Wednesday, May 08, 2024

2024

Khotbah (1) Minggu III setelah Epifani 21 Januari 2024

KHOTBAH (1) MINGGU III SETELAH EPIFANI – 21 Januari 2024

 

 IKUTLAH AKU (Mrk. 1:14-20)

 

 Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia. Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia" (Mrk. 1:17-18).

 

 Firman Tuhan hari minggu ini, Mrk. 1:14-20, masih tentang pemilihan murid-murid oleh Tuhan Yesus. Nas minggu ini berkisah tentang pemilihan Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes, yang semuanya berlatar nelayan, penjala ikan. Para murid ini langsung taat dan ikut ketika Yesus meminta, dan tidak memperlihatkan ada keengganan seperti Natanael nas minggu lalu (Yoh. 1:43-51).

 

 

 

Menjadi murid sudah menjadi pilihan kita, sesuai dengan panggilan-Nya sejak dari kandungan dan pengakuan iman percaya. Sejak sekolah minggu kita mulai mengenal dan bertekun saat belajar katekisasi sidi. Kita terus bertumbuh dengan mendengar khotbah dan bacaan hal rohani, dan mungkin hanya sedikit yang lanjut memperdalam Alkitab, misalnya, dengan sekolah teologi formal.

 

 

 

Tetapi untuk menjadi murid Yesus sejati, ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan, sebagaimana dijalani empat murid dalam nas ini. Pertama, menyadari guru kita adalah Kristus sebagai pemegang kebenaran, dan tujuan kita adalah menjadi serupa dengan Dia. Jadi bukan untuk kehebatan diri. Kedua, kesadaran tentang proses pemuridan yang panjang, berarti bersedia untuk terus diajar, ditempa, diubah dan diperbaharui untuk bertumbuh. Murid-murid Yesus mengalaminya. Proses ini tidak bisa hanya di dalam "kelas singkat", bacaan teori atau bermain logika pengertian. Ketiga, memahami proses pemuridan itu sangat panjang, tidak instan selesai, dan bisa seketika merasa ahli dan benar. Menjadi murid dan mengikut Dia perlu pembentukan diri melalui kehidupan nyata berupa pelayanan lapangan dengan segala ujian dan badai cobaan. Oleh karena itu dasarnya ditekankan: perlu ada pertobatan yakni penyangkalan diri (ayat 15).

 

 

 

Menjadi murid sejati Kristus dan mengikut Dia, hendaknya tidak didasari untuk pemuasan ego dan intelektual semata, dengan menonjolkan logika dan kecerdasan analisis. Akibatnya, hasilnya yang terlihat hanya suka berdiskusi dan beropini serta penonjolan diri. Jangan juga hanya karena mengisi waktu (misalnya setelah pensiun), untuk mengenal lebih dekat dengan Dia, sehingga mencoba perlu menelaah ayat-ayat dengan cara tafsir atau kajian bahasa saja. Ini jelas tidak berkenan bagi-Nya.

 

 

 

Keinginan menjadi murid dan mengikut Dia haruslah bermotivasi untuk melayani Dia, dan berprinsip jalan itulah yang sangat efektip untuk memperluas kerajaan-Nya sebagaimana empat murid dalam nas ini. Dengan melayani-Nya, pengenalan dan pemahaman kita terhadap Dia akan lebih sempurna. Menjadi murid hanya mengenal melalui ayat-ayat, bagaikan sajian yang hambar tanpa garam; Bahkan, pengenalan cara seperti ini malah sering membawa ke arah yang salah dan melenceng.

 

 

 

Oleh karena itu Rasul Yakobus mengatakan, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri" (Yak. 1:22). Artinya, menjadi murid tanpa mengikut dan melayani Dia, itu suatu tindakan menipu diri sendiri dan tidak sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.

