Sunday, May 19, 2024

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 November 2019)

KABAR DARI BUKIT (Edisi 3 November 2019)

 

Bersandar dan Bersyukur

 

Beberapa minggu lagi kita akan masuk masa adven, masa sukacita penantian bagi orang percaya. Penantian penuh pengharapan berdasar kasih Allah yang begitu besar pada kita dan iman yang diberikan yakni kita percaya Tuhan Yesus menjadi manusia dan mati di kayu salib untuk menjadi Juruselamat dan Penebus dosa-dosa kita semua. Oleh karena itu Firman Tuhan hari Minggu ini 2Tes 1:1-4, 11-12 berbicara tentang bersyukur dan bersyukur (ayat 1-4).

Meski ada sesuatu yang membuat hati kita sedih, kita patut dan wajib bersyukur bila melihat semua kebaikan Tuhan pada kita, sejak lahir hingga saat ini. "Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya," kata Daud dalam mazmurnya (Mzm 139:14). Bila bersyukur itu sulit karena ada persoalan dan pengharapan yang belum terkabul, maka kita perlu membersihkan hati dan pikiran, sehingga dapat melihat dengan mata rohani yang benar. Bagaikan pemazmur mengatakan, "Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung" (Mzm 40:6; KJ 439).

Penganiayaan dan penderitaan pada manusia (atau gereja) selalu ada dan Tuhan punya maksud, sebagaimana jemaat Tesalonika dalam nas ini. Maksud Tuhan mulai dari mengajar kita untuk lebih baik, menguji untuk lulus ke tingkatan yang tinggi, atau Tuhan pakai sebagai proses pengudusan. Betul, kadang penderitaan itu datang karena ulah kebodohan kita dan miskin hikmat, sehingga Tuhan "membiarkan" sebagai pengajaran. Tetapi pegangan dasar kita tetap, yakni: Allah itu Maha Tahu, Kasih dan Maha Adil. Seperti pada renungan minggu lalu, semua ada yang mengaturnya, semua dalam kendaliNya. Tugas kita hanya bersandar penuh kepadaNya.

Rasul Paulus menekankan agar kita melihat penderitaan yang datang seperti itu. Tuhan tidak akan membiarkan anak-anakNya jatuh tergeletak (Mzm 37:24), kecuali memang kita yang menyerah dan mengikuti kelemahan daging dan kekuatan Iblis. Bila kita merasa sesuatu terjadi karena ulah orang lain, tidak perlu kita juga merepotkannya dan membuat kita bersusah. FirmanNya menegaskan, Tuhan akan membalas yang menentang anak-anakNya (ayat 6-9). Tuhan akan datang kelak untuk dikagumi oleh semua kita orang yang percaya (ayat 10). "Pembalasan adalah hak-Ku," kata Tuhan (Rm 12:19; Ibr 10:30). Maka, bersyukurlah.

Hal yang penting menurut nas firmanNya minggu ini, meski kita dalam penderitaan, agar tetap layak bagi panggilan-Nya, kita diminta tetap melakukan kebaikan. Kekuatan-Nya akan menyempurnakan segala pekerjaan iman kita (ayat 11). Allah setia dan sanggup membekali dan menguatkan kita hingga berbuah kemenangan di akhirnya. Dan dari semua itu, "nama Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus" (ayat 12). Bersyukurlah. Haleluya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Yesus Datang Mencari dan Menyelamatkan yang Hilang (Luk 19:1-10), silahkan mengklik web www.kabardaribukit.org.

 

Khotbah Minggu 3 November 2019 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 3 November 2019 - Minggu XXI Setelah Pentakosta

 

YESUS DATANG MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG HILANG

(Khotbah Luk 19:1-10)

  

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Hab 1:1-4, 2:1-4 atau Yes 1:10-18; Mzm 119:137-144 atau Mzm 32:1-7; 2Tes 1:1-4, 11-12

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

 

Pendahuluan

 

Dalam perjalannya menuju Yerusalem untuk menyelesaikan tugas misi-Nya, Yesus berhenti dan beristirahat sejenak di Yerikho yang terkenal beriklim sejuk. Kota ini memang sering dipakai untuk beristirahat. Yesus kehausan sehingga berpikir untuk singgah di rumah salah satu penduduk yang mengikuti-Nya. Ternyata Ia menemukan seseorang di atas pohon ara yang berusaha untuk dapat melihat Dia. Hati Yesus tergerak sehingga memutuskan untuk beristirahat di rumah yang memanjat pohon itu, yakni Zakheus, kepala pemungut cukai. Kota Yerikho merupakan kota perdagangan sehingga ada banyak petugas pemungut cukai di situ. Percakapan yang terjadi memberi keselamatan bagi Zakheus sesuai dengan pengajaran di bawah ini.

