya ada kalau didahului pertobatan dan meninggalkan cara hidup yang lama. Pengkhotbah yang menawarkan keselamatan atas dasar iman yang gampang, atau menawarkan keselamatan tanpa adanya suatu penyerahan diri untuk taat kepada Kristus dan Firman-Nya, itu adalah pemberitaan injil yang palsu. Pertobatan meminta agar kita meninggalkan dosa; ini selalu merupakan unsur yang penting.

 

 

 

Penebusan dan pengorbanan itu juga sekaligus membawa persekutuan dan damai sejahtera yang baru. Tidak ada lagi kecurigaan dan hasutan. Tidak perlu ada lagi kekerasan dan pemaksaan agar orang perlu bertobat. Beritakan saja penderitaan Tuhan Yesus itu dan tawarkan pengampunan yang diberikan-Nya. Terus dukung dalam doa. Biarlah Roh Kudus yang bekerja apakah mereka terpanggil atau mau membuka diri untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, dalam kehidupan kini dan kelak nanti. Semua orang hanya perlu tahu, tidak ada yang lebih besar di dunia ini dari anugerah diampuninya dosa-dosa kita dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, serta akan hidup kekal bersama dengan Dia dalam berkat damai sejahtera sorgawi.

 

 

 

 

 

Ketiga: Menantikan Roh Kudus dengan setia (ayat 49, 53)

 

Tubuh Yesus telah terangkat dan para murid melihatnya dengan jelas. Ada dua sikap yang muncul saat itu, yakni ketidak jelasan akan apa yang terjadi dan pengharapan yang kuat akan janji Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Penolong itu akan datang, tetapi tidak ada gambaran kapan, bagaimana, dan dimana akan datangnya. Tetapi akhinya para murid percaya janji Tuhan dan mengikuti perintah-Nya dengan memilih tinggal di kota itu untuk menantikan diperlengkapinya mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (ayat 49; band. Yoel 2:28). Apa yang dijanjikan Bapa yakni agar "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi", tentu menunjuk kepada pencurahan Roh Kudus yang dimulai pada hari Pentakosta. Para murid bertekun dalam doa sementara mereka menunggu penggenapan janji itu (Kis 1:14).

 

 

 

Kepergian Tuhan Yesus ke sorga juga dapat dilihat merupakan perubahan cara berfikir orang Yunani, yang lebih mementingkan aspek spritual dan tidak memahami makna spiritual dari dunia realitas ini. Bagi mereka orang Yunani, hal spiritual lebih penting dan utama dari pada segala aspek fisik dan tubuh. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadi manusia dengan tubuh sejati dan sekaligus Allah sejati, merupakan penjungkir balikan atas pemahaman itu.

 

 

 

Ia pergi dan pekerjaan penyelamatan Yesus telah selesai dan kini Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dengan penuh kuasa atas bumi dan sorga untuk menjadi hakim bagi semua orang. Bagi kita yang utama adalah seberapa besar usaha kita dalam penantian kuasa pertolongan Tuhan Yesus dalam realitas keseharian kita. Sebagai manusia biasa, kita pasti ada pergumulan dan kerinduan. Di sinilah pentingnya penantian itu sebagai wujud kesetian kita kepada-Nya. Dalam penantian itu tentu kita tidak diam berpangku atau berlipat tangan, melainkan berupaya untuk terus menerus lebih baik dan lebih berkarya bagi Dia. Untuk bisa mengetahui apakah kita sudah maksimal dalam upaya penantian dan pencarian itu, maka hidup Yesus merupakan keteladanan yang layak untuk diikuti.

 

 

 

 

 

Keempat: Menyembah Dia dan terus bersukacita (ayat 50-52)

 

Ketika Yesus naik ke sorga, tubuh-Nya adalah tubuh immortal yakni tubuh kemuliaan. Tubuh itu bisa kelihatan dan bisa tidak kelihatan. Hal yang membuat kita bersuka cita adalah Tuhan Yesus mengatakan tubuh kita saat dibangkitkan nanti dari kematian akan sama dengan tubuh kemuliaan itu (1 Kor 15:42-50). Ini memberikan gambaran bahwa nantinya ada saat tubuh kita itu bisa tampak secara kasat mata, tetapi ada kalanya tubuh kita itu nantinya tidak perlu tampak nyata, sebagaimana tubuh Tuhan Yesus ketika berbicara dengan dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-33).