 

 

 

Menjadi murid dan mengikut Dia yang sudah menyelamatkan kita, hanyalah dengan berbakti bagi Dia, ikut memberitakan dan berkarya nyata melalui kasih sebagai bagian penjala manusia, sehingga semakin banyak orang yang diselamatkan. Pakailah waktumu, pikiran dan tenagamu, atau hartamu. Ikutlah Dia. Jadilah murid sejati, melayani-Nya, bukan murid yang menipu diri sendiri.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah (2) Minggu III setelah Epifani 21 Januari 2024

KHOTBAH (2) MINGGU III SETELAH EPIFANI – 21 Januari 2024

 

 KEKUATAN DAN PENGHARAPAN (Mzm. 62:6-13)

 

 Hanya pada Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku (Mzm. 62:6)

 

 

 

 

Kepada siapa iman Anda digantungkan; atau, kepada apa pengharapan Anda disandarkan dalam segala situasi? Saat ini virus Covid-19 merajalela, sungguh menyedihkan jika Anda lebih takut kepada Covid-19 daripada kepada Allah, dan menempatkan virus itu sebagai “iblis” pencabut nyawa.

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu ini, Mzm. 62:6-13 dengan judul perikop: "Perasaan tenang dekat Allah." Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud di saat pelariannya, akibat pertentangan politik di kerajaannya. Raja Daud  begitu berkuasa, namun anaknya Absalom ingin merebut takhtanya, dan akhirnya ia melarikan diri. Zaman dahulu, tempat pelarian adalah gunung/bukit-bukit yang masih tandus dan gersang.

 

 

 

Oleh karena itu, Daud memakai istilah gunung batu dan keselamatan, serta kota benteng untuk gambaran Allah tempat perlindungannya. Imannya tetap teguh, Allah saja sebagai sumber kekuatan baginya; bukan anaknya, bukan hartanya, kekuasaannya, bahkan alam sekalipun. “Aku tidak akan goyah,” demikian tuturnya di ayat 7.

 

 

 

Dalam menghadapi situasi saat ini, juga demikian. Angka kematian pandemi terus meningkat secara menakutkan. Ada yang parno berlebihan, tidak wajar, dan rasa takutnya bahkan melebihi kepada Allah. Tentu kita juga jangan menganggap sepele pandemi ini. Presiden, menteri, pengusaha, atlit, tokoh-tokoh, banyak yang terpapar dan tidak sedikit yang mati. Orang kaya raya dan yang miskin, semua sama saja bagi virus ganas ini.

 

 

 

Firman Tuhan mengajarkan, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Ams. 1:17). Artinya rasa takut akan Allah lebih mendahului, dan dengan pandemi ini kita diajarkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya. Uang dan harta kadang tidak berguna. Iman kitalah yang tetap bersandar pada Dia, pelindung dan pertolongan kita. Dengan pimpinan-Nya dan firman-Nya, kita diajar untuk bersabar, rendah hati, tidak sombong, tidak merasa diri hebat, tetapi taat dan tetap berserah.

 

 

 

Hal kedua dalam Mazmur ini tentang pengharapan. Raja Daud mengatakan, “curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya” (ayat 9). Ini dapat melalui doa atau nyanyian. Tetaplah terhubung dengan Dia yang membuat hidup kita tidak lepas dari kasih-Nya. Percayalah kepada-Nya setiap waktu.... Allah tempat perlindungan kita. Ia selalu ada, Mahahadir, berkuasa, dan Ia baik (ayat 9, 12). Tidak ada yang bisa menyangkal itu. Bila saat ini ada yang merasa Allah tidak baik, periksa diri; kelak dibukakan-Nya semua.

 

 

 

Pengharapan tidak dapat kita berikan kepada manusia. Manusia bagaikan angin yang mudah tertiup ke mana saja (ayat 10). Tetapi pemazmur juga mengingatkan, agar kita jangan berpikir untuk menempuh jalan yang salah: merampas, pemerasan, pembalasan, jalan kekerasan, yang menjadikan kita sebagai hakim. Allah adalah hakim. Dia yang membalas setiap orang menurut perbuatannya (ayat 13).

 

 

 

Ketika kita dalam pergumulan atau bahaya, maka bersama Allah selalu ada pengharapan. Seperti orang yang mau jatuh, saat selalu berupaya menggapai sesuatu. Raja Daud ingin lepas dari kemelut dirinya, ia serahkan kepada Allah. Namun, pengharapan juga dapat menjadi impian yang ingin dicapai. Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibr. 6:19a). Mazmur 119:116 mengatakan, pengharapan itu harus ditopang oleh janji Allah, agar bisa terwujud. Maka terus kenali Dia, dan ikatlah dalam janji dari kita dan pegang janji-Nya. Setialah menanti.

