Sunday, May 19, 2024

KABAR DARI BUKIT (Edisi 17 November 2019)

KABAR DARI BUKIT (Edisi 17 November 2019)

 

Berdoa dan Bekerja

 

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini, 2Tes 3:6-13 dengan judul perikop "Berdoa dan Bekerja." Sasaran pesan nas ini ada tiga kelompok. Pertama, mereka yang berharap hari Tuhan akan datang, melihat dunia akan berakhir, sehingga tidak perlu (lagi) kerja keras. Pandangan seperti ini tidak banyak lagi saat ini, hanya terjadi sesekali pada kelompok kecil ekstrim dengan motivasi yang salah.

Kedua, nas ini ditujukan bagi mereka yang terlalu mengandalkan doa dalam segala persoalan. Kita percaya Allah ikut bekerja dalam segala hal, tetapi bukan berarti kita menyerahkan semua kepada Allah untuk menyelesaikan persoalan kita dan kita pasif. Betul, semua perlu dimulai dan didasari doa, dengan tujuan agar Allah berkenan menolong dan memimpin. Tapi jangan dilupakan, dalam doa itu juga kita perlu berjanji untuk melakukan yang terbaik. Pameo "doa adalah setengah pekerjaan" tidaklah pas, sebab peran Allah tidak layak dimatematisir. Itu hanya polesan dari pameo, "perencanaan yang baik telah menyelesaikan setengah dari pekerjaan." Itu yang betul.

Dengan dasar doa yang baik dan hubungan yang kuat dengan Allah, peran kita tidak berarti dikecilkan. Upaya yang terbaik dan maksimal dari kita perlu dilakukan, dalam arti seolah-olah "tidak perlu mukjizat" dan Allah senang kita bisa menyelesaikannya dengan baik. Firman Tuhan mengatakan, "Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia" (Kol 3:23). Do your best and let God do the rest!

Terlebih bagi kita anak-anak Tuhan, yang dipanggil sebagai saksi dan teladan dalam kehidupan (ayat 7), tidak ada ruang untuk malas. Seorang Kristiani, dalam pekerjaan bila pimpinan meminta output 10, maka berikan 15. Tunjukkan kita mampu. Jangan diminta pimpinan 10 dan output yang kita berikan hanya 5, dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal apalagi menyalahkan. Kerja, kerja, kerja dan awalilah dengan doa. Ora et Labora.

Nas minggu ini bagi kita cukup keras yang mengatakan, jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan (ayat 10). Bila tidak menerima nasihat, jangan berkawan dengan mereka (ayat 6, 14-15). Jangan menjadi beban orang lain, semua mau gratisan (ayat 8, band. 1Tes 5;14). Jangan juga sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna (ayat 11), seperti ngobrol omong kosong, debat tanpa data, bergossip, suka iseng, sibuk ikut campur yang bukan urusannya, dan lainnya. Hidup ini lebih baik diisi dengan melakukan hal lain yang menjadi berkat bagi sesama, seperti ayat penutup nas ini: Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik (ayat 13).
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

Khotbah lainnya bagian leksionari hari Minggu ini: Waspadalah, Saatnya Sudag Dekat (Luk 21:5-19) silahkan mengklik website www.kabardaribukit.org.

 

Khotbah Minggu 17 November 2019 - Minggu XXIII Setelah Pentakosta

WASPADALAH, SAATNYA SUDAH DEKAT (Luk 21:5-19)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 65:17-25 atau Yes 12 atau Mal 4:1-2a

Mzm 98 2Tes 3:6-13; Luk 21:5-19

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)

 

Pengantar

Minggu ini kita diberikan nats yang menggambarkan Tuhan Yesus telah tiba di Jerusalem di akhir masa pelayanan-Nya. Setelah selesai melakukan percakapan dan perdebatan di dalam Bait Allah, Tuhan Yesus kemudian hendak meninggalkan tempat itu. Para murid yang umumnya berasal dari Galilea dan jarang berkunjung ke Jerusalem sangat mengagumi bangunan Bait Allah tersebut. Akan tetapi Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka bahwa Bait Allah itu tidak lama lagi akan dirubuhkan. Ia juga memberikan nubuatan dan tanda-tanda akhir zaman yang sudah dekat. Kita kembali melihat nubuatan Tuhan Yesus selalu benar dan tepat. Dari apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus kita mendapatkan pelajaran sebagai berikut.

