Tuesday, May 07, 2024

2024

Khotbah (1) Minggu IV Paskah – 21 April 2024

KHOTBAH (1) MINGGU IV PASKAH – 21 April 2024

 

 GADA DAN TONGKAT (Mzm. 23)

 

 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku (Mzm. 23:4)

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu IV Paskah hari ini diambil dari Mzm. 23. Nas ini sangat populer bagi orang Kristen, selain Yoh. 3:16 dari PB. “TUHAN, gembalaku yang baik,” itulah judul perikopnya.

 

 

 

Mazmur ini mengungkapkan keteguhan iman dalam menjalani kehidupan. “TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku,” sebutnya (ayat 1). Bahasa yang sederhana, tetapi memiliki makna yang dalam. Dengan iman seperti itu tidak ada lagi keraguan, tanda-tanya, atau kebingungan yang menguasai hati pikiran. Benar kata firman, iman membuat Tuhan berkenan (Ibr. 11:6; Hab. 2:4). Keteguhan iman selalu berbuahkan perasaan damai sejahtera, sukacita, puas dan kepenuhan. Bayangan ketenangan pun menguasai pikiran,

 

 

 

“Tuhan membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku” (ayat 2-3a). Bagi seorang yang menggembalakan domba di padang-padang tandus di Israel, gambaran ini sangat indah dan sungguh menyejukkan.

 

 

 

Tuhan tentu tidak menjanjikan perjalanan hidup semuanya indah, tanpa gelombang. Kadang ada badai, melewati lembah kekelaman dalam istilah nas ini atau dalam tafsiran lain disebut sebagai lembah bayang-bayang maut termasuk menghadapi kematian. Tetapi ada keyakinan pemazmur bahwa Tuhan menuntun, berjalan bersama kita di jalan yang benar sehingga kita pun tidak takut bahaya (ayat 4a).

 

 

 

Gelombang kehidupan adalah kasih sayang Tuhan untuk mendisiplinkan kita sebagai kepunyaan-Nya dengan memakai gada dan tongkat, yang dilihat pemazmur sebagai alat pertolongan dan menghibur (ayat 4b). Gada adalah pemukul pendek yang dipakai gembala sebagai alat pertahanan dan pendisiplinan domba. Tongkat adalah simbol pertolongan yang melengkung di ujungnya, untuk menarik leher domba ke jalan yang benar. Gada dan tongkat sekaligus simbol kuasa dan kekuasaan Tuhan (Kej. 49:10; Ayub 9:34). Hal yang menarik, gada terlebih dahulu disebut, baru tongkat. Oleh karena itu untuk memperoleh pertolongan Tuhan, kita perlu disiplin dan taat dalam kuasa serta penggembalaan-Nya.

 

 

 

Alkitab menjelaskan bahwa kekelaman atau bayang-bayang maut terjadi ketika kita jatuh, dalam pergumulan berupa sakit yang berat, kondisi ekonomi yang sulit, anak/keluarga yang bermasalah serius, cekcok dengan orang lain, dan bentuk lainnya. Situasi ini sering mendorong iblis untuk membujuk kita agar kecewa terhadap Tuhan. Tetapi pemazmur mengatakan, ia tidak pernah ditinggalkan dan berkekurangan. ”Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah” (ayat 5). Sebuah penegasan kembali, sebab Tuhan berkenan dan memenuhi semua kebutuhan (bukan keinginan), ketika kita dalam lembah kelam termasuk menghadapi musuh. Piala dalam nas ini menggambarkan batu besar yang berlubang, tempat minum domba-domba. Gembala yang baik memang menyediakan segala keperluan dombanya.

 

 

 

Puncak kerinduan setiap orang percaya adalah hidupnya selamat, di dunia ini dengan penuh berkat hikmat dan keperluan tubuh dan jiwa; selamat juga kelak di akhirat bertemu Tuhan dan orang-orang yang dikasihi. Membayangkan hal itulah pemazmur mengungkapkan di ayat terakhir, “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.”

 

 

 

Adakah sukacita hidup yang melebihi semua itu? Saya kira, tidak ada. Ya, ayo jalani hidup kita ini tidak hanya mengandalkan pikiran, tetapi mengikuti Penuntun yang hidup, Gembala yang Baik. Itulah Yesus Tuhan yang berkata: “Akulah Gembala yang baik....” (Yoh. 10:14).

