Tuesday, May 07, 2024

2024

Khotbah (1) Minggu II Pra Paskah – 25 Februari 2024

Khotbah (1) Minggu II Pra Paskah – 25 Februari 2024

 

 

HARGA MENGIKUT YESUS (Mrk. 8:31-38)

 

 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya” (ayat 34-35)

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu II Pra-Paskah hari ini Mrk. 8:31-38 bercerita tentang nubuatan penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia. Yesus telah mengetahui akhir pelayanan-Nya, dengan berkata: Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (ayat 31). Petrus yang responsif menegur Yesus, tetapi Yesus balik menghardiknya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

 

 

 

Yesus kemudian berkata kepada orang banyak dan murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya....” Dua syarat yang sangat berat. Yang pertama adalah menyangkal diri. Ini jelas tidak mudah. Menyangkal diri berarti menghilangkan hak dan kepentingan diri sendiri. Kehidupan tidak lagi milik sendiri tetapi menjadi milik Tuhan. "Bukan aku lagi yang hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku" (Gal. 2:20). Sebagai milik Tuhan, maka kita diminta terus mengarahkan hidup untuk kepentingan kemuliaan-Nya. Bukan ke diri sendiri. Bahkan, dalam tantangan kematian pun, tetap setia ikut Dia; bukan meraung, berharap pada dukun, atau kuasa gelap. Ditegaskan-Nya: yang mencoba mau menyelamatkan nyawanya justru ia akan kehilangan nyawanya.

 

 

 

Syarat kedua, memikul salib. Salib dalam hal ini bukan sekedar simbol, tetapi jelas sebagai beban, jalan penderitaan. Wujudnya bisa muncul dalam kesusahan hidup, penyakit, anak bermasalah, musibah, dan lainnya; semua Tuhan yang tetapkan. Refleksi diri perlu dengan kerendahan hati, melihat akarnya. Rencana Tuhan sering berupa misteri, tetapi dengan iman dan mata rohani, semua akan berakhir indah.

 

 

 

Mengikut Tuhan berarti taat sepenuhnya pada-Nya. Harkat diri bisa tertantang menjadi rendah. Demi Dia, reputasi dan kehormatan bukanlah sesuatu yang harus mutlak ditinggikan. Percaya dan berserah; tidak hanya percaya, tapi juga berserah. Tidak juga berserah tapi tidak percaya. Kadang bisa terasa berat dan seolah tak mampu. Tetapi ketika iman dikedepankan dan bekerja, maka Tuhan akan menguatkan dan memampukan. Yesus telah memberi teladan dengan memikul salib, via dolorosa, ke bukit tempat Ia terpaku dan tersalib.

 

 

 

Firman-Nya menegaskan bahwa syarat ini mutlak: Setiap orang.... Artinya, tidak ada pengecualian. Menyangkal diri, memikul salib, dan ikut Dia, berarti hidup tidak semua dibuat selalu menjadi enak. Padang gurun tantangan harus dibangun. Injil dan Yesus harus diberitakan. Berbuah nyata. Tidak melulu kesenangan diri. Perjalanan terkadang berat dan datang rasa lelah. Seperti sering kata anak bungsu saya: “ada harga ada barang”. Ya, ada harga untuk kemuliaan. Siap? Puji Tuhan.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu II Pra Paskah – 25 Februari 2024

Khotbah (2) Minggu II Pra Paskah – 25 Februari 2024

 

 TAKUT AKAN TUHAN (Mzm. 22:24-32)

 

 Sebab TUHANlah yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa (Mzm. 22:29)

 

 

 

 

Mengapa ada rasa takut? Misalnya: takut mati, takut hantu, takut sakit, takut susah, dan lainnya. Firman Tuhan hari Minggu ini, Mazmur 22:24-32, berbicara tentang takut akan Tuhan. Nas yang sangat baik direnungkan di masa pra-paskah.

