Sunday, May 19, 2024

KABAR DARI BUKIT (EDISI 24 NOVEMBER 2019)

KABAR DARI BUKIT (EDISI 24 NOVEMBER 2019)

Layak Menerima Raja

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini, Minggu Kristus Raja, diambil dari Kol 1:11-20 dengan judul perikop: doa syukur dan keutamaan Kristus. Pesan yang ditekankan yakni kelayakan kita untuk masuk ke masa adven dan kedatangan Kristus Raja. Nas ini sebuah himne rasa syukur, Allah Bapa telah membuka jalan perdamaian atas dosa-dosa kita dan melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya (band. Ef 6:12). Di dalam Dia yang telah menjadi manusia, kita memiliki penebusan yaitu pengampunan dosa (ayat 14) dan rekonsiliasi (ayat 21-22). Ia telah menanggung segala sesuatu dengan tekun dan penuh kesabaran bagi kita (ayat 11).

 

Kita menjadi layak di hadapan-Nya oleh karena hidup kita menerima pengajaran yang benar dari-Nya, bukan dari nabi-nabi palsu dan juga hikmat dunia. Sebagai anak-anak terang, kita terus memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik, dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah (ayat 10). Oleh karena itu pula hidup kita harus lepas dari segala akar pahit, dendam dan permusuhan, bersih dari rasa kecewa dan kehilangan semangat. Kita percaya selain ditebus oleh-Nya, kita dikuatkan oleh kuasa kemuliaan-Nya melalui Roh Kudus dan diam dalam hati kita.

Pemimpin gereja-gereja memilih nas firman ini untuk mengingatkan kita agar menempatkan Kristus sebagai Raja dalam kehidupan kita dan alam semesta. Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan. Ia setara dengan Bapa yang mengutus-Nya menjadi manusia agar serupa dengan kita. Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (ayat 16).

Tuhan Yesus menjadi utama oleh karena memang istimewa. Ia lahir tanpa benih laki-laki (dan agama lain mengakuinya). Ia melayani hanya 3,5 tahun tetapi memiliki pengikut terbesar di dunia, melakukan paling banyak mukjizat, dan terutama Ia mati berkorban dengan disalibkan. Tidak ada “manusia” seperti Dia. Ajaran-Nya penuh kasih, mengampuni, membalas kejahatan dengan kebaikan. Suungguh dahsyat. Super.

Itu sebabnya kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga. Kini pertanyaan kembali kepada diri kita: sudahkah kita mensyukurinya dan membereskan segala dosa-dosa kita dengan mohon pengampunan dan bertobat? Sudahkan kita menjadikan Yesus Kristus sebagai yang utama dan Raja yang memerintah hidup kita? Mari hidup untuk menyenangkan Dia.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Ia Menumbuhkan Tanduk Keselamatan Bagi Kita (Luk 1:68-79) silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Khotbah Minggu 24 November 2019 - Minggu XXIV Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 24 November 2019 - Minggu XXIV Setelah Pentakosta

 

 

IA MENUMBUHKAN TANDUK KESELAMATAN BAGI KITA

(Luk 1:68-79)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yer 23:1-6; Mzm 46; Kol 1:11-20

 

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

 

Pengantar

Zakharia, seorang imam Yahudi, menerima pesan akan kedatangan Allah ke bumi, sama seperti yang dialami oleh Maria dan Yusuf, orangtua duniawi Tuhan Yesus. Zakharia bersama istrinya Hana dikenal sebagai orang yang baik dan suci, sehingga mereka layak untuk menerima pesan penting itu. Namun, hingga di usia tuanya mereka tidak memiliki anak, dan bagi orang Yahudi ini merupakan sebuah aib sebab dianggap keluarga atau hamba Tuhan yang tidak diberkati. Akan tetapi Allah tidak pernah diam mendengar doa yang disayangi-Nya. Dari pengalaman Zakharia yang dipilih Tuhan untuk memperoleh berkat khusus itu, kita mendapatkan pelajaran hidup sebagai berikut.

