Sunday, May 19, 2024

2023

Kabar dari Bukit Minggu 19 November 2023

Kabar dari Bukit

 

 AMARAH TUHAN DAN DAMPAKNYA (Zef. 1:7, 8-12)

 

 Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN (Zef. 1:17)

 

 

 

Sikap marah merupakan emosi yang lumrah dialami semua orang. Meski semua tahu bahwa marah lebih banyak membawa dampak buruk, tapi kadang luapan emosi itu tidak terbendung. Bersyukur jika marahnya memiliki tujuan (mendidik) dan berhasil. Namun, bila marah karena merasa tidak diperlakukan “adil dan benar”, atau ada yang menghalangi tujuannya, maka itu tidak baik dan bersifat lebih egoistis.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada hari Minggu yang berbahagia ini adalah Zef. 1:7, 8-12. Nas ini menjelaskan kemarahan Tuhan kepada bangsa Israel. Judul perikopnya: Penghukuman pada hari TUHAN. Ini mengacu kepada akhir zaman, saat Kristus datang kedua kalinya. Hari Tuhan bukanlah mesti kiamat, tetapi juga tatkala kita meninggalkan dunia fana ini. Jadi pengertian hari Tuhan sudah dekat, lebih realistis (ay. 7).

 

 

 

Mengapa Tuhan marah dan menghukum? Alkitab menjelaskan ada berbagai penyebab Tuhan marah. Dalam PL, Tuhan marah kepada Adam dan Hawa. Kemudian Tuhan marah pada peristiwa air bah dan kepada umat Israel yang membuat tuhan dari patung lembu emas dalam perjalanan keluar dari Mesir. Dalam PB, Tuhan Yesus marah kepada pedagang dan membalikkan meja dan bangku mereka. Ia juga marah saat para murid menghalangi anak-anak untuk datang kepada-Nya (Mrk. 10:13-14).

 

 

 

Bila kita melihat kemarahan Tuhan pada keempat peristiwa itu, maka dapat kita melihat penyebabnya.

 

 

 

1.       Ketidaktaatan, Adam dan Hawa tidak taat dengan memakan buah dari pohon di tengah taman dan mengikuti iblis (Kej. 3:1-7);

 

2.      Menomorduakan Tuhan dengan menyembah berhala allah lain, yakni saat Harun membuat patung lembu emas (Kel. 32:1-6);

 

3.      Bertindak tidak adil, menindas kebenaran dan kelaliman (Yes. 19:1; Rm. 1:18). Tuhan Yesus marah atas tindakan orang Farisi menelan rumah janda-janda miskin (Mat. 23:14), dan marah kepada murid-murid-Nya yang melarang anak-anak datang kepada-Nya (Mrk. 10:13-14). Ini juga termasuk menghalangi pemberitaan Injil (1Tes. 2:16);

 

4.      Adanya penyalahgunaan jabatan dan pelayanan, yakni para imam justru berkolusi dengan para pedagang di Bait Suci (Mat. 21:12-13).

 

 

 

Dari berbagai peristiwa di atas, ada bentuk hukuman yang diberikan Tuhan. Pertama, hidup terpisah dari hadirat-Nya; penghalauan, sebagaimana Adam dan Hawa diusir dari taman Eden (Kej. 3:23-24). Kedua, pemusnahan, yakni ketika Tuhan menghukum dan hanya menyelamatkan Nuh (Kej. 6:12). Demikian pula oleh karena dosa-dosa ketidakpercayaan umat Israel saat keluar dari Mesir, hanya Yosua dan Kaleb yang masuk ke Tanah Kanaan, lainnya mati dalam perjalanan (Bil. 14:1-35; Ibr. 3:15-19).

 

 

 

Ketiga, ada penghapusan berkat dan berdampak menyusahkan manusia. Sebagaimana nas minggu ini, Tuhan menghukum umat dengan tidak dapat menikmati hasil jerih payah mereka (ay. 13-17). Ini yang akan terjadi bila ada yang menghalang-halangi mereka yang tulus datang kepada Tuhan. Juga adanya penyalahgunaan jabatan dan pelayanan, sebagaimana para imam dan kaum pedagang berkomplot menjual persembahan (berupa koin atau hewan), dengan menyebut cacat yang dibawa umat dan menawarkan yang lain untuk mendapatkan keuntungan besar.

 

 

 

Tuhan itu Kasih dan tidak ingin menghukum. Oleh karena itu kita perlu melakukan hal berikut. Pertama, janganlah membuat Tuhan marah; ikuti perintah-Nya termasuk tidak marah terhadap orang lain. Bila marah, hendaklah hilang sebelum matahari terbenam (Ef. 4:26; Mzm. 4:5). Kedua, bila terjatuh berdosa, hendaklah kita mengakuinya dan memohon ampun, sebab Ia adalah setia dan adil (1Yoh. 1:9). Terakhir, perbuatlah kasih, sebab kasih menutupi banyak dosa (1Pet. 4:8). Berjaga-jagalah untuk Hari Tuhan (1Tes. 5:1-11).

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu XXV setelah Pentakosta – 19 November 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu Keduapuluh Lima setelah Pentakosta – 19 November 2023 (Opsi 1)

 

 PERTANGGUNGJAWABAN HIDUP (Mat. 25:14-30)

 

 

 

"Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya” (Mat. 25:29)

 

  

 

Firman Tuhan bagi kita Mat. 25:14-30, masih berbicara perihal Kerajaan Sorga, dengan perumpamaan tentang talenta. Talenta bukanlah uang logam, tetapi ukuran berat, dan nilainya tergantung kepada bahannya, misalnya dari emas, perak, atau tembaga (lihat juga Luk. 19:12-27 tentang uang mina).

 

 

 

Talenta sering disamakan dengan karunia rohani, yakni karunia yang Tuhan berikan kepada setiap orang. Ada yang mencoba membedakannya, misalnya pendapat bahwa talenta lebih kepada bakat, bisa dilatih. Tetapi itu tidak penting, sepanjang kita percaya Tuhan yang menganugerahkan talenta atau karunia-karunia tersebut, sesuai tujuan dan rencana-Nya bagi setiap orang.