 

 

 

Bila kita melihat sejarah agama dan sejarah Tuhan, awal mulanya manusia memahami adanya Tuhan (Yang Berkuasa) karena rasa takut. Manusia merasa tidak mampu mengendalikan datangnya hujan untuk panen, bencana alam yang datang, penyakit yang tidak jelas obatnya, dan lainnya, sehingga manusia memerlukan pertolongan dari Yang Berkuasa. Saat dahulu, tuhan itu bisa berupa planet semesta, benda yang besar, roh manusia yang meninggal, atau bentuk lainnya.

 

 

 

Pemahaman terus berkembang dan agama tidak lagi semata berisi “dongeng lisan” dan “ketidaktahuan”. Keberadaan Tuhan terus berkembang berupa tulisan wahyu. Dan semakin jelas diketahui, ada hubungan kuat antara manusia dengan Tuhan yang berkuasa. Dalam Alkitab kita tahu keberadaan Tuhan sejak penciptaan, dan kemudian di Taman Eden bersama Adam dan Hawa. Sejarah Tuhan menurut PL kemudian bergulat dengan perintah kepada Abraham untuk menuju tanah perjanjian Kanaan. Dalam perjalanannya kemudian, kita tahu, Allah itu adalah Roh yang kita kenal melalui Anak-Nya Yesus Kristus.

 

 

 

Mzm. 22 ini ditulis Raja Daud dalam masa penderitaannya. Ayat 1 dimulai dengan seruannya: “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” Pada bagian kedua Mzm. 22 yang menjadi bacaan kita, Daud mulai merasa ada yang tidak beres akan hubungannya dengan Allah. Daud tahu bahwa Tuhan yang dia sembah tidak akan meninggalkan orang yang tertindas dan yang berteriak minta tolong (ayat 25). Daud merasa ada nazar yang harus dia bayar dan penuhi komitmennya.

 

 

 

Dalam hidup Kekristenan, nazar atau janji kita kepada Tuhan, pastilah banyak. Dimulai saat sidi, pernikahan, menerima tugas, atau saat berdoa, dan lainnya. Pertanyaannya, apakah semua janji kita kepada Tuhan tersebut telah kita penuhi dan tekuni? Bila janji itu diadakan di depan kumpulan orang percaya, maka pemenuhannya juga mesti dapat mereka lihat. Sebab, itu menjadi kesaksian bagi kemuliaan nama-Nya. Mengikut Yesus memang ada harganya (Mrk. 8:31-38).

 

 

 

Sikap kita menghadap Tuhan tetaplah harus rendah hati, sujud berlutut dalam menyembah (ayat 27-29). Seberapa sering kita berdoa sambil berlutut? Tuhan Yesus yang kita sembah adalah pemilik kuasa atas diri kita, dan juga atas semua manusia dalam bangsa-bangsa. Seisi dunia dan sampai ujung bumi akan terus mengingatnya. Orang sombong dan yang tidak takut akan Tuhan kembali bertobat (ayat 28).

 

 

 

Manusia hanyalah debu dan akan kembali menjadi debu (ayat 30, Kej. 3:19). “Takut akan Tuhan adalah adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Ams. 1:7, Ayb. 28:28; Mzm. 2:11). Dan, “takut akan Tuhan akan mengalahkan ketakutan lainnya,” kata Hugh Black.

 

 

 

Dalam ber-Tuhan tentu ada peran iman. Mazmur Daud ini menyatakan bahwa semua dibukakan kelak melalui generasi-generasi berikut. Yesus Kristus telah menggenapinya melalui kayu salib. Jadi, Tuhan tidak akan pernah mati dan hanya manusia yang mati. Dia terus berkuasa dan selamanya diberitakan di antara bangsa-bangsa. Maka sangat disayangkan bila ada yang tidak takut dan hormat akan Tuhan, apalagi menganggap Dia tidak ada. Manusia justru yang rugi. Jadi, tetaplah terhubung, teruslah mendekat kepada-Nya, sebab takut akan Tuhan tidak berarti Dia menakuti kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (1) Minggu I Pra Paskah – 18 Februari 2024

Khotbah (1) Minggu I Pra Paskah – 18 Februari 2024

 

 IKUT ALLAH ATAU IBLIS (Mrk. 1:9-15)

 

 ....kata Yesus: “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!” (ayat 15).