Pertama: Nyanyian pujian sukacita Zakharia (ayat 68)

 

Zakharia dan Hana terus berdoa pada Tuhan agar diberikan anak, sehingga aib itu hilang. Mereka juga merindukan agar Mesias yang dinyatakan dalam Perjanjian Lama itu datang ketika mereka masih hidup. Doanya itu didengar dan dijawab ketika suatu saat ia ditunjuk sebagai imam yang masuk ke dalam Ruang Maha Kudus, mempersembahkan pembakaran ukupan kepada Allah mewakili jemaah. Ia sangat terkejut ketika tiba-tiba muncul malaikat yang menyampaikan berita akan lahirnya Juruselamat yang akan didahului oleh kelahiran putranya.

 

 

Itu sungguh sesuatu yang sulit diterima pikirannya. Umurnya yang lanjut mengalahkan janji Allah yang membuat ia ragu. Akibatnya, Allah menghukumnya dengan membuat dia bisu hingga janji Allah itu menjadi kenyataan. Allah terus melakukan hal besar bagi setiap orang yang setia dan berkenan kepada-Nya. Kelemahan fisik tidak menjadi hambatan bagi Allah. Sama seperti Abraham dan Sarah (Kej 17:17; 18:12), Musa (Kel 3:10-15), yang pernah meragukan janji Allah akan kelahiran anak di usia tua. Akan tetapi Allah kadang dengan cara yang tidak terduga memenuhi janji-Nya. Keraguan pada rencana dan kebaikan Allah kadang membuat Allah dapat menghukum, namun hukuman itu adalah agar kita lebih taat dan percaya kepada-Nya.

 

 

Seperti halnya Zakharia, kita hamba-hamba dan anak-anak-Nya melewati pelayanan demi pelayanan. Zakaria dibentuk Allah menjadi teladan bagi kita yang mungkin meragukan Allah dan mulai tidak taat dan sepenuh hati. Kita mendapatkan pengharapan melalui kisah Zakaria. Doa dan pengharapan Zakharia ternyata dikabulkan. Nyanyian himne Zakharia ini adalah pujian sukacita darinya akan kenyataan berkat yang diterimanya dan setelah ia bebas dari kebisuannya. Nyanyian himne ini diperuntukkan bagi Tuhannya, bagi bangsa Israel dan bagi kita semua. Berita keselamatan itu diberikan kepada Zakharia imam yang taat dan setia. Mari kita tetap setia dan terus melayani Dia, sebab kuasa-Nya melebihi akal pikiran kita untuk menggenapi segala pengharapan dan pergumulan kita.

 

Kedua: tanduk keselamatan dari keturunan Daud (ayat 69-71)

 

Di tengah-tengah kegelutan hidup di bawah pemerintahan Romawi, ada dua pemikiran tentang kedatangan Mesias bagi umat Israel. Pertama, yang akan datang adalah nabi Elia kepada mereka menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat (Mal 4:5); dan kedua, merupakan pemenuhan janji Tuhan untuk pembebasan dan keselamatan yang diberikan melalui keturunan Daud. Tapi yang didengar oleh Zakharia melalui malaikat yakni Mesias yang akan datang itu merupakan tanduk keselamatan bagi bangsa Israel dari keturunan Daud, hamba-Nya itu, untuk melepaskan mereka dari kekuatan-kekuatan musuh dan dari dari orang-orang yang membenci mereka (silsilah Yesus sebagai keturunan Daud, lihat Mat 1:1-17).