 

 

 

Nas ini menceritakan seorang tuan, memberi kepada masing-masing orang sejumlah talenta yang berbeda. Tentu yang dimaksudkan tuan dalam hal ini adalah Tuhan Yesus sendiri, yang akan datang kembali. Ada yang diberi lima talenta, dua, dan ada yang satu. Mereka yang mendapatkan lima dan dua talenta, ternyata dapat menggunakannya dan menghasilkan laba. Tuhan pun senang sekali dan berkata: “.... Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (ayat 21 dan 23). Kerajaan Sorga bagi mereka telah menanti.

 

 

 

Berbeda dengan yang memperoleh satu talenta. Oleh karena kemalasan dan ketakutannya terhadap resiko, ia hanya menguburkan talenta yang diberikan, dan otomatis ia hanya mampu mengembalikan satu talenta. Tuhan pun berkata: “Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi" (ayat 26 dan 30).

 

 

 

Tuhan melihat kita ciptaan-Nya sebagai “asset” yang berharga (Yes. 43:4), tetapi sekaligus diharapkan berbuah, semacam return on investment (ROI). Oleh karena itu, hidup adalah perjuangan sekaligus petualangan resiko dengan tanggungjawab. Hidup perlu dijalani dengan mengambil peluang, agar dapat menghasilkan dan berbuah lebat. Dengan perumpamaan tadi, jangan kita menjalani kehidupan yang dianugerahkan Tuhan dengan “biasa-biasa” saja, tanpa ada keinginan bersungguh-sungguh melakukan yang terbaik.

 

 

 

Jika merasa Tuhan memberi talenta berbeda, tidak perlu membandingkannya dengan orang lain. Tuhan hanya melihat bagaimana upaya kita dalam mengembangkan talenta yang ada tersebut. Manusia diberi talenta tidak sama, tetapi semua mempunyai kesempatan yang sama dalam usaha dan upaya.

 

 

 

Mereka yang berupaya terus mengembangkan dirinya dan berbuah bagi dirinya dan orang lain, maka Tuhan memberinya lebih banyak lagi. Janganlah kita merasa Tuhan hanya memberi talenta atau karunia rohani yang sedikit atau kecil, dan merasa tidak bisa berbuat banyak sehingga apatis dan hidup tidak bersemangat. Inilah penjelasan ayat 29 di atas.

 

 

 

Hidup yang kita jalani harus kita pertanggungjawabkan kelak kepada Sang Pencipta. Tuhan memberi kita tubuh dan jiwa yang sehat berikut talenta yang beragam. Apakah kita sudah menggunakan semuanya secara optimal dan berguna bagi sesama dan Tuhan kita? Jika kita hanya bermalasan pasrah, merenungi atau menyesalkan hanya mempunyai sedikit dan kecil, atau sebaliknya berupaya keras tetapi semua buahnya hanya untuk diri sendiri dan tidak berbagi untuk sesama, maka bersiaplah untuk dihukum. Minggu menjelang adven ini saat yang baik untuk merenungkannya: sudahkah aku siap mempertanggungjawabkan hidupku dengan melakukan yang terbaik dalam menjalaninya dan terus menabur, untuk menyenangkan hati-Nya?

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 12 November 2023

Kabar dari Bukit

 

 BERTUHAN ITU PILIHAN DAN BERKONSEKUENSI (Yos. 24:1-3a, 14-25)

 

 ”Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yos. 24:15b)

 

 

 

Hidup adalah pilihan sudah sering kita dengar, meski ada bagian hidup yang kita tidak dapat memilih, seperti kelahiran, kondisi fisik, orangtua, suku bangsa, dan lainnya. Kadang ini disebut sebagai nasib atau takdir, dan pengertiannya bisa negatif atau positif, tergantung sudut pandang. Namun setelah pribadi berkembang dan akal pikiran bertumbuh, manusia selalu diarahkan untuk memilih, dari hal kecil, seperti jenis makanan/minuman, sekolah, kerja keras atau santai, kawin dan jumlah anak, dan hal lainnya.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yos. 24:1-3a, 14-25. Nas ini merupakan amanat perpisahan Yosua setelah ia berhasil membawa umat Israel masuk ke Tanah Kanaan. Ia mengumpulkan para tua-tua dan pemimpin untuk mendengar amanatnya. Tugasnya telah selesai dan ia meminta umat Israel memilih: menyembah Allah yang memanggil Abraham untuk menjadi bangsa yang besar, atau tidak menyembah allah nenek moyang mereka atau allah asing yang mereka baru kenal.

 

 

 

Kita juga bisa berhadapan dengan situasi yang sama. Ada banyak Allah dikenal umat manusia saat ini. Sejarah agama memperlihatkan, "konsep dan pengertian" Allah memang berkembang, mulai dari penyembahan “sesuatu” yang awalnya adalah ketakutan, kemudian ketidaktahuan, sampai kepada sumber pengharapan. Allah masa kini juga dikenal dalam berbagai versi, mulai dari allah yang memberi "restu" untuk membunuh demi keyakinan, sampai kepada pengertian allah yang tidak dapat dikenal dan tidak terjangkau pikiran oleh kaum agnostik.

 

 

 

Selain itu ada allah lain dalam bentuk filsafat, seperti humanisme dan eksistensialisme yang berpusat pada manusia semata. Ada doktrin yakni materialisme, rasionalisme, scientologi, paganisme modern, dan lainnya. Ekstrim dari semuanya, keyakinan tidak ada allah oleh kaum atheis. Keberadaan Allah dengan pernyataan-Nya “Aku adalah Aku” (Kel. 3:14), diubah sebagaimana Descartes menyatakan, “I think, therefore I am” (aku berpikir maka aku ada). Manusia adalah otonom. Nietzsche mengatakan Allah telah mati, dan Voltaire menyebutkan kekristenan akan punah dalam 100 tahun; ternyata tidak benar. Hidup yang sia-sia.

 

 

 

Tidak dapat disangkal seseorang dalam memilih banyak didasarkan pada pengalaman hidupnya. Menurut D.A.Carson dan John D. Woodbridge dalam bukunya God and Culture, pandangan seseorang tentang Tuhan, dirinya, dan dunia dipengaruhi oleh waktu dan tempat hidupnya, masa kanak-kanaknya, kelas sosialnya, jenis kelamin, biokimia dst. Hal lainnya juga tergantung kepada kepekaan mata rohaninya, untuk terbuka melihat karya Tuhan dalam sejarah hidupnya dan alam semesta.