 

 

 

Peristiwa kenaikan itu mungkin "mengherankan" dalam arti bagaimana tubuh Yesus itu terangkat naik ke sorga dan hilang dibalik awan. Janji Yesus, begitu jugalah Dia akan datang ketika saatnya nanti kita juga diangkat ke sorga bersama-sama dengan Dia. Yohanes Calvin pernah berkata, pengertian sorga janganlah diasosiasikan dengan sebuah tempat, melainkan lebih kepada suatu “keadaan”, yakni situasi yang penuh kedamaian, keindahan dan kesejahteraan. Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan para murid dan juga kita dalam pengertian fisik, tetapi "keberadaan-Nya" dalam keadaan yang baru itu lebih memungkinkan kita semua untuk dapat bersama-sama dengan Dia. Yesus hadir dan berada "di sini dan di sana" dan dengan sabar dan setia menantikan seruan dan permohonan kita.

 

 

 

Hal yang penting saat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi saksi yang baik bagi Kristus. Yesus telah menjawab dengan tidak tergoyahkan atas keraguan kita, bahwa Ia telah mengampuni dosa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Waktu kita sangat terbatas, namun kalau memiliki keinginan dan motivasi, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjadi saksi dan memaksimalkan akar dan motivasi kita itu. Untuk itu kita layak untuk terus menyembah Dia dan terus ada dalam sukacita karena Ia akan memampukan perjuangan kita.

 

 

 

 

Kesimpulan

 

Dalam memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus ini, melalui pembacaan dan perenungan nats yang diberikan, kita mendapatkan gambaran bahwa Yesus adalah penggenapan dari kitab Perjanjian Lama. Kita harus membaca kitab PL itu dengan pikiran yang tertuju pada Yesus Kristus. Nubuatan akan Dia ada di sana dan itu digenapkan dengan penderitaan-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Ini yang harus diberitakan dan sekaligus kita dalam penantian akan kuasa pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sebagai saksi dan berkat bagi orang lain. Dalam penantian itu kita terus memuji dan menyembah-Nya sambil tetap bersuka cita akan anugerah yang sudah diberikan-Nya.

 

 

 

 Selamat beribadah dan selamat melayani.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu VII Paskah – 12 Mei 2024

KHOTBAH (1) MINGGU VII PASKAH 12 Mei 2024

 

 DOA YESUS (Yoh. 17:11-19)

 

 "Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia" (Yoh. 17:14).

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Yoh. 17:11-19 merupakan bagian doa Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya dan bagi kita semua sebelum Ia disalibkan. Pasal 17 ini memang doa yang mengekspresikan peduli kasih Yesus bagi semua murid-murid-Nya.

 

 

 

Pada nas bagian ini Yesus berdoa pada Bapa di sorga agar murid-murid-Nya semua dipelihara dan mereka tetap menjadi satu (ayat 11, 20). Satu di dalam kuasa dan nama-Nya. Ia telah menjaga dan memelihara para murid semasa pelayanan-Nya dan Yesus ingin ketika saatnya tiba Ia pergi, Bapa tetap menjaganya. Para murid dilindungi dari pada yang jahat (ayat 15). Sungguh ekspresi kepedulian yang dalam, sebab Yesus tidak ingin satupun dari kita binasa dalam arti masuk neraka, dan Ia berkata sukacita-Nya akan menjadi penuh.

 

 

 

Pernahkah kita berdoa untuk orang lain dalam ekspresi yang sama dengan Yesus saat itu? Jika belum, carilah orang yang kita kasihi, atau yang kita rasa membutuhkan pertolongan, dan berdoalah baginya kepada Bapa dengan ekpresi kuat dan penuh.

 

 

 

Doa Yesus bagian ketiga pada nas ini, agar kita terus dikuduskan oleh Bapa di dalam kebenaran. Ini merupakan pemeliharaan yang sempurna. Semua dimaksudkan agar kita siap diutus bagi dunia. Kita sama dengan Yesus bukan dari dunia ini. Kita adalah milik Kristus dan sekaligus milik Bapa (ayat 9). Kewargaan kita adalah di dalam sorga (Flp. 3:20). Yang dari sorga pasti kembalinya ke sorga.