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu Pra-Paskah I ini, Mrk. 1:9-15, bercerita tentang pencobaan Yesus oleh iblis di padang gurun. Kisah yang menarik, sebab baru saja Yesus diteguhkan sebagai Anak yang dikasihi Bapa-Nya dan kini langsung masuk ke pencobaan yang menekan cukup berat.

 

 

 

Pencobaan pertama tentang kebutuhan perut, yakni setelah puasa 40 hari; kondisi lapar berat, diminta mengubah batu menjadi roti. Tetapi jawab Yesus pun dahsyat: "Manusia hidup bukan dari roti saja" (Luk. 4:4); .... manusia hidup dari segala yang diucapkan Allah (Ul. 8:3). Umur manusia di tangan Allah dan makanan rohani lebih penting dari makanan untuk tubuh. Ini ujian tentang pemeliharaan Allah, jangan mudah tergoda oleh kebutuhan lidah sehingga melanggar perintah-Nya. Kita harus yakin seirama burung-burung di langit yang tidak menabur dan menuai, namun diberi makan oleh Bapa di sorga (Mat. 6:26).

 

 

 

Pencobaan kedua tentang ketaatan pada Bapa. Iblis menawarkan tahta dan kuasa di dunia dengan kemegahannya, sepanjang mau menyembah iblis si pendusta, yang nyatanya hanyalah fatamorgana atau ilusi jangka pendek. Yesus tegas lugas berkata, “hanya Allah saja yang layak disembah.” Pencobaan terakhir di Bait Allah, sebuah godaan tempat berkumpul orang banyak, dan Yesus diminta menjatuhkan diri-Nya dari bubungan. Tetapi jawaban Yesus: “jangan mencobai Allah”. Sebuah keyakinan bahwa Allah tetap setia menjaga anak-anak-Nya.

 

 

 

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kenyataan hidup kadang tidak sesuai dengan harapan. Kesempatan itulah yang sering dipergunakan iblis untuk menggoda dengan berbohong dan janji palsu melalui tawarannya. Keadaan saat susah keuangan, kekecewaan, penderitaan penyakit atau pintu kematian, atau kesenangan badani, bahkan kekuasaan, iblis akan menawarkan "jalan keluar" yang palsu. Maka hanya dua pilihan bagi kita: mengikut Yesus atau mengikut iblis. Mengikut iblis kadang seolah-olah persoalan selesai, tetapi itu sementara, sebab ujungnya adalah derita dan kebinasaan.

 

 

 

Nas ini mengajarkan sebuah keyakinan, ketika kita memahami firman dengan benar, maka iblis tidak berkutik. Patuhlah dan lawanlah maka iblis akan lari dari padamu (Yak. 4:7). Firman sebagai kekuatan iman yang hidup, dapat mengalahkan semua godaan iblis termasuk janji Allah yang sering dimanipulasi.

 

 

 

Dalam nas paralel Luk. 4:1-13 disebutkan bahwa meski iblis mundur, ia tetap menunggu waktu yang baik untuk menjatuhkan manusia (Luk. 4:13). Maka tetaplah waspada dan taat, serta tidak hanya percaya (Yoh. 3:36). Allah setia. Ketika mengandalkan Tuhan maka kita akan menang. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13). Haleluya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 18 Februari 2024

Kabar dari Bukit

 

 MENDERITA DENGAN SABAR (1Pet. 3:18-22)

 

 "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (1Pet. 3:18)

 

 