 

Pertama: nubuatan yang terjadi (ayat 5-6)

Bait Allah yang dimaksudkan dalam nats ini adalah tempat ibadah yang menjadi kebanggaan umat Yahudi. Bait Allah ini ada dalam suatu kompleks yang besar dengan luas sekitar 500 x 400 meter. Bait Allah ini pertama kali dibangun oleh Raja Salomo, kemudian diruntuhkan oleh pasukan Babilonia di abad ke-7 SM. Kompleks ini kemudian dibangun oleh Ezra setelah kembali dari pembuangan di abad ke-6 SM, namun dinodai oleh Seleucids di abad ke-2 SM dan tidak lama kemudian dilakukan proses pentahiran kembali oleh Makabe. Setelah itu Bait Allah ini diperluas oleh Herod selama 46 tahun. Banyak sekali benda-benda yang indah dan mahal ditempatkan di dalam bangunan maupun di luar sebagai pajangan, yang umumnya sebagai persembahan dari orang-orang kaya atau penguasa. Oleh karena itu bangunannya sangat indah dan penuh dengan nilai historis. 

 

 

Para murid demikian kaget ketika Tuhan Yesus berkata bahwa Bait Allah itu akan diruntuhkan dan tidak ada satu batu pun yang akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Itu suatu nubuatan yang tidak diinginkan oleh mereka. Dengan pondasi yang begitu besar-besar dan kokoh (konon satu batu pondasi berukuran 20 x  5 x 4 meter) hal itu menjadi hal yang sulit dibayangkan. Keindahan Bait Allah yang dilapisi dengan marmer putih dan dihiasi dengan lempengan-lempengan emas memang sangat indah dan tidak percaya akan dirusak. Namun ternyata nubuatan ini terjadi, semuanya menjadi kenyataan ketika jenderal Titus dan pasukan Romawi di tahun 70 M mengepung dan membakar seluruh kota Jerusalem. Bait Allah itu ikut dihancurkan. Ini dapat dianggap sebagai hukuman kepada bangsa Israel karena menolak Tuhan Yesus. Ia telah melihat bagaimana para kaum Farisi dan orang Isreael selama dalam perjalanan menuju Jerusalem dan pertemuan serta percakapan di dalam Bait Allah mereka tidak menerima Dia dengan baik, meski dalam perdebatan Yesus selalu menang.

 

 

Ini merupakan suatu peringatan kepada kita. Ada beberapa aspek yang perlu kita lihat dan belajar dari peristiwa ini, yakni menghindari gereja-gereja kita membangun fasilitas fisik dengan penuh unsur kemewahan namun tidak ada manfaatnya bagi pertumbuhan rohani umat. Apa yang dihasilkan dari bangunan megah hanyalah kebanggaan yang kosong. Hal itu juga berkaitan dengan ketaatan gereja dalam mengikut Dia, yang tidak hanya melaksanakan ritual ibadah setiap minggu (koinonia) dan mempercantik bangunan, akan tetapi perlunya ketaatan dalam perintah Tuhan Yesus dalam kegiatan-kegiatan diakonia (berupa bakti pelayanan sosial) dan juga marturia (penginjilan dan penyebaran kabar baik) ke luar gedung gereja. Refleksi itu sangat mudah dilihat dari penggunaan anggaran masing-masing gereja, apakah pemakaian anggaran yang ada sudah cukup seimbang untuk ketiga kegiatan utama gereja tersebut. Bahaya yang tidak kelihatan ini dapat suatu saat menjadi bumerang bagi umat Kristen dan kemerosotan dalam misi dan keberadaannya di dunia. 

 

Kedua: tanda- tanda akhir zaman (ayat 7-11)

Para murid langsung bertanya dengan dua pertanyaan: kapan itu akan terjadi? Apa tanda-tandanya? Tuhan Yesus tidak langsung menjawab pertanyaan para murid melainkan memberikan beberapa tanda-tanda dalam nats ini (tanda-tanda akhir zaman atau hari Tuhan dalam Alkitab ada di beberapa kitab dan ayat), yakni akan muncul mesias palsu, terjadinya peperangan dan pemberontakan antara bangsa melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, bencana alam berupa gempa bumi dahsyat, mewabahnya penyakit sampar dan kelaparan, dan tanda-tanda lainnya, serta yang terutama akan ada penangkapan dan penganiayaan terhadap para murid dan orang percaya dan dimasukkan oleh penguasa ke dalam penjara-penjara.