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu IV Paskah – 21 April 2024

KHOTBAH (2) MINGGU IV PASKAH – 21 April 2024

 

 GEMBALA DAN DOMBA (Yoh. 10:11-18)

 

 "Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala" (ayat 16).

 

 

 

Firman Tuhan hari Minggu ini sesuai leksionari yakni Yoh. 10:11-18, berbicara tentang Yesus Gembala yang baik; Ia memberikan nyawa-Nya bagi domba-domba-Nya, yaitu kita semua. Ia tidak lari ketika serigala datang mau menerkam dan mencerai-beraikan para domba; sama seperti Daud yang bertaruh nyawa demi domba-dombanya dari binatang pemangsa (1Sam. 17:35). Yesus bukan "orang" upahan yang tidak memiliki ikatan emosinal dengan yang digembalakan; Ia Allah yang hidup dan sangat mengenal dekat kita semua, seperti Bapa mengenal Dia.

 

 

 

Yesus melakukan itu karena Dia sayang dan mengasihi kita semua. Kita adalah anak-anak-Nya (Yoh. 1:12; Mzm. 103:13). Ia tak rela seorang pun mengambil kita dari diri-Nya. Ia berkuasa memberikan dan berkuasa mengambilnya kembali. Itu kuasa yang diterima dari Bapa-Nya.

 

 

 

Domba yang baik perlu taat pada tuntunan gembala. Maka pun kita akan penuh sukacita menikmatinya (Yeh. 34:11-14). Jika kita (merasa) kekurangan, atau bahkan sampai tersesat, itu karena kita tidak mendengar suara dan tidak mengandalkan Sang Gembala. Sebagai domba, kita lemah dan mudah terperdaya atau terjatuh. Oleh karenanya, tetaplah berjalan di belakang Gembala Yesus.

 

 

 

Kita bersukacita menikmati penggembalaan-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi Ia berpesan, ada domba-domba lain yang belum ada pada-Nya, bukan di kandang yang sama dengan kita; domba-domba itu harus dituntun agar mereka mau mendengarkan suara-Nya dan mengikut Dia (ayat 16).

 

 

 

Mari kita menjadi domba yang baik, domba yang memberi teladan dan kesaksian atas Gembala. Kesaksian dan sukacita itu layak dibagikan agar menjadi sukacita bagi yang lain. Derita orang lain juga menjadi derita kita sehingga menjadi kelegaan baginya. Dengan begitu domba yang belum percaya pada-Nya, akan sekandang dengan kita dalam gereja-Nya, dan kita semua menjadi satu kawanan dengan satu Gembala. Haleluya. Tetaplah setia dan nama Tuhan semakin dipermuliakan dan kerajaan-Nya ditinggikan.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

KHOTBAH (1) MINGGU III PASKAH – 14 April 2024

KHOTBAH (1) MINGGU III PASKAH – 14 April 2024

 

 KEBANGKITAN DAN MISI (Luk. 24:36-48)

 

 "dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini" (ayat 47-48).

 

 

 

Firman Tuhan Luk. 24:36-48 (masih) berbicara tentang penampakan Yesus kepada murid-murid-Nya. Alkitab menjelaskan setelah kebangkitan-Nya, ada 10 kali Yesus menampakkan diri langsung kepada murid dan orang banyak selama 40 hari sebelum kenaikan-Nya.

 

 

 

Saat ini sedang ramai perbincangan di media tentang pendapat seorang dosen filsafat bahwa Kitab Suci adalah fiksi. Mungkin maksudnya termasuk bagian Yesus bangkit dari orang mati dan hidup kembali, yang dalam nas ini bahkan disebut makan ikan goreng. Tetapi kita yang dikasihi-Nya beriman bahwa kebangkitan itu fakta, sebuah penggenapan nubuat PL (ayat 44). Ia hidup dan naik ke sorga, dan kuasa-Nya dalam Roh Kudus tetap menyertai kita.