 

Pertama: kerinduan melihat Yesus (ayat 1-4)

 

Zakheus menyadari dirinya pendek dan sangat susah untuk dapat melihat Tokoh yang diomongkan banyak orang waktu itu, sebab begitu banyak yang berduyun-duyun datang mengikuti Dia. Tapi ia tidak kekurangan akal, dan keinginan hatinya untuk melihat Yesus Sang Tokoh mengalahkan hambatan yang dimilikinya dan juga dari sekelilingnya. Ia kemudian berlari mendahului orang-orang dan lantas memanjat pohon ara agar dengan mudah melihat Tuhan Yesus. Ia melakukan itu untuk memenuhi keinginan hatinya dan rasa penasaran dari perbincangan orang-orang tentang Dia. Hatinya pun mungkin sedang bergejolak tentang kerinduan perubahan. 

 

Tuhan Yesus mengetahui hati setiap orang. Yesus sudah mengetahui kehadiran Zakheus meski ia di atas pohon. Apa yang dilakukan oleh Zakheus bukanlah untuk mencari perhatian, bukan untuk mendapatkan pujian dari Yesus. Zakheus tahu bahwa dirinya sangat dibenci oleh orang Yahudi sebab ia adalah kepala pemungut pajak yang terkenal sebagai pendosa, sehingga berpikir bahwa Yesus juga mungkin membencinya. Tidak ada sepintas pun dalam pikirannya bahwa Yesus akan menyapanya, apalagi sampai memutuskan singgah di rumahnya untuk berteduh dan minum.

 

Akan tetapi hati Yesus selalu penuh dengan kasih. Yesus melihat kesungguhan hati Zakheus. Ia melihat kerinduan hati Zakheus. Ia tahu bahwa Zakheus telah bergolak hatinya atas kesalahan-kesalahan yang ia perbuat. Yesus tahu bahwa Zakheus telah berupaya keras dengan berlari mendahului orang-orang, serta mengambil resiko memanjat pohon ara untuk dapat melihat Dia. Sungguh usaha dan pengorbanan yang tidak kecil dari Zakheus. Inilah yang membuat hati Yesus tergerak, lantas memutuskan untuk menyapanya dan menetapkan Ia singgah di rumah pendosa itu. Sebuah keputusan yang kontroversial. Adakah hati kita tergerak untuk mengetahui Yesus dan menemui Dia untuk mendapatkan kasih-Nya seperti Zakheus?

 

Kedua: Yesus mengetahui yang kita perbuat (ayat 5-7)

 

Tidak ada yang tersembunyi bagi Yesus. Zakheus sebagai kepala pemungut cukai memang sangat dibenci oleh orang Yahudi. Pemerintahan Romawi saat itu terus membutuhkan dana untuk menopang operasi kerajaan mereka yang luas. Cukai atau pajak dalam pandangan umat Yahudi adalah sesuatu yang paganisme, tidak sah, akan tetapi mereka tidak bisa melawan. Sementara pemerintah Romawi terus menekan penduduk dengan pajak yang tinggi dan memakai orang Yahudi sebagai pemungut pajaknya. Pemungut pajak ini, seperti Zakheus, juga memanfaatkan situasi itu dengan mengambil keuntungan bagi dirinya sendiri. Mereka korupsi dan menjadi kaya. Oleh karena itu di mata umat Yahudi, orang seperti Zakheus dianggap penghianat, sangat dibenci.