 

Di sini para murid melakukan kesalahan berpikir dengan menafsirkan bahwa keruntuhan Bait Allah berhubungan dengan akhir zaman dan berpikir bahwa kedua hal itu berhubungan secara langsung. Nubuatan berupa tanda-tanda akhir zaman tersebut tidak harus langsung ditafsirkan secara harafiah, meski dapat ditafsirkan bahwa hancurnya Bait Allah itu menjadi suatu lambang akan kedatangan-Nya kembali untuk menghakimi dunia. Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus yakni adanya hubungan antara penghukuman terhadap bangsa-bangsa melalui kehancuran sesuatu dan penghakimam pada akhir zaman. Soal waktunya, tidak harus bersamaan atau berurutan. Ada masa antara yang selalu bisa terjadi. Tuhan yang menetapkan segalanya.

 

 

Namun para murid mengira bahwa semua itu akan langsung terjadi ketika Yesus menggenapi kemesiasan-Nya. Padahal apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bukan berarti bahwa kesudahan dunia ini sudah dekat, meski Bait Allah itu sendiri akan dihancurkan. Kesalahan ini tidak dapat dihindari sebab kecendrungan kita manusia hanya ingin memenuhi kepuasan sendiri akan sebuah informasi rinci dan justru tidak berminat pada nilai-nilai utama dan manfaat yang kita perlukan. Oleh karena itu Tuhan Yesus memberikan pandangan tentang apa yang mereka perlu lakukan dan memberikan peringatan agar mereka tidak mengikuti mesias palsu dan bersiap terhadap segala kemungkinan buruk yang akan terjadi di hari-hari mendatang. Ia senang memberi tanda-tanda dan manusia diberi hikmat untuk mencari dan mengetahui tanda-tanda yang diberikan (band. Ayat 29-30).

 

Ketiga: diperlengkapi dengan hikmat dan kata-kata (ayat 12-14)

Tuhan Yesus mengingatkan bahwa penderitaan yang para murid akan alami bisa datang dari pengkhianatan anggota keluarga dan teman-teman. Iman dan kesetiaan pada Yesus mungkin membuat keluarga atau teman memusuhi kita. Penggenapan penderitaan yang dinubuatkan Yesus memang terjadi sebagaimana Lukas mencatat banyak hal dalam kitab Kisah Para Rasul. Akan tetapi Yesus tidak membiarkan murid-murid-Nya tidak siap dengan hari-hari yang berat ke depan. Ia meyakinkan para murid bahwa Ia akan terus menyertai mereka, melindungi mereka dan membangun kebesaran kerajaan-Nya bersama dengan mereka. Oleh sebab itu pada akhir abad ke-2 bapak gereja Tertulian menuliskan, darah Yesus adalah benih, sebab para penentang membangun penyebaran kekristenan. 

 

Dari catatan kuno yang ada disebutkan bahwa semua rasul mati syahid dengan melewati penganiayaan dan penyiksaan karena nama-Nya (kecuali Yohanes yang meninggal terasing di Patmos). Begitu pula orang percaya terus dikejar dan disiksa sebagaimana yang dilakukan oleh Paulus (Saulus) sebelum ia bertobat dipanggil Yesus. Tapi akhirnya Rasul Paulus menuliskan bagaimana ia bersukacita dengan penderitaan yang dialaminya karena itu membuat dia semakin mengenal Kristus dan Kristus membangun dan bekerja bagi gereja-Nya (Flp 3:10; Kol 1:24). Ia mengalami seperti apa yang dikatakan Yesus, menetapkan di dalam hatinya dan tidak memikirkan pembelaannya ketika berhadapan dengan musuhnya. Tuhan Yesus sendiri yang memberikan kata-kata hikmat, sehingga Rasul Paulus tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawannya.