 

 

Malaikat menyampaikan pesan kepada Zakharia bahwa anaknya itu nanti akan menjadi pembuka jalan bagi Juruselamat yang akan datang. Maka ia mengalami dua sukacita di usia tuanya, yakni ia memperoleh anak yang didambakannya, dan Mesias yang ditunggu-tunggunya ketika ia masih hidup kini akan datang. Ini adalah jawaban doa panjangnya dan membuktikan Allah tidak pernah melupakan umat kesayangan-Nya. Kelahiran Yohanes menjadi pertanda awal, bahwa Allah akan menggenapi apa yang telah dijanjikan-Nya. Putra Zakharia yakni Yohanes nabi Allah yang Mahatinggi itu akan menjadi nabi Allah yang bertugas untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan menjadi manusia.

 

 

Memang kalau dilihat dari keberadaan manusia yang lemah dan terus berbuat dosa, rasanya hal yang mustahil Allah datang melawat untuk membebaskan dan menyelamatkan. Akan tetapi kasih-Nya melampaui semua dosa dan kesalahan manusia, dan karya penyelamatan-Nya menjadi nyata ketika keturunan Daud turun ke dunia melalui Tuhan Yesus. Zakharia memakai istilah tanduk keselamatan sebagai lambang kekuatan, sama seperti dituliskan dalam kitab Perjanjian Lama (Mzm 18:13; 75:5; 89:18; 92:11; Ul 33:17; Zak 2:4). Maka dalam hal ini Allah tidak sekedar melawat umat Israel, melainkan memberikan Juruselamat yang kuat untuk membebaskan mereka dari kegentingan hidup. Mereka tidak terpikir bahwa kali ini Allah melawat untuk menghukum (band. Luk 7:16; 1Pet 2:12), melainkan lebih kepada pemenuhan janji kebebasan dan keselamatan. Inilah yang menjadi himne syukur Zakharia.

 

Ketiga: perjanjian-Nya yang kudus (ayat 72-75)

 

Alkitab menuliskan bahwa Allah memberikan janji-janji kepada manusia. Allah berjanji kepada Hawa bahwa keturunan perempuan itu yang akan meremukkan iblis, dan janji itu dipenuhi. Allah berjanji kepada nabi Nuh bahwa Allah tidak akan menghukum manusia dengan air bah, dan itu menjadi kenyataan hingga kini. Allah berjanji kepada Abraham menjadi berkat bagi banyak orang melalui dia (Kej 12:3) dan terbukti begitu besar keturunannya baik secara fisik maupun rohani. Allah juga berjanji kepada Musa untuk mengembalikan mereka ke tanah perjanjian tanah Kanaan, dan itu terwujud kemudian. Allah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya yang akan menjadi penyelamat bangsa-bangsa, dan itulah yang diwujudkan-Nya saat ini.

 

Memang disini keterbatasan pemahaman Zakaria sebagai orang Yahudi. Ia juga masih berpikir dan berpengharapan bahwa Mesias yang datang itu adalah untuk membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi. Mereka berpikir yang datang itu dari keturunan Daud agar kekuatan bangsa Yehuda sama seperti masa-masa jayanya Raja Daud. Akan tetapi karya penyelamatan Allah melalui keturunan Daud tidak dapat lagi dibatasi hanya kepada umat Israel. Keturunan Daud yang datang itu tidak berbicara pembebasan fisik dan berkat jasmani, melainkan kepada pembebasan jiwa. Mesias yang datang itu tidak untuk membangun kerajaan Yehuda dan Israel saja, melainkan kerajaan rohani yang melewati batasan-batasan suku-suku dan bangsa-bangsa.

 

Janji Allah adalah janji yang kudus. Bahkan demikian seriusnya janji Allah sehingga Ia menekankan kata sumpah dalam janji-nya (band. Ibr 6:13). Kesetiaan Allah terhadap perjanjian membuat kita harus percaya kepada-Nya. Namun Ia juga meminta kita setia dengan perjanjian itu, sehingga apa yang ada dalam perjanjian kita sengan Allah akan menjadi kenyataan. Kini pertanyaannya, apa janji yang kita harapkan dari Allah secara spesifik dalam kehidupan kita, dalam pengharapan kita, dalam pergumulan kita? Allah senang kita berjanji untuk memperoleh yang kita harapkan. Tapi tetaplah setia sampai semua janji itu digenapkan-Nya.