Tidak semua niat baik hasilnya baik, bahkan kadang buruk. Misalnya kita memberi nasihat, berharap yang bagus, namun perkiraannya ada udang di balik batu. Responnya malah perselisihan. Bagi seorang hamba Tuhan atau umat yang peduli, resiko ini harus dipersiapkan. Prinsip utama tetaplah dipegang, lebih baik takut kepada Tuhan sesuai firman-Nya: “Jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17; bdk. Im. 19:17).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu berbahagia ini adalah 1Pet. 3:18-22. Judul perikopnya: Menderita dengan sabar. Contoh yang diberikan adalah Kristus, “Ia yang benar (telah mati) untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah” (ay. 18). Artinya, Tuhan Yesus menderita atas hal yang sama; jadi kita tidak perlu berkecil hati, atau menjadi takut mengulangi berbuat baik. Tuhan melihat hati dan motivasi.

 

 

 

Penderitaan manusia sayangnya sering berasal dari diri sendiri. Tentu adakalanya terjadi atas izin Allah, seperti iblis mencobai Ayub dengan kehilangan anak-anaknya, harta benda, ditambah penyakit yang berkepanjangan. Namun, tujuan dan hasil akhirnya tetaplah indah, Ayub menang, mendapatkan dua kali lipat dari awalnya (Ay. 42:10).

 

 

 

Penderitaan yang berasal dari diri sendiri, umumnya terjadi karena kurangnya pengetahuan, pengalaman dan hikmat, serta manusia sendiri punya natur kecendrungan berdosa (Mzm. 51:7). Adanya godaan kedagingan, dunia dan iblis, membuat manusia jatuh, dan berbuah penderitaan. Kita tahu Allah tidak menginginkan anak-anak-Nya menderita, seperti ditegaskan: “Ia (Allah) sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” (Yak. 1:13-14). Maka, jangan lengah.

 

 

 

Faktor kedua, kita hidup di dunia tidak sendiri. Penderitaan mungkin datang kepada orang yang kita kasihi, yang membuat hati sedih, tertekan, apalagi tidak dapat berbuat banyak untuk menolong. Dalam hal ini kita perlu mencari tahu kehendak dan rencana Tuhan, berdoa, atau berbicara kepada hamba-Nya. Jangan menyimpulkan sendiri, apalagi menyalahkan Tuhan.

 

 

 

Faktor ketiga, ada panggilan melayani Kristus. Kita diminta ikut menyenangkan hati-Nya. Ya, kadang dunia yang merosot tidak dapat menerima dan bahkan menentangnya. Jalan via dolorosa perlu ditempuh, tetapi rencana Tuhan selalu indah, yakni memurnikan iman dan mendekatkan kita kepada-Nya.

 

 

 

Maka ketika penderitaan datang, tetaplah berserah dan teguh. Justru pergunakanlah hal itu sebagai jalan agar nama Tuhan semakin dipermuliakan (Yak. 1:2-4). Nas minggu ini memberi pelajaran, di saat kematian-Nya, Kristus pun memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam “penjara”, turun ke dalam kerajaan maut, dalam arti kepada mereka yang duluan meninggal dan belum mengenal-Nya (ay. 19-20).

 

 

 

Nas minggu ini juga menyebut baptisan, yang dianggap sebagai kiasan, maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah (ay. 21). Jadi baptisan bukanlah jaminan keselamatan, tapi ikatan perjanjian; memerlukan iman dan ketataan, melalui kata dan perbuatan (Yoh. 3:36; Rm. 15:18b).