 

 

Gereja mula-mula berkembang meskipun penuh dengan penderitaan. Penganiayaan dan penindasan fisik adalah jalan kesempatan bagi umat Tuhan untuk bersaksi untuk kebesaran Nama-Nya (Flp 1:12). Kekristenan dalam setiap waktu harus bersiaga menghadapi kemungkinan seperti ini. Hal ini menjamin bahwa meskipun kita kadang merasa ditinggalkan, Roh Kudus akan beserta dengan kita. Ia akan menghibur, melindungi, dan memperlengkapi kita dengan Firman yang kita butuhkan. Segala penderitaan tetap ada dalam kuasa dan pengendalian-Nya. Jaminan ini memberi kita keberanian dan berpengharapan pada Kristus untuk berdiri teguh dalam situasi apapun yang akan kita hadapi. Dan Ia juga berjanji akan kembali dengan penuh kuasa dan kemuliaan untuk menyelamatkan kita. Apa yang Tuhan Yesus ingatkan dan janjikan kepada para murid juga sama dengan kepada kita untuk mengarahkan pandangan kita untuk kedatangan-Nya kembali.

 

Keempat: tetap  bertahan untuk memperoleh hidup (ayat 15-19)

Tuhan Yesus secara jujur mengatakan bahwa kita tidak akan terhindar dari penderitaan bahkan dapat berupa kematian. Kita harus mengingat bahwa banyak para murid yang mati martir. Hal yang ditekankan Yesus adalah kita tidak akan menderita secara rohani apalagi kita akan mendapatkan kemuliaan kekekalan bersama-Nya. Setiap orang percaya harus melakukan tugas dan panggilannya untuk bersaksi bagi Kristus. Kita diminta memperlihatkan iman kita bagi perluasan kerajaan-Nya, melalui ketekunan dalam berdoa, beribadah dan bersekutu untuk saling menguatkan, melakukan perbuatan baik bagi sesama, kesediaan bersaksi tentang jaminan keselamatan yang kita miliki, dan yang terutama kesediaan berkorban termasuk dalam penderitaan.

 

Kita tidak perlu kuatir akan apa yang akan menerpa dalam tugas panggilan itu. Allah akan memelihara dengan jaminan penuh penyertaan-Nya dan bahkan sehelai rambut pun tidak akan hilang dari kepala kita. Kasih Allah tidak akan terpisahkan dari anak-anak-Nya yang setia. Jaminan yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah jaminan rohani, bukan jaminan jasmani. Dalam arti, walapun berkorban nyawa, kita tidak perlu takut. Di dunia ini semua orang akan mati, akan tetapi mereka yang percaya dan taat akan diselamatkan bagi kehidupan yang kekal. Orang percaya yang setia berjalan dengan Kristus dapat kehilangan nyawanya, tetapi tidak akan pernah kehilangan jiwanya.

 

 

Inilah tugas gereja yang ditekankan dalam nats ini. Jangan terlalu terpukau dalam pembangunan fisik dan bangunan yang indah mengagumkan banyak orang, tetapi tidak siap untuk berkorban dan menderita bagi yang lain. Orientasi gereja harus selalu berpikir akan hari Tuhan dan kedatangan-Nya. Pertanyaannya bukan soal waktu itu sudah “dekat” atau masih “jauh”. Bait Allah yang digambarkan melalui nats ini adalah sebuah bukti, bahwa penolakan akan kebenaran yang Allah tunjukkan dapat menjadikan keruntuhan dan penghukuman. Gereja-gereja harus bercermin dan terus memberikan yang terbaik bagi pembangunan rohani jemaatnya dan kesiapan bersaksi melalui organisasinya, hamba-hambanya dan terutama seluruh jemaatnya. 

 

Penutup

Bait Allah yang demikian megah itu tidak berkenan kepada Tuhan dan akhirnya dibakar dan diruntuhkan. Tidak ada kemegahan yang abadi di dunia ini. Sebagai murid Tuhan Yesus, kita sebaliknya diminta untuk memiliki hati yang selalu terarah kepada-Nya, bukan kekaguman pada keindahan fisik duniawi. Akhir zaman akan selalu tiba dan tidak perlu mempersoalkan jauh dan dekatnya. Hikmat kita untuk mengerti tanda-tanda. Kita dipanggil untuk bersaksi setia dan menjadi berkat bagi sesama, melalui kehidupan pribadi, keluarga dan gereja. Adalah tugas gereja untuk terus mengingatkan pesan Tuhan Yesus, siapa yang tetap bertahan, akan memperoleh hidup (yang kekal).

Tuhan Yesus memberkati.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 19 guests and no members online

Login Form