 

 

 

Menghadapi pandemi atau pergumulan lainnya, Allah adalah andalan dan tempat kita menggantungkan iman setiap hari. Jika pergumulan semakin besar, semakin kuatlah bersandar pada-Nya. Iman tidak harus dimengerti akal seluruhnya, tetapi berserah sesuai dengan kebaikan-Nya. Tetap tenang. Rasa kuatir apalagi takut tidak akan menolong, tidak akan menambahkan apapun juga (Mat. 6:25-34).

 

 

 

Pengharapan juga demikian, kita dan keluarga sehat-sehat selamat melewati pandemi ini. Dekat-dekatlah kepada Allah agar hati kita tenang, aman tenteram, dan damai sejahtera. Tetap ikut Dia. Kita hanya berharap pada kasih setia-Nya yang telah terbukti dari abad ke abad (ayat 13).

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah ke-1 Minggu II setelah Epifani 14 Januari 2024

Khotbah ke-1 Minggu II setelah Epifani 2024

 

 

MELIHAT HAL BESAR (Yoh. 1:43-51)

 

 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu" (ayat 50).

 

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu II setelah Epifani, Yoh. 1:43-51, bercerita tentang pemilihan 12 murid-murid Yesus. Dalam nas ini dijelaskan tentang pemilihan Filipus dan Natanael (=Bartolomeus), dan Yesus memilih murid-murid-Nya berdasar latar belakang yang beragam, sehingga menjadi kesatuan dalam mengemban misi-Nya ke dunia. Meski Yudas akhirnya jatuh, panggilan kepada Paulus menggenapi kembali 12 murid yang setia.

 

 

 

Sebagai orang percaya, kita dipilih dan dipanggil menjadi murid-murid-Nya. Terkadang ada keraguan dan bahkan perlawanan, sebagaimana Natanael yang berucap ketika dipanggil: "mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Nazaret adalah kampungnya Yesus.

 

 

 

Mayoritas kita mungkin menjadi Kristen karena keturunan, bukan "panggilan" langsung. Tetapi kita tetap percaya sudah dipilih dan ditenun sejak dari kandungan ibu menjadi seorang pengikut Kristus (Mzm. 139:13; Gal. 1:15). Ini membuat kita spesial dan berharga karena Allah mengasihi kita. Allah mengasihi kita bukan karena kita berharga. Terbalik.

 

 

 

Sikap ragu, pasif, apalagi berprasangka, seperti Natanael, dapat membuat kita seperti penonton dalam gebyar kehidupan yang terus melesat. Pikiran negatif, apalagi merendahkan orang lain, membuat kita buta dan tidak dapat melihat hal-hal besar yang terjadi dalam karya roda kehidupan yang berjalan.

 

 

 

Dalam keseharian, kita adalah anggota sebuah komunitas, organisasi, gereja atau bentuk perkumpulan lainnya. Yang jelas, misalnya, kita anggota kumpulan/persekutuan tertentu. Pertanyaannya: adakah kita masih ragu dan hanya bertanya, apa yang baik dari kumpulan tersebut? Jika ada, sudahkah kita ikut mengambil bagian dalam karya kebaikannya? Jika belum ikut, apa alasannya: ragu, merasa tidak mampu, atau ada prasangka? Maka, kini saatnya berubah. STOP. Tanyakan, mengapa aku ada di perkumpulan tersebut, dan apa rencana Tuhan bagiku? Kalau kita percaya dan ingin merespon, Tuhan akan memberikan hal-hal yang lebih besar, sehingga kita lebih percaya dan diberkati lagi.

 

 

 

Iman dan pengharapan yang teguh membuat kita memandang rencana Tuhan indah bagi setiap orang. Maka ketika kita berada dalam sebuah situasi dan kondisi sebuah kumpulan, Tuhan pasti punya rencana. Jangan "lari" atau menjadi "kopeg", bebal dengan berbagai alasan. Kita senantiasa harus siap untuk diubah dan dibentuk sesuai rencana dan kehendak-Nya.

 

 

 

Mulailah dengan sesuatu yang kecil ikut berbuat, sebab Tuhan melihat segalanya. Jika kita tetap tidak peduli, maka kita tidak akan melihat hal-hal yang lebih besar atas karya Allah, baik di sorga maupun di bumi melalui diri kita. Bahkan juga, kita tidak akan melihat langit yang akan terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia (band. Yeh. 1:1).