 

 

 

Allah kita, dikenal di dalam Pribadi Yesus Kristus. Riwayat hidup, pelayanan-Nya, karya mukjizat hingga kematian dan kenaikan-Nya ke sorga, sangatlah jelas dalam Alkitab. Perjalanan hidup-Nya yang singkat justru memudahkan bagi kita untuk mengenal dan memahami Allah adalah ROH (Kudus). Allah adalah KASIH, sebagaimana Tuhan Yesus mengajarkan dan melakukannya dalam hidup-Nya. Yesus sebagai Pribadi manusia, membuat kita lebih mudah untuk mendapatkan teladan, meski menjadi serupa dan sempurna merupakan hal yang mustahil.

 

 

 

Melalui nas minggu ini, Allah memberi hikmat kepada kita melalui pribadi Yosua. Pembaruan komitmen sebagaimana judul perikop nas, menjadi tantangan bagi kita. Pernyataan Yosua sebelum meninggal dan dikuburkan (ay. 29-30), “aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN” (ay. 15b) menjadi sangat penting. Ayat sebelumnya juga menjadi kunci akan kebenaran tekad pembaruan itu: “Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia” (ay. 14).

 

 

 

Sudahkah kita takut akan TUHAN, dan sudahkan kita beribadah (bersama keluarga) dengan tulus dan setia? Semoga kita bijaksana dan bukan bodoh (renungan paralel Mat. 25:1-13 di bawah).

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu XXV setelah Pentakosta – 19 November 2023 (Opsi 2)

Khotbah Minggu Keduapuluh Lima setelah Pentakosta – 19 November 2023 (Opsi 2)

 

 BERJAGA-JAGA UNTUK HARI TUHAN (1Tes. 5:1-11)

 

 Bacaan lainnya: Hak. 4:1-7 atau Zef. 1:7, 12-18; Mzm. 123 atau Mzm. 90:1-8, 9-11, 12; Mat. 25:14-30

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Dalam bagian sebelumnya dari surat Rasul Paulus ini diceritakan bagaimana Tuhan Yesus akan datang untuk memenuhi janji-Nya dengan cara turun di atas awan-awan dan mengangkat orang percaya untuk menyambut-Nya. Kedatangan-Nya kembali ke dunia ini sekaligus mengakhiri perjalanan bumi untuk membangun langit baru dan bumi baru seturut dengan kerajaan-Nya yang baru dan penuh damai sejahtera. Tuhan Yesus sekaligus datang untuk menghukum mereka yang belum bertobat dan tidak menerima Dia sebagai Juruselamat hidupnya. Penghakiman terakhir di hari Tuhan merupakan sesuatu yang mendadak, sehingga orang percaya sekalipun akan terkejut dan terkesima dengan peristiwa yang akan terjadi. Bacaan kita minggu ini berisi respon dan persiapan yang kita butuhkan untuk menyongsong hari Tuhan tersebut dengan pengajaran sebagai berikut:

 

 

 

Pertama: Hari Tuhan seperti pencuri malam (1-3)

 

Usaha untuk menentukan tanggal pasti kembalinya Kristus adalah sesuatu yang bodoh dan sia-sia, sebagaimana ada beberapa pemimpin sekte yang mencoba memanipulasinya untuk kepentingan pribadi. Kita jangan sampai tertipu dengan seseorang yang mengklaim mengetahui tentang zaman dan masa yang terjadi di masa depan. Melalui firman ini dikatakan, tidak seorang pun yang tahu dan bahkan bagi orang percaya hal itu merupakan sebuah kejutan pada nantinya. Hari dan masanya semua milik dan rahasia Tuhan (Mat. 24:36; Kis. 1:7; 17:26). Kristus kembali secara tiba-tiba dan seperti tidak diharapkan. Metafora seperti pencuri pada malam hari jelas memperlihatkan kedatangan-Nya yang tidak terduga, tetapi tujuannya adalah agar kita tidak lengah. Demikian juga dengan pengertian “seperti seorang perempuan yang hamil sakit bersalin”, itu merupakan bukti kejadiannya yang pasti dan tidak terhindarkan, serta semua manusia harus menghadapinya (Yes. 13:8; Yer. 4:31).

 

 

 

Hari Tuhan adalah hari yang dramatis saat Yesus Kristus datang dengan peran Hakim dan Raja. Tentang hari ini (juga disebutkan dalam Perjanjian Lama, seperti Yes. 13:6-12; Yoel 1:15; 2:1; Zep. 1:14-18) berarti hari yang ditetapkan sebagai hari penghakiman ketika semua orang dipisahkan untuk menerima hukuman atas dosa-dosa dan menerima berkat atas iman dan perbuatannya. Allah melalui Kristus kembali turun di dalam sejarah dan memberlakukan keadilan-Nya bagi semua umat manusia. Banyak yang menafsirkan bahwa hari itu didahului oleh kesengsaraan besar atau adanya penyesatan dan Anti Kristus.  Akan tetapi bukan itu intinya, sebab hari Tuhan memang pasti datang secara tidak terduga, baik dalam pemahaman kecil ketika kita mati dipanggil Tuhan atau pemahaman umum ketika semua orang masuk dalam akhir zaman dan penghakiman (band. 2Tes. 2:2 dab). Oleh karena itu, kita jangan sampai larut dalam kenikmatan keduniawian, seolah-olah semuanya aman dan damai, tidak berharap atau berpikiran bahwa Kristus tidak mungkin datang segera sehingga masih banyak kesempatan untuk mengabaikan hal-hal rohani dan terus berbuat dosa dan menunda pertobatan. Mereka menjadi serupa dengan lima gadis-gadis yang bodoh dengan pelita yang telah padam sebab kehabisan minyak ketika mempelai yang ditunggu datang (Mat. 25:1-13).