 

Keempat: pengampunan dan surya di dalam kegelapan (ayat 76-79)

 

Seperti dikatakan di atas pada zaman itu ada banyak pemahaman tentang kedatangan Mesias berupa lawatan Allah. Orang Yahudi berpikir bahwa ketika Allah datang maka yang terjadi adalah penghakiman dan penghukuman. Bagi mereka Allah adalah hakim dan penuntut. Sementara bagi orang Yunani, Allah adalah Kuasa di tempat Mahatinggi, penuh dengan kemegahan, yang hanya mengawasi tindak tanduk manusia dan tidak berinteraksi langsung dengan mereka. Tapi ternyata Allah melalui Tuhan Yesus datang bukan seperti itu. Dia datang untuk memberi pengampunan.

 

Yohanes anak Zakharia sebagai pembuka jalan diminta memberikan pemberitaan pertobatan dari dosa-dosa mereka. Tugas Yohanes memberikan pemahaman akan kelepasan dari kegelapan melalui pertobatan dan pengampunan dosa. Pengampunan dalam hal ini bukan konsep pengurangan hukuman atau petunjuk baru untuk mendapatkan pengurangan hukuman itu, misalnya dengan perbuatan baik atau menambah persembahan hewan sebagaimana mereka fahami. Jalan pertobatan yang diberikan adalah jalan damai sejahtera sebagai pilihan. Jalan ini bukan menuju kepada jalan ke keselamatan, melainkan jalan keselamatan yang sudah pasti, dan kita dapat menikmatinya dalam proses kehidupan yang dijalani.

 

Zakharia menyebut Surya pagi, dimaksudkannya sebagai terang ibarat terbitnya matahari di ufuk timur dari tempat tinggi, yang akan menyinari mereka keluar dari kegelapan (band. Mal 4:2). Surya pagi yang juga dimaksudkan sebagai Mesias (Mal 3:18; Yes 60:1) yang akan menuntun kehidupan mereka berdamai dan dekat dengan Allah, sehingga bebas dari belenggu ketakutan, termasuk ketakutan pada kematian. Terang yang akan datang membuka keterasingan manusia untuk menjadi bersahabat dengan Allah. Dia yang semula ditakuti karena penghukuman-Nya kini menjadi Allah yang penuh kasih dan sama dengan manusia. Lawatan Allah ini yang harus disambut dengan pertobatan sejati dan beribadah kepada-Nya tanpa rasa takut (1Yoh 4:18). Itulah Surya pagi yang merupakan rahmat anugerah bagi kita yang sungguh-sungguh menyerahkan hidupnya bagi Allah, sama seperti Zakharia. Dan ini juga yang dikatakan oleh Maleakhi, "Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah" (Mal 4:6).

 

Penutup

 

Nyanyian Zakaria adalah sanjungan atas perbuatan Allah bagi dirinya. Ia melihat betapa baiknya Allah di dalam kehidupannya, dengan mengabulkan dua doa besarnya. Allah telah memilih dia sebagai ayah seorang nabi pembuka jalan bagi Mesias yang akan datang. Semua itu karena kesetiaannya. Janji Allah itu juga digenapkan bahwa Mesias yang datang itu dari keturunan Daud, tanduk keselamatan yang kokoh seperti raja Daud. Namun jalan yang dibuka bukan kerajaan dunia berupa fisik, melainkan kerajaan rohani melalui pertobatan dan keselamatan sorgawi. Inilah Surya damai itu bagi kita semua, pengharapan Zakharia yang menjadi pengharapan kita semua. Tetaplah teguh dan setia seperti Zakharia dan kita akan menerima janji-janji-Nya yang kudus dalam kehidupan kita sehingga mampu membuat nyanyian sukacita seperti Zakharia.

 

Tuhan memberkati.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 19 guests and no members online

Login Form