 

 

 

Janganlah pasif dan cuek, yang hanya jadi penonton. Itu bukan murid Kristus sejati. Kita malah akan terus dibutakan. Kita diciptakan dengan talenta dan karunia yang siap dikaryakan. Ikutlah dan lakukan sesuatu. Tuhan memberkati, amin.

 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit 14 Januari 2024

Kabar dari Bukit

 

 

PERCABULAN DAN JALAN PULANG (1Kor. 6:12-20)

 

 "Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!" (1Kor. 6:20)

 

 Tubuh manusia memiliki lima indera untuk membantu manusia merespon rangsangan dari luar dan meneruskannya ke otak; yakni penglihatan (mata), pendengaran (kuping), sentuhan dan meraba (kulit), penciuman (hidung) dan rasa (lidah). Ada indera keenam yang disebut naluri atau intuisi dan berasal dari persepsi dan pikiran. Ada indera lainnya terkait keseimbangan tubuh dan respon atas cuaca dingin dan panas, namun hal ini masih diperdebatkan.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Kor. 6:12-20. Judul perikopnya nasihat terhadap percabulan. KBBI mendefinisikan percabulan (cabul) yakni (perbuatan) keji dan kotor; tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan). Tetapi nas ini lebih mengkhususkan percabulan sebagai hubungan badani antara dua orang yang tidak diikat oleh pernikahan. Kalau melihat konteksnya, Korintus memang kota pelabuhan dengan berbagai ragam godaan hubungan badani.

 

 

 

Setelah mengupas hal percabulan, Rasul Paulus juga menyampaikan tentang makanan. Jemaat diminta agar menahan diri atas makanan dari persembahan berhala. Paulus tidak melarangnya, hanya diminta agar berhikmat menahan diri, terlebih bila hal itu menjadi batu sandungan bagi orang lain (1Kor. 8). Oleh karena itu nas ini dibuka dengan pernyataan, "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun" (ay. 12). Memang makanan dan seks merupakan dua tuntutan tubuh sehingga firman Tuhan cukup panjang membahasnya dalam kitab ini, agar kita tidak diperhamba.

 

 

 

Meski Alkitab menuliskan tubuh, jiwa dan roh adalah satu kesatuan (kadang dituliskan hanya tubuh dan roh saja), namun sangat jelas keinginan tubuh yang biasanya lebih membawa roh kepada dosa. “Roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Mat. 26:41). Adanya lima indera tadi membuat rangsangan luar menjadi lebih kuat. Tetapi kita diingatkan, "tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh" (ay. 13).

 

 

 

Dalam hal ini pegangan kuat kita adalah ucapan Tuhan Yesus, jika matamu yang kanan menyesatkan - yang memandang perempuan lain dan menginginkannya, cungkillah dan buanglah itu (Mat. 5:27-29). Kita tidak setuju dengan pandangan filsuf Nietzsche yang menyoroti ayat ini sebagai kebodohan yang akut. Kekristenan memang memiliki standar yang tinggi dalam menjauhi dosa: kejahatan mesti dibalas dengan kebaikan, hingga wajib mengasihi musuh. Akal sehat akan sulit menerimanya, tetapi iman dan ketataan akan membenarkan dan membuktikannya.

 

 

 

Dalam melawan keinginan kedagingan, Beth Moore dalam bukunya Ketika Orang Percaya Melakukan Hal yang Berdosa”, memberikan jawaban yang kuat yakni liciknya setan, adanya alasan tertentu termasuk hasrat diri dan telah tertipu. Untuk itu beberapa nasihatnya agar kita lebih membentengi diri dengan tembok yang kuat, menjaga lingkungan yang penuh kasih dan transparan, hati yang hangat dengan kepala yang dingin. Alkitab juga mengingatkan, “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadah yang sejati” (Rm. 12:1).