 

 

 

Hari Tuhan juga berarti Kristus datang untuk membangun kerajaan-Nya yang kekal bersama-sama orang percaya, dan musuh-musuh-Nya dikalahkan (Yes. 2:12-21; Yer. 46:10; Yoel. 1:15-2:11, 28; Am. 5:18-20; Za. 14:1-3). Kristus memulai pemerintahan di bumi ini (Zef. 3:14-17; Why. 20:4-7). Karena tidak seorang pun tahu kapan Kristus akan kembali ke bumi, kita harus mempersiapkan diri setiap saat, waspada dan siap-siap (Mat. 24:42; Luk. 12:39; Rm. 13:11; Kol. 4:2). Namun intinya, kehidupan orang percaya yang sudah menerima anugerah berkat tidak tergantung kepada Kristus datang hari ini atau seribu tahun lagi, tetapi sesuai dengan kualitas penghayatan keselamatan yang sudah dan akan kita terima, makna kematian dan kebangkitan Yesus bagi kita. Untuk menghadapinya dengan berhikmat, lebih baik bersikap seolah-olah Dia akan kembali hari ini: Apakah kita siap menerima kedatangan-Nya? Bagaimana Yesus menemukan pola hidup kita? Orang yang tidak berhikmat biasanya belajar semalaman untuk ujian yang dilakukan esok hari, padahal waktu persiapan telah banyak diberikan. Oleh karenanya, hiduplah setiap hari dengan kerinduan untuk melihat Tuhan Yesus kembali.

 

 

 

Kedua: Kamu tidak hidup di dalam kegelapan (ayat 4-5)

 

Mereka yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak hidup dalam kegelapan. Hidup di dalam kegelapan berarti mereka tidak menyadari posisi diri dan sekitarnya dan tidak tahu kemana arah tujuannya. Semua tidak pasti. Padahal, seperti dikatakan seorang filsuf Perancis, Teilhard de Chardin, “we are not human beings having spiritual experience; we are spiritual beings having human experience.” Kita orang Kristen adalah manusia rohani yang hidup dalam pengalaman duniawi. Menurutnya, kita bukan manusia duniawi yang sekedar memperoleh pengalaman rohani, melainkan kita adalah warga kerajaan sorga (Flp. 3:20) yang ada di bumi. Asal muasal kita sangat jelas yakni dari Allah Bapa dan kita masuk ke dunia ini dengan tujuan yang terang dan jelas, yakni menjadi pembawa-pembawa kebaikan dan damai sejahtera. Kita adalah milik Tuhan yang hidup dalam Terang melalui Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus, sehingga kesadaran itu membawa kita pada perbuatan-perbuatan yang perlu dan layak dilakukan.

 

 

 

Hari Tuhan datang seperti pencuri malam juga memiliki hal yang positif. Adalah hal yang baik apabila kita tidak mengetahui persisnya Tuhan Yesus kembali, sebab jika kita diberitahu tanggal yang pasti, kita cenderung melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Akal sehat jadi mati. Kita mungkin tergoda malas bekerja atau melayani, atau hanya tidur-tidur menunggu datangnya hari itu. Atau sebagaimana banyak nubuatan palsu, itu dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi dalam bentuk harta dan kepuasan birahi. Atau bila hari itu masih cukup lama, kita mungkin akan tetap berdosa dengan melakukan perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya dan menempatkan Tuhan sebagai prioritas akhir. Sebaliknya, kita juga tidak perlu terlalu memelototkan mata kita terus ke arah langit menanti kembalinya Sang Juruselamat, sebab sebagaimana dikatakan pada pasal 4 (khotbah minggu lalu), akan ada tanda-tanda sebelumnya yakni bunyi sangkakala yang membangunkan orang mati dan kita yang percaya diangkat menyambut Tuhan Yesus di awan. Rasul Paulus juga mengingatkan, jangan sampai kita lalai akan hal itu (1Tes. 4:11; 2Tes. 2:1 dab).

 

 

 

Hidup dalam kegelapan juga berarti hati kita terpisah dari Terang Allah, yang membuat moral dan kerohanian kita menjadi rusak (band. Yoh. 3:19, 20; 8:12; 2Kor. 6:14; Ef. 5:8, Kol. 1:13). Sorga adalah tujuan akhir kita; tetapi kita juga perlu bekerja melakukan sesuatu di bumi ini untuk hidup bersama dengan sesama, baik seiman yang sudah diselamatkan maupun tidak seiman dan hidup dalam kegelapan. Untuk itu orang Kristen harus tetap melakukan kerja dan karya bagi Kristus melalui sesama, dengan memiliki pola hidup yang berbeda sampai kita mati, yakni mendisiplinkan kehidupan kita dan meninggalkan perbuatan-perbuatan gelap. “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati” (Rm. 13:13). Kita anak-anak siang berarti saatnya untuk bekerja dan bukan untuk tidur berleha-leha, sebab pekerjaan dan tuaian masih banyak. Kita diperlukan sebagai penuai-penuai hasil sebab ladang penginjilan semakin banyak dan meluas.

 

 

 

Ketiga: Berjaga-jaga dengan senjata rohani Allah (ayat 6-8)

 

Malam hari adalah metafora saat kita digoda untuk tidur atau mabuk sebagaimana kebiasaan orang lain yang tidak mengenal Allah. Inilah yang membawa kita pada sikap perlu sadar, berjaga-jaga, dan waspada sampai tiba saatnya melihat kembalinya Sang Juruselamat. Bagaimanapun juga, dunia ini adalah tempat peperangan rohani antara kuasa Allah dengan kuasa jahat. Ketika kita anak-anak-Nya memilih Yesus maka kita menjadi musuh iblis, oleh karena itu kita harus bertindak bagaikan prajurit-prajurit garda depan melawan pasukan iblis, termasuk mereka yang telah disesatkan. Kita harus berdiri tegap dan teguh untuk dapat menjadi pemenang. Kita tidak boleh melakukannya sendirian sebab roh kita tidak cukup mampu melawan kuasa jahat itu, diperlukan senjata-senjata rohani dari Allah untuk siap siaga sekaligus berperang mengalahkan musuh. Dalam Perjanjian Lama dinyatakan senjata rohani ini juga penting (Yes. 59:17) sebagaimana dalam surat-surat Rasul Paulus kepada jemaat lainnya (2Kor. 6:7; 10:4; Ef. 6:13).

 

 

 

Dalam nas ini disebutkan beberapa perlengkapan dan senjata, yakni berbajuzirahkan iman dan kasih dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Baju zirah sangat penting untuk melindungi badan, sebab serangan setan sering ke dalam hati orang percaya, yaitu tempat emosi, kepentingan diri sendiri, dan kebenaran sejati berada. Kebenaran Allah melalui iman dan kasih adalah baju zirah yang melindungi hati kita dan menjamin keadilan Allah. Demikian juga dengan ketopong keselamatan, yakni pelindung atau helm yang melindungi bagian kepala kita dari serangan iblis dengan godaan membuat pikiran kita ragu terhadap hal yang dikerjakan oleh Allah melalui Tuhan Yesus. Kita diminta sadar (Yun: nepho) dalam pengertian diperlukan kepala dingin dengan penguasaan diri dan kewaspadaan dalam menghadapi iblis lawan yang tangguh, tidak mabuk oleh sesuatu yang membuat kita lengah (Kis. 2:15).