 

Yesus bisa melihat hati setiap orang dan melihat kesungguhan kita apabila ingin bertemu dengan-Nya. Mungkin kadang kita merasa takut akan Dia, karena merasa keberdosaaan kita sudah demikian banyak dan berat sehingga tidak layak datang kepada-Nya. Kita berpikir bahwa tidak ada lagi jalan pengampunan bagi dosa-dosa kita yang besar itu. Kadang kita merasa Dia jauh dan susah dijangkau karena kebesaran dan takhta-Nya yang demikian tinggi. Atau kadang kita merasa Yesus itu tidak mau peduli karena kita hanyalah orang kecil yang berdosa, apalagi mengambil resiko untuk dapat mengurus dan menyelamatkan kita.

 

Tapi Yesus adalah Allah kita yang Mahabaik. Ia adalah Allah yang sangat dekat bahkan sedekat doa kita saja. Tidak peduli sebesar atau seberat apa pun dosa kita, Ia akan menolong mengampuni kita dan membebaskan kita dari kuk yang berat itu. Ia bertakhta bukan hanya di tempat Mahatinggi, melainkan Yesus bersedia bertakhta di dalam hati kita, berkuasa atas hidup kita. Ia peduli terhadap satu orang, sama seperti pedulinya dengan 99 orang sebagaimana diumpakan dengan satu domba yang tersesat. Ia tidak memedulikan resiko atas keputusan-Nya untuk menyelamatkan seseorang. Ia tahu bahwa keputusan-Nya untuk singgah dan makan bersama di rumah Zakheus akan membawa kritik kepada-Nya. Memang para penduduk mencemoh Yesus karena makan dengan orang berdosa. Tapi Ia senang bergaul dengan orang berdosa, dengan pemungut cukai, dengan pelacur, demi untuk menyelamatkan mereka. Adakah kita juga bersikap demikian? Adakah kita bergaul dengan para pendosa untuk menyelamatkan mereka? Mungkin juga banyak pejabat atau mereka yang berkuasa korupsi tidak tersentuh hukum dunia, kita tidak boleh menjauhi mereka. Kita tidak boleh menjauh dengan mengasingkan diri dari mereka dan membiarkan mereka tetap dengan lumpur dosanya? Ini peringatan dan teladan dari Yesus bagi kita melalui nats ini.

 

Ketiga: mengembalikan milik Tuhan (ayat 8)

 

Semua perbuatan kesalahan menurut hukum dunia pasti memiliki konsekuensi hukuman atau denda, sama halnya dengan hukum sorgawi atau hukum rohani juga memberikan konsekuensi yang berat apabila kita melanggarnya. Hukum Yahudi menetapkan apabila seseorang melakukan kesalahan dengan menipu orang lain, maka ia harus mengembalikan dengan dendanya sebesar 20 % (Bil 5:7). Menggunakan uang persembahan untuk kepentingan diri sendiri, juga harus mengembalikan dengan ditambah denda. Hanya kalau ia terbukti mencuri hewan ternak milik orang lain serta menyembelih/menjualnya, maka ia akan dikenakan hukuman mengembalikan 4 – 5 kali lipat dari kehilangan hewan tersebut (Kel 22:1). Demikian juga Zakheus tahu bahwa hukum Yahudi memerintahkan setiap orang, khususnya mereka yang mampu dan kaya harus memelihara dan peduli pada orang-orang miskin.

 

Zakheus mengetahui semua hukum dan aturan itu. Ia bukan orang bodoh, melainkan orang pintar sehingga diangkat menjadi kepala pemungut cukai. Akan tetapi hatinya lagi bergolak menyadari perbuatannya yang salah. Ia mengetahui dari sikap orang lain padanya dari olok-olok atau kebencian. Ia merasa berdosa dan menyadari bahwa hidupnya perlu diluruskan. Maka ia memutuskan ingin tahu siapa itu Yesus dan ketika Yesus menyapanya dan memutuskan untuk singgah di rumahnya, ia langsung bersukacita. Diperkirakan dari percakapan di rumahnya, Zakheus langsung menetapkan pertobatan dan kemudian berkata: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Hatinya berbalik setelah mendengar perkataan Tuhan Yesus. Dan yang utama, pertobatannya berbuahkan tindakan.