 

 

 

Beth Moore juga memberikan nasihat penting tatkala kita merasa lemah dan bahkan jatuh berdosa. Ambillah perisai dan perlengkapan senjata Allah dan berjalanlah pulang. Pertobatan adalah jalan terhormat dan mulia, meski seberapa kotor dan beratnya beban dosa kita. Ada perhentian di kayu salib yang membersihkannya dan mengembalikan kekudusan kita sebagai anak-anak Allah. Katakanlah, “tubuhku adalah bait Roh Kudus, yang kuperoleh dari Allah; Aku telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar" (ay. 19-20). Dan, aku telah berada di rumah bapaku.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

KHOTBAH ke-2 MINGGU II SETELAH EPIFANI 14 Januari 2024

KHOTBAH ke-2 MINGGU II SETELAH EPIFANI 2024

 

 BUKAN DAFTAR BELANJAAN (Mzm. 139:1-6, 13-18)

 

 “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN” (Mzm 139:4)

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu ini bagi kita berasal dari Mzm. 139:1-6, 13-18, dengan perikop: Doa di hadapan Allah yang maha tahu. Sejak awal tahun, penekanan bacaan firman menurut leksionari, adalah kekaguman dan rasa takjub serta hormat terhadap kekuasaan dan kebesaran Allah. Kali ini akan  diungkapkan tentang kemahatahuan Allah atas segala sesuatu.

 

 

 

Raja Daud sebagai pemazmur meyakini bahwa hidupnya sejak dari kandungan telah diketahui Allah. “Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (ayat 13-14).

 

 

 

Apakah benar demikian? Bagaimana logika kemahatahuan Allah terhadap hidup seseorang? Daud dengan lugas mengatakan dengan rinci: “Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.... Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring” (ayat 2-3).

 

 

 

Tentu semua adalah iman dari akal sehat yang berpegang, bahwa ada Kuasa yang mengendalikan alam semesta ini beserta seluruh isinya. Tidak ada sesuatu tanpa penyebab, dan semua ada awalnya serta tentu juga pasti ada akhirnya. Soal ada pembaruan bumi baru langit baru itu tidak masalah. Ilmuwan besar seperti Einstein dan filsuf besar Immanuel Kant juga sampai pada kesimpulan itu. Oleh karena itu, pemazmur menuliskan dengan cara sederhana, “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya ... Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah” (ayat 6 dan 17). Maka benar, ketika akal pikiran tidak mencapai, imanlah yang bekerja.

 

 

 

Pemahaman ini juga membawa kita pada prinsip tidak ada hal yang tersembunyi bagi Tuhan. Manusia tidak dapat berbuat seenaknya, khususnya terkait dosa, seolah-olah tidak ada yang mengetahui. Allah melihat dan maha tahu, serta menilai semuanya kelak. Begitu pula setiap perbuatan baik yang kita lakukan yang bukan untuk kepentingan diri sendiri, yang tidak dilihat orang, Allah maha tahu. Tujuan dari itu adalah agar Allah dapat melindungi kita sesuai dengan rencana-Nya (ayat 15).

 

 

 

Mazmur ini juga mengatakan bahwa segala sesuatu itu telah tertulis dalam Alkitab. Iman jelas harus berlandaskan “sesuatu” dan bukan atas pandangan orang seorang. Jika ada orang tidak percaya Tuhan karena mengikut filsuf Nietzsche atau lainnya, ya, itu kurang berkhikmat saja. Bagi kita orang percaya, pedoman hidup itu adalah Alkitab. “... Dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya,” demikian ditulis di ayat 16. Alkitab adalah jalan kita mencari jawaban dari Tuhan atas segala peristiwa yang terjadi.

 

 

 

Hal terakhir pesan nas ini kepada kita, doa ternyata tidak harus berupa permintaan. Mazmur ini adalah doa kepada Tuhan berupa pujian dan sanjungan. Maka, mari kita hindari membuat doa sebagai shopping list atau daftar belanjaan keperluan kita kepada Tuhan. “Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kau ketahui, ya TUHAN,” itu pengakuan pemazmur bahwa Allah tahu yang perlu bagi kita.

 

 

 

Tugas kita adalah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk semakin layak dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya, dan dapat melihat hal besar (Yoh. 1:43-51). Dan jangan lupa, doa pokok kita saat ini, agar kita dan keluarga selamat dari Covid-19, hingga badai ini berlalu. Tetaplah memuji dan memuliakan Tuhan, maka hidup kita akan dipakai sesuai dengan rencana indah-Nya.

 

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 24 guests and no members online

Login Form