 

 

 

Dalam Ef. 6:13-17 disebutkan perlengkapan senjata rohani lainnya yakni ikat pinggang kebenaran, sebab iblis menyerang dengan berbohong (iblis = pendusta), bahkan bertindak seolah-olah benar. Ini sama seperti ketika iblis membohongi Yesus dalam ujian di padang gurun. Tetapi hanya orang percaya yang memiliki kebenaran Allah yang dapat mengalahkan iblis. Kita juga diberikan kaki yang berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera, yakni motivasi untuk terus berjalan, berkarya, tanpa terlalu memperdulikan tantangan yang ada sebagai sesuatu yang sulit dan tidak terjangkau. Allah memberikan kekuatan dengan kasut kerelaan agar kita terus melangkah pasti dalam memperluas kerajaan-Nya. Demikian juga senjata rohani perisai iman, agar kita melindungi diri dari serangan-serangan berupa rasa sakit dan penderitaan. Perisai ini melindungi kita dari panah api yang menghanguskan, dan kita dapat melihat kemenangan ada di depan bersama dengan Allah yang dahsyat. Senjata terakhir adalah pedang yang digunakan untuk menyerang, sebab kadang kala dalam menghadapi iblis, kita tidak selalu harus bertahan tetapi juga menyerang dengan kuasa dari Allah.

 

 

 

Keempat: Kita hidup bersama-sama dengan Dia (ayat 9-11)

 

Sebagai hari penghakiman, hari Tuhan juga merupakan hari penetapan Allah melaksanakan hukuman dan murka-Nya bagi orang-orang yang tidak bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Mereka yang terus hidup dari dan untuk dirinya sendiri, melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada-Nya akan mendapatkan hukuman. Tetapi bagi kita yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat dan berupaya dengan tekun dan setia untuk terus mengikuti-Nya, akan dibebaskan dari penghukuman dan kita beroleh keselamatan yang kekal sesuai dengan janji dalam firman-Nya, “Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rm. 10:9-10).

 

 

 

Menghadapi kedatangan Kristus kembali, kita perlu bersikap seolah-olah pada akhir perlombaan lari marathon: kaki kita terasa sakit, tenggorongan kering serasa terbakar, seluruh tubuh kita merintih untuk meminta berhenti. Saat itu kita membutuhkan teman dan orang lain. Dorongan mereka membantu semangat kita untuk menyelesaikan perlombaan meski dengan rasa sakit untuk mencapai garis akhir. Dengan cara yang sama, orang Kristen perlu saling mendukung dan meneguhkan satu sama lain. Sebuah kata yang memotivasi pada saat yang tepat bisa jadi sangat berharga untuk menyelesaikan dengan baik, dan menghilangkan rasa capai dan sakit yang sebelumnya. Lihatlah sekelilingmu, siapa yang perlu didukung. Bersikaplah sensitif bagi kebutuhan orang lain dan berikanlah kata-kata atau tindakan yang mendukung semangat mereka. Kita juga harus bisa menjadi teladan sehingga hal itu membuka mata hati mereka untuk dapat melihat bagaimana Allah bekerja di dalam kehidupan orang percaya (Kis. 26:18).

 

 

 

Orang percaya jangan mudah merasa puas atas hal yang sudah dilakukannya dan sebaliknya juga tidak perlu merasa putus asa. Kita tidak perlu takut terhadap kematian apalagi terhadap akhir zaman yang sudah kita ketahui bisa terjadi. Janji Kristus sudah pasti. Pengharapan lepas dari murka Allah, menjadi iman kemenangan bagi kita dan masuk dalam keselamatan kekal bersama-sama Tuhan Yesus. Kuncinya adalah perintah untuk hidup dalam terang kita laksanakan (1Yoh. 2:8), dan itu adalah sikap berjaga-jaga yang baik. Keselamatan bukan hanya lepas dari murka Allah, tetapi juga pemberian upah dan pahala khususnya hidup dalam persekutuan abadi dengan Dia (Rm. 14:9; 2Kor. 5:15). Itu semua bukan bagi kita yang hidup tetapi juga bagi orang percaya yang mendahului kita. Semua orang ikut berbagi kemenangan dan kemuliaan-Nya, sehingga kenyataan inilah yang kita perlu bagikan kepada semua orang dengan memberi nasihat seorang akan yang lain dan saling membangun.

 

 

 

Penutup

 

Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya membawa sukacita besar bagi orang percaya. Meski hari Tuhan itu datangnya seperti pencuri di malam hari, namun bagi kita yang setia dan taat pada Tuhan Yesus, telah ditetapkan untuk menerima keselamatan dan bukan penghukuman. Mereka yang sudah percaya tidak akan hidup dalam kegelapan sebab mereka adalah anak-anak Terang yang tahu arah tujuan hidupnya. Menjadi anak-anak Terang berarti menjadi teladan dan berbuah bagi orang lain. Namun kita juga perlu menyadari bahwa iblis tidak akan membiarkan hal itu mudah terjadi. Kita perlu sadar, siaga dan waspada. Ini adalah waktu siang dan bukan malam untuk tertidur atau mabuk. Iblis menyerang dengan dahsyat melalui tipuan dan godaan dengan masuk ke dalam titik kelemahan kita. Oleh karenanya diperlukan senjata-senjata rohani Allah: berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Kita perlu berjaga-jaga dengan pengendalian diri melalui hidup dalam iman, kasih, dan pengharapan kemenangan. Janji Tuhan adalah pasti, yakni kita hidup bersama-sama dengan Dia dalam persekutuan kekal, sehingga kita perlu saling menasihati dan membangun satu sama lain. Apakah kita sudah berjaga-jaga dengan melakukan semua itu?

