Sunday, May 19, 2024

KABAR DARI BUKIT (Edisi 25 September 2016)

KABAR DARI BUKIT (Edisi 25 September 2016)

 

Jurang yang Tak Terseberangi

 

Rasa kasihnya terceruak melihat foto dan berita itu: seorang anak kecil menyeberang sungai dengan rakit untuk pergi bersekolah. Lalu timbul gagasan: “Ayo kita bangun jembatan.…” Sayang tidak bersambut. Sungai itu tetap tidak terseberangi dengan aman, arus deras mengancam.

Saya berdiri di tempat wisata Sipinsur di Humbahas, menatap ke bukit sebelah yang agak menjorok ke danau. Terbayangkan sebuah Patung Tuhan Yesus memberkati tegak berdiri di atasnya. Eit, ada lembah jurang dalam. Tapi, hmmm, kita bisa bangun cable car sehingga orang-orang yang menuju ke Patung akan melihat keindahan semuanya. Jurang itu terseberangi dengan aman. Betul, sebuah gagasan harus diwujudkan agar keinginan tercapai.

Firman Tuhan minggu ini dari Luk. 16: 19-31 bercerita tentang percakapan Abraham dengan orang kaya. Sambil menahan rasa siksa panasnya nyala api (di neraka), orang kaya itu memelas agar Lazarus yang ada di pangkuan Abraham kiranya bersedia mencelupkan ujung jarinya (ke air) untuk menyejukkan lidahnya. Tetapi Abraham berkata: “engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.” Si kaya memelas lagi dan mengatakan agar Lazarus diminta untuk mengingatkan keluarganya yang masih hidup, namun jawaban Abraham tegas yakni lebih baik mereka mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, itu saja sudah cukup.
Selalu ada yang kaya dan yang miskin. Sistim socialism radikal itu utopia. Individualitas memiliki sisi positip. Manusia diberi talenta dan karunia yang berbeda. Tetapi yang diminta janganlah seperti orang kaya dalam nas minggu ini yang lebih mementingkan show memakai jubah ungu mahal dan bersukaria penuh kemewahan. Sementara di lain pihak kita membaca bagaimana Lazarus (yang berarti “Allah adalah pertolonganku”) dan hidup benar di hadapan Allah, harus hidup dengan mengais-ngais sisa makanan yang dilemparkan dari rumah orang kaya itu. Kemiskinan bukanlah angka. Si kaya dihukum bukan karena hartanya banyak tetapi cara mempergunakan kekayaannya secara tidak benar. Yang diberkati haruslah jadi berkat.

Nas yang kita baca juga menegaskan satu versi tafsiran hubungan yang hidup dan yang mati sudah terputus sama sekali (band. 2Makabe 12:41-45 sebagai tafsiran lain). Kita yang hidup inilah diminta untuk menyampaikan pesan para nabi dan rasul. Jangan berharap pada orang mati, atau dapat melakukan sesuatu sesudah mati.

Seperti kisah anak sekolah di Humbahas, atau di kabupaten lain di KDT, "jembatan" perlu dibangun. Gagasan indah perlu diwujudkan. Orang miskin selalu ada di sekitar. Kita yang menentukan upah yang akan kita terima kelak. Jembatanlah yang kita bangun melalui kesaksian nyata, membawa kabar tentang nabi dan rasul sehingga jurang itu terseberangi. Mari kita menjadi pelaku-pelaku Firman dan menjadi berkat, sehingga kita ikut bagian dalam pesta Anak Domba Allah, bukan yang kelak merindukan setetes air. Selamat hari Minggu dan beribadah. Tuhan memberkati. Amin.


Pdt (Em) Ramles MS – Ketum PGTS. (Kabar dari Bukit merupakan cuplikan laporan/refleksi Pengurus PGTS kepada anggota melalui medsos yang dipadu dengan renungan firman Tuhan).

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 28 guests and no members online

Login Form