 

 

 

Kita telah dibekali dengan kuasa firman dan dengan itulah kita dikuduskan sebab firman-Nya adalah kebenaran (ayat 17). Dalam melakukan firman, kadang dunia akan membenci kita. Itu wajar. Tetapi fokus pada misi di dunia ini perlu, sebab dengan jalan melaksanakan firman itulah panggilan-Nya kita selesaikan dengan baik, meski kadang harus melalui penderitaan. Tetapi hanya melalui ketekunan itulah nama Tuhan Yesus dipermuliakan (ayat 4) yang mengasihi dan terus berdoa bagi kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 5 Mei 2024

Kabar dari Bukit

 

 ROH YANG MENGHIDUPKAN (Kis. 10:44-48)

 

 ”Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu” (Kis. 10:44)

 

 

 

Ajaran Kristiani memiliki penjelasan terbaik tentang keberadaan Allah. Konsep Tritunggal sebagai kesatuan Allah dalam tiga Pribadi Satu hakekat, sangatlah menolong umat percaya untuk mudah memahaminya, tentunya dilengkapi oleh iman. Allah dalam PL dijelaskan dalam realitas yang misterius dan unik, selamanya bertakhta di sorga. Untuk pemeliharaan umat dan ciptaan-Nya, khususnya bangsa Israel, Allah mengutus malaikat dan para nabi.

 

 

 

Gagalnya bangsa Israel sebagai model dan keteladanan bangsa pilihan, membuat Allah Bapa mengutus Anak-Nya Yesus Kristus menjadi manusia; sebab Allah ingin manusia yang diselamatkan. Yesus terbukti memberi teladan dan model menjadi anak-anak Allah. Setelah melayani tiga tahun, Yesus kembali ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, dan kelak menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan yang mati (ay. 42).

 

 

 

Roh Allah sebagai Pribadi ketiga, sejak penciptaan sudah ada (Kej. 1:2), semula tidak menetap diam di hati manusia. ”Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging (Kej. 6:3). Roh Allah terbukti meninggalkan Raja Saul (1 Sam. 16:14). Sepeninggal Yesus naik ke sorga, Roh Allah kemudian dicurahkan penuh, agar diam bersemayam dan berkuasa di hati manusia. Melalui iman dan pimpinan Roh, mereka yang percaya kepada Yesus Kristus, akan memperoleh pengampunan dosa, tidak binasa melainkan memperoleh hidup yang kekal (ay. 43; Yoh. 3:16).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Kis. 10:44-48. Perikop ini menjelaskan tentang pemberitaan Injil oleh Petrus kepada umat non-Yahudi. Ada hadir umat Yahudi dan mereka menjadi tercengang-cengang melihat kuasa Roh Allah bekerja, memperlihatkan tidak ada lagi batasan Allah hanya memilih bangsa Israel, tetapi juga ke atas bangsa-bangsa lain (ay. 45). Tanda-tanda pun diberikan, mereka berbahasa roh (ay. 46).

 

 

 

Ada empat pelajaran yang kita dapatkan melalui nas singkat ini. Pertama, untuk keselamatan dan pemeliharaan umat, Allah bersifat progresif dalam keputusan-Nya. Kita lihat, manusia awalnya hanya memakan buah-buahan, kemudian boleh memakan daging hewan sejak nabi Nuh diselamatkan (Kej. 9:3-4). Pada mulanya Allah berbicara langsung kepada manusia/Adam, kemudian melalui nabi dan malaikat, terakhir mengutus Anak-Nya menjadi manusia.

 

 

 

Pelajaran kedua, baptisan penting, tetapi tidak ada tingkatan bagi mereka yang membaptis, tidak perlu favoritisme dan elitisme denominasi (ay. 34-35, 47-48). Roh Allah yang bekerja dan dilayani, pendeta adalah alat atau saluran; yang menerima adalah gereja sebagai tubuh Kristus. Untuk itu sesama hamba Tuhan dan pelayan, perlu saling menghargai, sebagaimana Rasul Paulus menghargai pelayanan Petrus bagi umat Yahudi (Gal. 2:8).