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu Keduapuluh empat setelah Pentakosta – 12 November 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu XXIV setelah Pentakosta – 12 November 2023 (Opsi 1)

 

 

Saat Penghulu Malaikat Berseru dan Sangkakala Allah Berbunyi (1Tes. 4:13-18)

 

 

Bacaan lainnya: Yos. 24:1-3a, 14-25; atau Am. 5:18-24; Mzm. 78:1-7 atau Mzm. 70; Mat. 25:1-13

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Jemaat Tesalonika mengharapkan kedatangan Tuhan Yesus segera terjadi saat mereka masih hidup, sehingga mereka dapat menerima dan menikmati janji-janji Tuhan sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Rasul Paulus saat mengajar mereka selama 3 bulan. Tapi kenyataannya, dari mereka ada yang meninggal terlebih dahulu, sehingga salah satu yang dilaporkan Timotius kepada Rasul Paulus atas hasil kunjungannya ke Tesalonika adalah pertanyaan jemaat tentang bagaimana mereka yang sudah percaya tapi malah meninggal terlebih dahulu? Apalagi sebagian dari mereka meninggal karena penderitaan dan penganiayaan. Mungkin saat bersama mereka, Rasul Paulus memberikan gambaran bahwa mereka yang percaya akan dibawa ke sorga bersama-Nya. Nah, apabila ada orang percaya meninggal lebih dahulu sebelum Tuhan Yesus datang, bagaimana dengan nasib mereka? Ini pertanyaan yang timbul dan menjadi kekhawatiran baru bagi jemaat. Pembahasan tentang eskatalogi membutuhkan analisis yang panjang namun bahan di bawah ini diambil inti dan singkatnya saja. Melalui nas minggu ini firman Tuhan memberikan pengajaran tentang gambaran tersebut sebagai berikut:

 

 

 

Pertama: Jangan berdukacita seperti tidak berpengharapan (ayat 13-14)

 

Manusia pasti mati. Mati secara jasmani artinya tidak ada lagi denyut kehidupan dalam seluruh organ tubuhnya. Jiwa atau rohnya telah terpisah dari tubuh yang berupa daging. Tubuh ini pun setelah ditinggalkan roh dan jiwa lantas membusuk dengan cepat. Studi ilmiah menyebutkan, ketika kematian jasmani datang, proses awal pembusukan daging langsung dimulai kemudian merembet pembusukan di bagian tubuh dalam. Ini sama seperti hewan yang kita lihat mudah sekali membusuk dan mengeluarkan bau menyengat. Zaman dahulu orang membuat rempah-rempah untuk menjadi mummi, namun kini dengan ilmu pengetahuan dipakai bahan kimia fomalin yang disuntikkan untuk memperlambat pembusukan tersebut. Hal ini lazim dilakukan umat Kristen apabila ada alasan tertentu yang membuat jenazah tidak langsung dikuburkan. Ketika akhirnya tubuh yang membusuk itu dimasukkan ke dalam tanah, maka daging itu tetap berubah menjadi tanah sebab daging memang berasal dari tanah (Kej. 2:7). Oleh karena itu, Alkitab benar dengan mengatakan bahwa daging tidak ada artinya dan tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1Kor. 15:50).

 

 

 

Bagaimana halnya dengan roh atau napas manusia? Napas dan roh berasal dari Allah yang menghembuskan ke dalam tubuh tanah saat penciptaan (Kej. 2:7), maka napas itu berasal dari Allah dan secara otomatis akan kembali kepada Allah (Pkh. 12:7b). Dari tanah kembali ke tanah dan dari Allah kembali kepada Allah, itu wajar. Pertanyaannya: ketika kembali kepada Allah, apakah roh tersebut tetap dalam keadaan "sadar" dan jiwa yang memahami sekelilingnya? Alkitab tidak memberi jawaban yang hitam putih soal itu dan sebab roh manusia adalah milik Allah, ada dua kemungkinan besar: tidur sesuai dengan istilah yang juga dipakai Alkitab, atau hidup bersama-sama dengan Allah dalam pengertian "sadar dan hidup". Kedua kemungkinan ini ada ayat pendukungnya, sehingga lebih baik itu tetap menjadi misteri Allah (bandingkan yang sadar pada Luk. 16:19-31; Why. 14:13 dan yang tertidur pada Mat. 9:24; Ef. 2:12; Yoh. 11:11; Mzm. 146:4; Pkh. 9:5-6; Yes. 38:18). Namun yang penting, baik dalam keadaan sadar atau tertidur, roh manusia itu telah bersama-sama dengan Allah dan itu pasti keadaan yang sangat tenteram dan penuh damai sejahtera (Flp. 1:23). Tentu ada kemungkinan lain, yakni jiwa dan roh manusia masuk neraka dan penghukuman, tidak bersama Allah (Ef. 2:1, 5).

 

 

 

Oleh karena itu melalui suratnya ini Rasul Paulus menekankan bahwa kematian bukanlah akhir dari semuanya. Mereka telah melihat dan mendengar bagaimana Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian, mengalahkan maut, maka kita pun yang percaya pada-Nya pasti dibangkitkan untuk bersama-sama dengan Dia. Betul, perpisahan fisik dengan yang kita kasihi pasti membawa kesedihan. Saat tubuh yang selama ini dapat kita lihat dan dekap tiba-tiba direnggut dari hadapan kita, pasti membawa kesedihan. Tetapi begitu menyadari bahwa jiwa dan rohnya kembali kepada Bapa dalam hadirat ketenangan dan damai sejahtera, maka kita tentunya merasa tenang dan ikut bahagia. Kematian adalah pintu masuk ke hadapan Kristus (band. 2Kor. 5:8) dan mati adalah sebuah keuntungan (Flp. 1:21). Memang Alkitab mengatakan kematian adalah upah dosa dan setelah kematian datang akan ada penghakiman. Namun orang yang mengasihi Kristus tidak akan masuk dalam penghukuman, sebab dosa-dosa kita sudah dibayar lunas dengan kematian-Nya. Jadi jangan terlalu sedih seperti orang yang tidak mengenal Tuhan Yesus dan tidak berpengharapan. Kita berpegang pada janji-Nya dengan iman. Ketika Kristus datang kembali, semua yang mati yang percaya pada penebusan Kristus, baik mereka yang hidup dan percaya, akan dikumpulkan dan dipersatukan Allah. Jadi tidak perlu khawatir mereka tidak menerima kemuliaan saat Kristus datang. Semua akan hidup bersama Kristus dalam kekekalan.