 

 

 

Kemudian Yesus berkata, berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa di dalam nama-Nya harus disampaikan kepada segala bangsa (ayat 47). Ini perintah. Kita diminta menjadi saksi-Nya, sebab penyelamatan mesti berlanjut. Menjadi saksi artinya, ikut melihat (dengan mata rohani), berjumpa dan menerima keselamatan dari-Nya, merasakan kuasa kebangkitan itu bekerja dalam hidupnya setiap hari. Kuasa itu mampu memberikan kemerdekaan dari dosa, bebas dari rasa takut, hidup dalam damai sejahtera, hidup yang diubahkan dan diperbarui, terus merasakan berkat-berkat-Nya, dan terakhir tentu menjadi saluran berkat bagi sesama.

 

 

 

Masalah besar jika kita berpikir bahwa kebangkitan itu hanya fiksi, seolah nas firman merupakan kisah rekaan semata, tidak masuk akal yang mati hidup kembali dan makan ikan goreng, apalagi mampu memberikan kuasa penolong. Ini sungguh berat.

 

 

 

Pertanyaan justru kembali kepada kita semua. Jika kita belum menjadi saksi, tentu ada penyebabnya. Bila itu dari pikiran yang susah dan berbeban, memang itu bisa menutup mata dan perasaan akan kasih-Nya. Maka datanglah pada Yesus. Ia tahu pergumulan dan keresahan kita, sama seperti para murid yang ketakutan (ayat 36-38). Ia pasti memberikan damai sejahtera-Nya. Atau, barangkali kita masih ragu dan belum memahami kebesaran-Nya.

 

 

 

Maka mulailah mencintai firman-Nya dengan kerendahan hati. Yesus pasti membukakan pikiran kita dengan cahaya Ilahi, sama seperti para murid dalam nas ini (ayat 45). Kasih yang besar akan menguatkan iman yang lemah. Buah yang baik menghasilkan benih yang umggul. Hanya itulah yang dapat membuat kita memiliki kuasa kebangkitan dan hati kita pun berkobar-kobar mengabarkan semua itu, sampai kita berkata: Mission Accomplished.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 14 April 2024

Kabar dari Bukit

 

 ANAK MIRIP TETANGGA (1Yoh. 3:1-7)

 

 ”Ya Abba-Bapa, ini aku anak-Mu, layakkanlah seluruh hidupku" (Lagu: "Ku Mau Cinta Yesus Selamanya")

 

 

 

Kekristenan memiliki hubungan yang unik dan mesra antara orang percaya dengan Allah yang disembahnya dalam nama Yesus Kristus. Sejarah agama memperlihatkan hubungan manusia dengan Allah diawali dengan rasa takut dan takjub, belum mengenal Allah dengan baik dan benar. Mereka pun menyembah pohon, gunung, matahari, atau benda alam lainnya, kemudian menyembah patung dewa-dewa.

 

 

 

Segala puji syukur, melalui Yesus Kristus, kita mengenal Allah dengan baik dan benar. Alkitab menuliskan hal ini, “Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal,... Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:22-23).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 3:1-7. Judul perikopnya: Anak-anak Allah. Kita “disamakan” dengan Yesus Kristus menjadi anak-anak-Nya melalui proses adopsi rohani dan iman. Menurut Dr. Chis Marantika dalam bukunya Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani, kata adopsi diterjemahkan dari kata Yunani huiothesias, yakni pemberian posisi legal sebagai anak. Kata ini lima kali disebut dalam PB dan salah satunya, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Ef. 1:5; lih. Gal. 4:5; Rm. 8:15, 23; 9:4).

 

 

 

Allah itu kudus dan suci. Nah, bagaimana mungkin, kita orang yang berbuat dosa, yang melanggar hukum Allah (ay. 4), dapat menjadi anak-anak-Nya? Tentu, ada proses penyucian yang mesti dilalui, yakni: penebusan, perpalingan, petobatan, lahir baru dan pembenaran. Tanpa semua itu, maka kita belum layak disebut sebagai anak-anak Allah.

 

 

 

Semua itu tersedia nyata karena anugerah-Nya melalui Yesus Kristus (Yoh. 1:12). Nas minggu ini menuliskan, “Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa. Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia" (ay. 5-6). Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan (2Kor. 3:17); merdeka dari kuasa Iblis dan dunia.