 

 

 

Untuk menang melawan penderitaan, perlu melihatnya dengan mata rohani, bukan mata dunia. Jangan menyerah, merasa kalah; justru tambahkan kepada iman kita hal kebajikan – pengetahuan – penguasaan diri – ketekunan – kesalehan – kasih akan saudara/semua orang, dan selalulah bergiat (2Pet. 1:5-8). Melalui penderitaan dan sabar dalam ketekunan, kita ditempa untuk sempurna dan utuh, menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 5:3-4; 8:29).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu I Pra Paskah – 18 Februari 2024

Khotbah (2) Minggu I Pra Paskah – 18 Februari 2024

 

 JALAN TUHAN (Mzm. 25:1-10)

 

 Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya (Mzm. 25:10)

 

 

 

 

Sorga dan kehidupan kekal adalah tujuan akhir perjalanan manusia, bagi yang percaya adanya Tuhan dan berkuasa penuh dalam hidupnya. Tidak hanya selamat, di surga kelak juga diberikan upah dan mahkota sesuai dengan kasih dan perbuatannya selama hidup.

 

 

 

Untuk mencapai itu, jalan dan petunjuk diberikan oleh tiap agama. Alkitab adalah jalan petunjuk bagi pengikut Yesus Kristus. Oleh karena itu, tiap orang percaya perlu mengetahui isinya, paling tidak secara umum dan dasar-dasarnya. Membaca secara utuh, terutama versi Bahasa Indonesia Sehari-hari (Alkitab BIS) sangatlah disarankan. Sebab, itulah jalan Tuhan.

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu I Pra Paskah adalah Mzm. 25:1-10. Judul perikopnya, Doa mohon ampun dan perlindungan. Mazmur ini ditulis Raja Daud. Ia merasa berdosa sejak muda dan memohon agar Tuhan melupakan semua pelanggarannya (ayat 7). Allah kita itu baik dan benar, serta penuh rahmat dan kasih setia sejak purbakala. Jika kita menunjukkan keseriusan dalam pertobatan, maka Ia akan mengampuni (ayat 6-8; 1Yoh. 1:9; Yes. 1:18-20). Itulah iman Kristiani.

 

 

 

Tetapi seperti Raja Daud, orang percaya harus terus belajar jalan Tuhan. Roh Kudus dimohonkan agar membimbing, memberitahukan, dan menunjukkan jalan itu (ayat 4, 8). Untuk itu perlu kerendahan hati, tetap patuh dan taat dalam perjanjian Alkitabiah, sehingga kita terus dicerahkan dan dibawa ke jalan dan hukum kebenaran (ayat 9).

 

 

 

JALAN TUHAN ITU KASIH (ayat 10). Kasih kepada Allah, dan kasih kepada sesama manusia. Itulah dua hukum utama orang Kristen (Mat. 22:36-40; Ul. 6:5; Im. 19:18). Intinya, tidak boleh membenci apalagi menyakiti sesama. Orang yang menyakiti hati dan fisik manusia yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya (1Yoh. 4:20). Ia pendusta. Oleh karena itu Solzhenitsyn berkata, kekerasan selalu terkait dengan kebohongan.

 

 

 

Jika ada agama yang mentolerir kekerasan dan menyakiti apalagi membunuh sesama, apapun alasannya, itu pasti tidak benar. "Kekerasan adalah pencarian paksa identitas," kata Mc. Luhan.  "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat. 7:12a). Sederhana. Dan, Tuhanlah hakimnya, bukan manusia (Rm. 12:19; Ibr. 10:30).

 

 

 

Orang percaya diminta menghindari pertentangan. Tidak ada manfaatnya ribut. Perlu kesabaran menanti hingga tiba di ujung jalan Tuhan itu. Arahkan terus pikiran dan langkah hidup. Memang tidak mudah. Sama seperti menggambar garis lurus di atas kertas, lebih sulit daripada menggambar yang belok melengkung. Itulah kehidupan. Dalam penantian itu, kita tidak akan dipermalukan, apalagi kepada musuh-musuh atau yang tidak menyukai kita (ayat 2-3). Allah pembela bagi kita yang setia.

 

 

 

Firman Tuhan mengatakan, orang yang sabar menanti-nantikan Tuhan diberi upah mahkota. “Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2Tim. 4:8; Why. 3:11). Angkatlah jiwamu kepada Tuhan. Percayalah, dan setia.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 13 guests and no members online

Login Form