 

 

 

Kedua: Kita tidak mendahului mereka yang telah meninggal (ayat 15)

 

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa ada kebangkitan. Pada Perjanjian Lama dituliskan ada tiga kebangkitan orang mati, meski kebangkitannya hanya sebentar, yakni putra seorang janda (1Raj. 17:21-22), putra perempuan Sunem (2Raj. 4:32-36) dan yang bangkit setelah tersentuh tulang-tulang Elisa (2Raj. 13:21). Demikian juga pada Perjanjian Baru ada lima kisah kebangkitan orang mati yang terjadi baik oleh Tuhan Yesus maupun oleh para rasul, seperti putri Yairus (Mat. 9:24-25), pemuda dari Nain (Luk. 7:14-16), Lazarus (Yoh. 11:43-44), Dorkas (Kis. 9:40-41) dan Euthikus (Kis. 20:9-12). Semua kisah kebangkitan tersebut berakhir dengan kematian fisik selama-lamanya. Ini berbeda dengan kebangkitan yang dijanjikan oleh Tuhan melalui firman-Nya, yakni setelah kematian fisik, maka ada kebangkitan dan hidup selama-lamanya.

 

 

 

Mereka yang dibangkitkan akan mendapat upah. Hal ini sangat kuat dasarnya, sebab manusia di dunia ini tidak sama tingkat iman dan ketaatannya serta besar-kecil perbuatannya yang berkenan kepada Tuhan. Demikian juga bahwa semua orang memiliki tingkat kejahatan yang berbeda sehingga masing-masing orang wajar menerima upah pahala atau hukuman dosa yang tidak sama. Oleh karena itu, sangat tidak logis bila ada penghakiman yang lebih awal bagi mereka yang mati lebih dahulu. Dari prinsip keadilan, semua mestinya dihadapkan pada pengadilan yang bersamaan waktunya, meski kekekalan tidak lagi mempersoalkan waktu sebentar atau lama, dan demikian juga adanya kedaulatan Tuhan dalam semua proses itu.

 

 

 

Dengan dasar itu maka ketika Kristus kembali, orang mati akan dibangkitkan terlebih dahulu dan bersama-sama orang yang hidup menerima janji Allah sesuai dengan iman dan perbuatan masing-masing. Memang agama Katolik masih mempercayai purgatori yakni api penyucian, dengan dasar manusia diselamatkan namun belum kudus sehingga perlu disucikan terlebih dahulu sebelum masuk ke sorga. Kekristenan adalah agama pengharapan dan sekaligus kepastian dalam iman. Tuhan Yesus memberikan pengampunan dan bukan pembalasan atau penghukuman, dengan Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan. Tuhan Yesus memberikan anugerah dan kasih dan bukan balas dendam, memberikan kemenangan dan bukan kekalahan, serta memberikan hidup yang kekal abadi untuk hidup bersekutu selamanya dengan Allah. Semua itu pasti terjadi sebab Kristus sebagai pusat iman kita telah bangkit dari kematian, hidup dan berkuasa dari sorga hingga kelak kembali menjemput mereka yang setia dan dikasihi-Nya (band. 1Tes. 1:10) dan bersama-sama dalam kekekalan.

 

 

 

Ketiga: Kita yang hidup diangkat bersama-sama dalam awan (ayat 16-17a)

 

Dalam Mrk. 13:26 Tuhan Yesus berkata, “Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan-awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” Maka dalam ayat yang kita baca minggu ini, diberikan lima tanda-tanda saat kedatangan Kristus:

 

 

 

1.       Akan tampak dengan kasat mata dan terdengar di telinga

 

2.      Akan ada seruan yang keras dari penghulu malaikat. Penghulu malaikat adalah malaikat tertinggi atau terkudus di antara semua malaikat yang ditunjuk untuk tugas tententu. Mihkael adalah penghulu malaikat yang disebutkan dalam Perjanjian Baru (Yud. 9).

 

3.      Saat penampakan Allah, ada bunyi sangkakala sebagaimana yang terjadi para Perjanjian Lama (band. Kel. 13:22; 19:16; Mat. 24:30 dab; 2Tes. 1:8 dab). Peristiwa ini jelas menggambarkan kemegahan dan keagungan Tuhan Yesus ketika Ia turun dari sorga.

 

4.      Orang yang percaya kepada Kristus akan bangkit dari kubur (Yoh 5:28).

 

5.      Orang percaya yang masih hidup, tubuh mereka akan diubah dan akan diangkat ke awan menyambut Kristus.

 

 

 

Tidak ada yang meragukan bahwa Tuhan Yesus telah naik dan kembali ke sorga, sebab Ia memang berasal dari benih sorgawi. Sebagaimana dikatakan saat kenaikan-Nya, maka ketika Ia akan turun kembali dan semua orang akan melihat-Nya dengan nyata (Kis. 1:10-11). Tuhan Yesus pasti memenuhi janji-Nya kembali untuk mempersiapkan tempat bagi kita dan mengumpulkan kembali kita yang setia kepada-Nya (Mrk. 13: 27; Yoh. 14:3). Orang mati yang bangkit dari kuburnya akan menanggapi tanda yang diberikan Allah. Peristiwa bangkit dari kubur secara bersamaan pernah terjadi saat Tuhan Yesus bangkit dari kematian dan sekaligus membuka kubur para orang kudus (Mat. 27:52-53). Perbedaannya adalah ketika mereka bangkit masih dengan tubuh jasmani. Akan tetapi ketika kita bangkit di akhir zaman, tubuh kita diubahkan. Ini dinyatakan jelas dalam Alkitab: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?” (1Kor. 15:35). Jiwa yang tadinya “tertidur” akan disadarkan dan tubuh yang bangkit adalah tubuh rohani yang penuh kemuliaan sebagaimana dinyatakan, “Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah” (1Kor. 15:44). Peristiwa ini berlangsung dalam seketika dan merupakan peristiwa misteri Allah, sebab semua umat manusia yang diselamatkan akan mengisi alam semesta secara bersamaan. Ini jelas di luar jangkauan pikiran manusia. Namun, kalau kita amati, alam semesta begitu besar dan luas sehingga dengan kuasa Allah yang Mahabesar segala sesuatu pasti bisa terjadi.