 

 

 

Nas minggu ini menjelaskan, perlu ada pengharapan kepada-Nya untuk menjadi sama seperti Dia (ay. 2-3). Mungkin kita tidak dapat melihatnya saat ini, “belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia” (ay. 2). Oleh karena itu kitab suci mengatakan, “Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan!” (Kol. 1:27b).

 

 

 

Untuk itulah diperlukan ketekunan orang percaya. “... aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Flp. 3:13-14). Untuk itu sebagai anak wajib miriplah dengan bapaknya, meski tidak harus serupa sempurna; jika tidak, maka dia akan disebut anak tetangga.

 

 

 

Mari kita terus berupaya menjadi serupa dengan gambaran Kristus (Rm. 8:29; 2Pet. 1:3-4). Jangan disesatkan.... "Barangsiapa yang berbuat kebenaran adalah benar, sama seperti Kristus adalah benar” (ay. 7). Berbuat baik dan benar itu bagaikan garam dan terang, hidup yang menjadi berkat bagi sesama (Mat. 5:13-14). Kita teruskan lagu pembuka tadi, "Ya Abba, Bapa, ini aku anak-Mu, pakailah sesuai dengan rencana-Mu.”

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu III Paskah – 14 April 2024

KHOTBAH (2) MINGGU III PASKAH – 14 April 2024

 

 HIDUP TENTERAM (Mzm. 4)

 

 Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman (Mzm. 4:9)

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu III Paskah dari Mzm. 4, berbicara tentang hidup yang tenang tenteram. Ukurannya seperti di ayat 9, dapatkah kita di malam hari dengan tenteram membaringkan diri, lalu segera tidur? Jika kita sulit tidur, jangan dulu minum obat, tapi renungkanlah mazmur ini.

 

 

 

Ini mazmur keyakinan kepada Allah dan nasihat kepada manusia. Jadi jangan hanya satu arah. Persoalan hidup pastilah ada. Kadang terasa berat. Mungkin bukan salah kita. Atau merasa sesak, ada ketidakadilan. Kadang bertanya, mengapa semua ini terjadi (menimpaku)? Tapi tentu, bisa saja terjadi karena kekurangan atau kedegilan kita. Perlu bagi kita untuk jujur dengan nurani yang bersih.

 

 

 

Kepada Allah kita melepaskan kesesakan. Beban dibagi dengan-Nya dan hasilnya pasti ringan. "Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1Pet. 5:7). Allah pemelihara dan pemberi kelegaan. Dia mendengar dan akan menjawabnya. Bagian kita adalah memohon belas kasihan-Nya (ayat 2).

 

 

 

Kepada manusia, yang jadi sumber persoalan, jangan melampiaskan hati yang panas. Hadapi dan bicarakan dengan kepala dingin. Jangan lari. Dinasehati jika ada kebohongan dan hal yang salah ternodai (ayat 3-4). Marah dalam sebatas tidak emosional, ya tidak apa-apa. Jangan sampai terbawa emosi dan menjadi dosa (ayat 5). Apalagi jika disimpan dalam hati. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu” (Ef. 4:26). Ketika semua urusan dosa dibereskan dengan orang lain, Allah pasti adil, mendengarkan dan bertindak (ayat 4).

 

 

 

Orang berhikmat memilih cukup berkata-kata dalam hati, di tempat tidur, tetap diam (ayat 5). Lihat, siapakah yang selalu baik kepada kita? Siapa sumber sukacita dan sumber berkat kelimpahan (gandum dan anggur)? Hanya Allah. Manusia adalah perantara, alat yang dipakai Tuhan. Pemazmur percaya hal ini dan mengatakan, “biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!” (ayat 7-8). Maka, teruslah mengucap syukur dan memberi yang terbaik bagi-Nya (ayat 6).

 

 

 

Dengan cara pandang yang benar, berpikir positif, dan bersyukur serta berserah kepada Tuhan, maka hidup yang kita jalani pasti tenang dan tenteram. Percayalah Dia yang memegang kendali. Tidak ada gunanya khawatir, sebab tidak akan menambahkan sehasta pun pada jalan hidup kita (Mat. 6:17). Berdoalah tenang sebelum tidur, maka tidur kita pun pasti enak. “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman” (ayat 9). Dan itulah nikmatnya hidup.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 15 guests and no members online

Login Form