 

 

 

Pelajaran ketiga, Roh Kudus dapat berkarya pada orang-orang yang belum dibaptis, sebagaimana Abraham dibenarkan meski tidak disunat. Allah tidak dapat dibatasi cara bekerja-Nya. Ketika seseorang menerima Yesus, Roh Kudus dalam penyelamatan-Nya terus membarui (Yoh. 3:3-8), memeteraikan (Ef. 1:13-14). Ia diam memberi jaminan untuk kebangkitan (Rm. 8:11), dan memberi kuasa (Gal. 5:17).

 

 

 

Pelajaran keempat, setelah pertobatan dan pengakuan Yesus, perlu tindak lanjut pengajaran. Mereka yang dibaptis dalam nas ini, meminta Petrus untuk tinggal sementara waktu (ay. 48). Ini memberi kepastian, agar Roh Allah tinggal dan diam di hati orang percaya (Yoh. 14:17; 1Kor. 3:16). Roh akan terus membimbing (Gal. 5:16, 25), mengajar (Yoh. 14:26; 16:13), hingga penuh dengan Roh (Ef. 5:18). Kepenuhan Roh akan memberi kita hidup (Rm. 8:13-14), dan terus menghidupkan, sampai kita kelak bersama malaikat dan Tuhan Yesus di sorga. Terpujilah Allah.

 

 

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu VII Paskah – 12 Mei 2024

KHOTBAH (2) MINGGU VII PASKAH 12 Mei 2024

 

 JALAN ORANG BENAR (Mzm. 1)

 

 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemoh (Mzm. 1:1a)

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu VII Paskah ini diambil dari Mzm. 1 yang berisi 6 ayat. Judul perikopnya “Jalan orang benar dan jalan orang fasik”. Mazmur ini dibuka dengan tujuan kehidupan, yaitu berbahagia. Hidup bahagia itu pilihan, mengambil jalan benar atau jalan orang fasik. Sangat jelas dan kontras yang mesti dipilih.

 

 

 

Pilihan muncul dari kebiasaan dan prinsip hidup yang konsisten, serta kedekatan hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Tentu, jalan yang benar tidak selalu jalan bahagia, kadang melewati tantangan berbatu. Namun, jika berjalan bersama Tuhan, maka kebahagiaan selalu datang meruak merekah. Oleh karena itu, selalulah pegang prinsip pokok untuk tidak mengambil jalan orang fasik yang penuh kesengsaraan dan ujungnya penghakiman dan kebinasaan (ay. 5-6). Kebahagiaan tidak akan pernah diperoleh dari jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

 

 

 

Mazmur ini mengajarkan untuk dapat berbahagia dan berada di jalan yang benar, perlu menyukai firman Tuhan dan rajin merenungkannya. Hidup memang perlu panduan, penuntun, dan Alkitab sudah sangat lengkap dan sempurna. Rambu-rambunya sungguh jelas. Memang jalannya tidak semua mudah, tetapi tidak perlu dirasakan berat. Belajar dan berlatihlah agar menjadikannya mudah. Ambil sarinya, intinya, seperti tentang kasih: Kasihilah Tuhanmu dan kasihilah sesamamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Mat. 7:12).

 

 

 

Jadi, sederhananya janganlah hidup dibuat rumit, apalagi merasa berat untuk melakukan firman-Nya. Mulailah dengan selalu berusaha berbuat kebaikan dan tidak berbuat hal yang orang fasik lakukan. Berusaha terus berjalan dalam kebenaran firman Tuhan, menjalankan prinsip mengasihi, dan tidak sesekali ingin menyakiti hati orang lain. Dengan begitu kita akan terus tegak berdiri, tidak tergoyahkan. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (ayat 3). Haleluya.

 

 

 

Orang yang tidak kita sukai pasti ada; orang yang tidak suka pada kita juga pasti ada. Tetapi tidak perlu menjadikan mereka musuh, apalagi menghukumnya. Ciri orang fasik mudah dikenali, yakni tidak bisa diberi nasihat, maunya mementingkan diri sendiri, suka mencemoh, sombong, penuh dengki dan amarah, tamak, tidak menjadi teladan, dan berjalan tanpa aturan yang berkenan kepada Tuhan. Maka, hindarilah bergaul dengan mereka. Jauhi. "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1Kor. 15:33). Anggap saja sudah tidak ada urusan. Toh orang seperti itu tidak akan bertahan, karena mereka itu kosong, hampa, seperti sekam yang ditiupkan angin (ayat 4-5).