 

 

 

Gambaran ketiga, semua manusia yang masih hidup dan percaya akan diangkat ke awan untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus (band. Why. 1:7; 11:12). Kedatangan Tuhan Yesus di angkasa mungkin ada hubungannya dengan tempat tinggal berkuasanya roh-roh jahat (Ef. 2:2; 6:12) sehingga kuasa-kuasa tersebut perlu dikalahkan terlebih dahulu sebelum Tuhan Yesus kembali memerintah di bumi yang baru dengan penuh damai sejahtera. Peristiwa di awan ini sering disebut sebagai Keangkatan Gereja, yakni ketika semua orang percaya yang menjadi warga gereja ikut dalam peristiwa sukacita yang menjadi puncak pengharapan orang percaya. Peristiwa keangkatan gereja memang masih menjadi perbedaan pendapat, sebab sebagian mengatakan ini adalah metafora dan sebagian lagi mengatakan bahwa hal itu merupakan hal yang nyata nantinya. Sebab pertanyaan yang muncul kemudian adalah: ketika semua berkumpul di awan, apakah semua orang percaya ini akan kembali bersama-sama ke bumi untuk memerintah bersama-sama Tuhan Yesus? (band. Yoel. 3:11; 1Tes. 3:13, Yud. 14). Jawabannya sangat dipengaruhi oleh pandangan ada tidaknya masa kesengsaraan sebelum Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Ini jelas masih merupakan misteri Allah yang tidak akan terpikirkan dan terjawab manusia.

 

 

 

Keempat: Selamanya kita bersama-sama dengan Tuhan (ayat 17b-18)

 

Memang tidak diketahui dengan tepat tentang waktunya orang mati dibangkitkan. Akan tetapi hal lebih penting adalah mengetahui alasan Rasul Paulus menuliskan hal ini, yakni mendorong orang percaya agar saling menghibur dan menguatkan satu sama lain ketika seseorang meninggal dipanggil Tuhan. Ini memang pesan yang sangat bagus bagi mereka yang dipisahkan oleh kematian fisik di dunia ini, tetapi akan dipersatukan kembali sesuai janji Tuhan, dan akan bersama-sama dengan Kristus untuk memerintah dalam kekekalan. Oleh karena itu, kita tidak perlu putus asa ketika orang yang kita kasihi meninggal, atau terjadi hal-hal yang tragis dalam hidup. Kita imani saja bahwa setiap kegetiran dan hal tragis dalam hidup pasti akan berubah menjadi kemenangan dan keberhasilan, kemiskinan berubah menjadi kekayaan, penderitaan menjadi kemuliaan, kekalahan menjadi kemenangan. Semua orang percaya dalam sepanjang sejarah akan berdiri tegak, damai sejahtera dan aman bersama Kristus.

 

 

 

Rasul Paulus dan jemaat Tesalonika memiliki keyakinan kuat bahwa tidak lama lagi Kristus akan kembali (1Kor. 7:29, Flp. 4:5). Keyakinan ini sangat diperlukan mengingat situasi pada saat itu yang penuh penganiayaan dan penderitaan, membuat mereka lebih kuat dan tegar. Ketiadaan dukungan membuat mereka yang jatuh tidak memiliki semangat dan kehidupan mereka juga akan penuh ketakutan. Iman adalah sesuatu yang harus dipelihara dan dikuatkan sehingga ketika datang ujian yang menciutkan, iman kita itu tidak menjadi kecil dan lemah yang dapat membawa pada keputusasaan. Meski hal yang disampaikan oleh Rasul Paulus belum terjadi saat itu - sebab masanya hanya Allah Bapa yang tahu, itu tidak membuat kita lalai bahwa kematian dapat senantiasa datang tiba-tiba sebagaimana juga kedatangan Kristus kembali. Hidup ini penuh dengan godaan dan tantangan yang membuat kita kadang lemah. Oleh karena itu, sebagaimana Rasul Paulus menghibur dan meneguhkan jemaat Tesalonika dengan kebangkitan orang mati, maka kita juga perlu menghibur dan meneguhkan satu sama lain dengan pengharapan yang penuh (band. 1Tes. 5:11).

 

 

 

Bagi kita orang percaya, hal yang utama adalah percaya bahwa ketika kematian datang atau Kristus datang untuk kedua kalinya, kita akan hidup bersama-sama dengan Allah dan itu merupakan sukacita yang luar biasa (band. 1Tes. 5:10; 2Tes. 2:1). Ia adalah Tuhan orang hidup dan yang mati (Rm. 4:9), Tidak ada hal di dunia ini yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus. Kedatangan Kedua berpusat pada Tuhan sendiri sebab Dia telah mengetahui akhir dari segala sesuatu. Yang penting kita selalu sadar, waspada, dan penuh pengharapan, “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Mat. 16:27). “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2Kor. 5:15). Itulah karya yang diharapkan dari kita semua.

 

 

 

Penutup

 

Bacaan kita minggu ini memberikan sebagian gambaran tentang kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Eskatologi adalah ilmu yang sangat dalam dan luas dan tetap dibatasi oleh kemampuan manusia untuk memikirkan hal yang belum pernah dialami oleh siapapun. Memang ada kesaksian tentang mati suri atau kisah dibawa ke sorga, namun itu kita jadikan sebagai kekayaan rohani saja. Pegangan kita tetaplah Alkitab sebagai sumber kebenaran dan pengharapan. Melalui bacaan ini kita tidak perlu takut menghadapi kematian atau bersedih apabila kita dipanggil Tuhan, atau seseorang yang kita kasihi lebih dahulu masuk dalam pangkuan-Nya. Kita tidak perlu berdukacita seolah tidak mempunyai pengharapan bagaikan orang yang tidak mengenal Kristus. Kita akan bertemu dengan mereka lagi sebagaimana kita juga akan bertemu dan bertatap muka dengan Kristus. Firman-Nya meneguhkan bahwa kita tidak mendahului mereka yang telah meninggal, melainkan kita yang hidup diangkat bersama-sama dalam awan. Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan jaminan janji Tuhan bagi kita yang sudah percaya, serta penghukuman tidak terjadi sebab dosa dan kesalahan kita telah ditebus oleh-Nya. Inilah yang menguatkan iman dan pengharapan semua orang Kristen dan untuk itu kita perlu saling menasihati dan berkarya saling mendukung.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani

 

 

Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 15 guests and no members online

Login Form