 

Mungkin kita pernah melakukan perbuatan tercela dan menerima hasil yang bukan menjadi hak kita. Mungkin kita pernah korupsi atau menipu atau mengambil keuntungan yang salah dari seseorang. Saatnya kita bertobat dan menyadari keharusan pengembalian yang bukan milik kita. Pengembalian yang bukan hak kita dapat dilakukan dengan menemui mereka atau menyerahkan apa yang dituntut. Pengembalian dapat dilakukan juga melalui pekerjaan Tuhan, sebagaimana Zakheus memberikan kepada orang miskin, juga kepada panti-panti, membiayai penginjilan dan pekerjaan Tuhan lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam hati harus menjadi perubahan dalam tindakan (inward change into outward change). Itu adalah cara yang benar sesuai dengan pesan dalam teks yang kita baca. Kita perlu menguduskan semua milik kita dengan memohon pengampunan kepada-Nya. Pertobatan jangan hanya sebatas hati, tetapi juga dalam tindakan. Sudahkan kita melakukannya?

 

Keempat: mencari dan menyelamatkan yang hilang (ayat 9-10)

 

Tuhan Yesus menyelipkan kekhususan pertobatan Zakheus dengan mengatakan bahwa ia pun adalah anak-anak Abraham. Ia mengatakan itu karena di lingkungan orang Yahudi sehingga menekankan pengutamaan orang-orang di dekat mereka untuk diselamatkan. Yesus menekankan pentingnya lingkungan dekat kita, saudara-saudara kita, orang-orang di sekeliling kita untuk diselamatkan terlebih dahulu. Tidak usah jauh-jauh untuk penginjilan, utamakan yang dekat-dekat dahulu. Banyak orang di sekitar kita melupakan Yesus bahkan belum mengenal kasih-Nya. Maka kita dipanggil untuk memperkenalkan kasih-Nya kepada mereka. Banyak yang terhilang dan memerlukan keselamatan.

 

Penyelamatan Zakheus mengajarkan kita untuk membawa Injil kepada orang yang dibenci masyarakat. Yesus datang untuk mencari dan membebaskan orang-orang dari jerat dosa. Ia melihat hati setiap orang yang rindu akan pertobatan, yang rindu akan pemulihan. Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Kita adalah "petugas-petugas" yang menyebar umpan agar semakin banyak orang "dikail" dan mengikut Yesus. Sebagaimana Tuhan Yesus mengasihi para pendosa yang terhilang maka kita pun wajib mengasihi mereka. Adalah sangat sukar seseorang yang sudah jauh tersesat dapat menemukan jalan kembali, sama seperti halnya menemukan jalan menuju Kerajaan Allah. Kita dipanggil untuk menunjukkan jalan itu dan memperlihatkan iman keselamatan kita kepada mereka.

 

Keselamatan dan anugerah tersedia bagi semua orang. Tidak ada pekerjaan atau perbuatan yang nista dan hina ditolak untuk menerima keselamatan. Memperkenalkan Yesus kepada mereka sama seperti menjadikan mereka sebagai anak-anak Abraham secara rohani, sama seperti kita. Janji itu ada bagi semua orang dan tugas kita menyebarkan kasih-Nya untuk memberikan janji itu kepada mereka. Keselamatan bukan datang karena faktor keturunan, jabatan, atau kelebihan lainnya, melainkan hanya karena pertobatan, iman dan diterimanya anugerah yang tersedia. Yesus datang ke dunia menawarkan itu, mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang.

 

Kesimpulan

 

Mungkin ada diantara kita yang rindu untuk mengenal atau mendekat kepada-Nya. Atau kita takut datang kepada-Nya karena keberdosaan yang kita miliki. Kerinduan itu harus kita perlihatkan kepada Yesus, agar Ia berinisiatif memanggil kita untuk masuk ke dalam rumah dan hati kita. Demikian juga di sekitar kita masih banyak yang belum mengetahui jalan itu, baik karena mereka dikucilkan atau kesombongan atau ketidaktahuan sama sekali, mereka adalah orang-orang tersesat yang memerlukan keinsyafan untuk bertobat. Pertobatan yang terjadi juga jangan hanya slogan iman belaka, tetapi harus diikuti dengan perbuatan khususnya mengembalikan yang bukan milik dan melayani Tuhan. Itu sebagai respons positif atas anugerah keselamatan Allah di dalam Tuhan Yesus, sehingga kita semua akan menjadi anak-anak rohani Abraham yang siap menerima janji-Nya.

 

Tuhan Yesus memberkati.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 33 guests and no members online

Login Form