 

 

 

Hidup orang yang mengandalkan Tuhan dan berlandaskan firman-Nya akan selalu disayangi-Nya. Tuhan mengenal anak-anak-Nya yang rindu untuk dituntun dan ingin berbuah menjadi berkat (ayat 6a). Berkat tidak harus berupa materi, bisa dengan banyak senyum sukacita dan selalu rendah hati. Jika pun suatu saat tersandung, berdosa, pintu pengampunan terus terbuka bagi anak-anak-Nya. Tidak dibiarkannya kita binasa seperti orang fasik.

 

 

 

Maka melalui nas minggu ini, mari kita tegaskan pilihan: aku mau hidup di jalan orang benar. Aku mau memegang prinsip, hidup mesti dibuat berbahagia berjalan bersama Tuhan dan terus berbuah.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu VI Paskah – 5 Mei 2024

Khotbah (1) Minggu VI Paskah – 5 Mei 2024

 

 MENGALAHKAN DUNIA (1Yoh. 5:1-5)

 

 "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita" (1Yoh. 5:4).

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini yakni 1Yoh. 5:1-5 berbicara tentang iman yang mengalahkan dunia. Adagium dunia ini kejam, keras, atau permainan semata, dapat membuat nyali kita kecut. Kenyataan kehidupan yang berat atau pahit, membuat kita kadang merasa lelah dan putus asa, dan bisa membawa kita menjadi takut menjalaninya; bahkan ada beberapa mengakhirinya sendiri dengan tragis: kalah.

 

 

 

Dalam nas ini, dunia dimaksudkan sebagai sifat dan keadaan buruk, sebagai musuh, yakni: kemunafikan dan tuduhan palsu (1Yoh. 1 dan 3), keinginan daging dan mata serta keangkuhan hidup (1Yoh. 2), atau ajaran dan nabi-nabi palsu (1Yoh. 4), atau kuasa si jahat dan berhala (1Yoh. 5). Tetapi semua itu dapat dikalahkan oleh satu, yakni iman. Maka seberat atau sekejam apapun hidup, dalam wujud kesusahan dan penderitaan, kita pasti bisa mengalahkannya dengan iman, yakni beriman Yesus adalah Anak Allah. Dasarnya: Yesus telah mengalahkan dunia (Yoh. 16:33). Jadi iman yang berasal dari Allah dan menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya adalah pegangan, dasar, dan kebenaran teguh di dalam hati; yang kadang perlu diikrarkan lisan (ayat 1).

 

 

 

Nas minggu ini menegaskan tanda pembuktiannya yaitu KASIH. Mengasihi sesama (terutama saudara seiman), berarti mengasihi Allah, dan taat pada perintah-perintah-Nya (ayat 2). Ketiga itu semua diminta menjadi sikap hidup kita. Dan yang menarik, perintah-perintah-Nya itu disebutkan tidak berat (ayat 3b). Alamak! Ya tentu, karena iman adalah inisiatif Allah, hubungan yang dibangun Bapa dengan kita anak-anak-Nya. Itulah pegangan kita.

 

 

 

Dengan demikian, kita dapat mengalahkan dunia karena kita tidak lagi takut menghadapi semua yang (akan) terjadi. Penderitaan berat yang terjadi dalam diri sendiri, kita hadapi dengan sikap mengasihi Allah, dan keinginan untuk menyenangkan hati-Nya. Dia yang mengendalikan penuh hidup kita, dan rencana-Nya pasti indah bagi anak-anak-Nya. Kesusahan dan kekecewaan terhadap orang lain, tetap kita hadapi dengan kasih. Tantangan besar pun perlu dibangun untuk kemuliaan-Nya. Kasih mengalahkan segalanya.

 

 

 

Hidup adalah perjuangan. "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih" (1Yoh. 4:18). “Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi” (2Kor. 5:2). Jadi ya wajar saja. Seberapa besar pun arus tantangannya, ayo hadapi dengan iman, kasih dan pengharapan. Tetaplah teguh. Ini akan membawa kita sebagai pemenang. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya" (1Yoh. 2:17). Haleluya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 28 guests and no members online

Login Form