Sunday, May 19, 2024

2023

Khotbah Minggu III Adven - 17 Desember 2023 (Opsi 2)

Khotbah Minggu III Adven - 17 Desember 2023 (Opsi 2)

 

 

MENUAI DENGAN SORAK-SORAI (Mzm. 126:1-6)

 

 “TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!” (Mzm. 126:3-4)

 

 

 

Firman Tuhan di hari Minggu Adven III dari Mzm. 126; singkat hanya enam ayat. Mazmur ini berbicara tentang pengharapan, pengalaman umat Israel dalam pemulihan Sion yang pasang surut (ayat 1). Hal ini sesuai prinsip bacaan di Minggu Adven, yakni dua minggu pertama tentang mengenang semua dosa dan penderitaan, dan minggu ini serta minggu depan tentang pengharapan dan kemenangan.

 

 

 

Di dalam kehidupan, selalu ada pergumulan dan penderitaan. Skalanya bisa kecil atau besar, dan cara melihat skala tergantung kepada kemampuan dan iman seseorang. Persoalan besar bagi yang lain, bisa dianggap kecil bagi orang lain. Bahkan, bagusnya sebuah tantangan dan kesulitan, dilihat bukan sebagai persoalan, tetapi sebuah jalan berliku untuk menuju kemenangan.

 

 

 

Betul, adakala oleh karena beratnya, persoalan dihadapi dengan tangisan. Tetapi, ada yang menghadapi persoalan berat dengan wajah tanpa ekspresi, bahkan mungkin dengan senyum tipis. Hal itu menandakan kemampuan dan kematangannya dalam menjalani hidup. Baginya, jatuh bangun adalah gelombang kehidupan yang biasa, terlebih karena imannya kuat. Berbahagialah mereka yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya (Yer. 17:7).

 

 

 

Mazmur 126 adalah sebuah pengajaran, bahwa ketika di saat sukses kita wajar tertawa dan lidah bersorak-sorai (ayat 2). Acapkali dengan bangga kita mengatakan, Tuhan itu baik seperti renungan minggu lalu: “Dia telah melakukan perkara besar…." (ayat 3). Kita bersukacita, okelah. Namun, tetaplah dalam hikmat; tidak berlebihan, apalagi bersikap jemawa, merasa hebat. Keadaan dapat berubah, hidup adalah ketidakpastian; mosaik penuh warna-warni. Inilah pengajaran pertama mazmur ini bagi kita.

 

 

 

Pengajaran kedua, ketika datang kesusahan dan penderitaan, terlebih karena dosa, tetap berharap dan berseru kepada Tuhan. Ia adalah Allah yang hebat dan dahsyat; tidak hanya menguasai manusia, tetapi juga alam semesta. Dalam mazmur ini disebut, “memulihkan batang air kering di Tanah Negeb” (ayat 4). Batang air Negeb di Israel selalu kering. Namun ketika hujan tiba, maka ia akan menjadi sumber kemakmuran bagi sekelilingnya.

 

 

 

Saat kita menyerahkan persoalan kepada Allah, jangan lagi ada rasa takut dan kuatir. Ada penyakit orang percaya, setelah berdoa panjang-panjang, kemudian kembali kuatir. Padahal kuatirnya tidak menambah solusi, apalagi jika tidak berbuat apa-apa (Mat. 6:27). Perasaan cemas terus menguasai, tanpa pikiran sehat dan iman, meski sudah berdoa dan berserah.

 

 

 

Pelajaran ketiga dari mazmur ini adalah berserah dan tetap dalam iman, meski tidak harus diam menunggu. Allah turut bekerja dan itu mendatangkan kebaikan (ayat 1; Rm. 8:28).

 

 

 

Pengajaran keempat, mari kita lihat petani, yang bekerja keras mengolah tanah dan menabur, dan bila saatnya tiba pasti menuai. “Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya” (ayat 5-6). Begitulah hidup, begitulah iman bekerja, dan selalu demikian. Teruslah menabur, siarkan terang kebaikan dan berkat, bahkan berkorban hingga ada rasa sakit, dan percayalah saatnya akan tiba, kita akan menuai dengan sorak sorai.

 

Selamat beribadah dan melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit 10 Desember 2023

Kabar dari Bukit

 

 ADVEN DAN AKHIR ZAMAN (2Pet. 3:8-15a)

 

 ”Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat” (2Pet. 3:15a)

 

 

 

Usia panjang adalah sebuah berkat. Firman Tuhan menegaskannya, "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Kel. 20:12). Juga puluhan nasihat pada kitab Amsal mulai pasal 3 dan Mazmur pasal 16 serta kitab-kitab lainnya, agar manusia berumur panjang. Ayat pembuka di atas sedikit terselubung, yakni Tuhan memberi manusia umur “panjang” agar memperoleh kesempatan bertobat dan selamat.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di Minggu II Adven hari ini adalah 2Pet. 3:8-15a. Tradisi di Minggu Adven, gereja berbicara tentang Hari Tuhan, yang dalam pengertian PB adalah akhir zaman, penghakiman dan Kedatangan Kristus Kedua Kalinya (K4). Tujuannya tentu agar kita merenungkan semua dosa-dosa yang terus dilakukan, dan diharapkan timbul tekad kuat untuk mengubahnya sebelum merayakan kelahiran Kristus Penebus bagi kita dan dunia.

 

 

 

Pengertian Hari Tuhan sendiri penuh misteri (Ibr. =Mistorin; Yun. = Musterion, diterjemahkan dalam Alkitab sebagai Rahasia). Ada banyak nubuatan dan pertanyaan, yang tidak seorang pun bisa tahu jawabannya. Namun pandangan para ahli teologi tidak jauh berbeda, yakni misteri atau rahasia mesti dilihat dalam kerangka iman. Rahasia Allah adalah milik-Nya.

 

 

 

Rahasia pertama, kita tidak tahu tibanya akhir zaman sebab datangnya seperti pencuri (ay. 10); bahkan Kristus pun tidak tahu kecuali Bapa (Mat. 24:36). Kedua, banyak ayat yang menjelaskan tanda-tandanya. Teolog Prof. Anthony A. Hoekma dalam bukunya "The Bible and The Future" menyusun datangnya akhir zaman ke dalam tiga kelompok tanda-tanda: pertama, Injil sudah dikabarkan ke semua bangsa dan telah ada keselamatan bagi bangsa Israel. Kedua, akan ada masa sengsara (tribulasi), kemurtadan, dan munculnya AntiKristus. Ketiga, ada tanda penghakiman awal berupa terjadinya banyak perang, gempa bumi dan kegelapan.

 

 

 

Selain itu masih ada rahasia tentang kerajaan seribu tahun (milenial), kedatangan-Nya di atas awan-awan di angkasa, dan pengangkatan gereja (rapture). Tentu lanjutan pertanyaan ini, apakah kita diangkat bersama-sama yang meninggal duluan atau berbeda waktunya? (band. 1Tes. 4:17).

 

 

 

Hal penting lainnya tentu tentang jalan kita diselamatkan. Ada ayat yang mengatakan cukup percaya saja (Rm. 10:9). Tapi ayat lainnya mengatakan selain percaya harus juga taat (Yoh. 3:36; Rm. 1:5; 2Tes. 1:8). Rahasia lain, apakah kita perlu menjalani hukuman seturut dosa-dosa kita untuk pengudusan? Semua itu adalah rahasia milik-Nya.

 

 

 

Prof. Anthony A. Hoekma menegaskan dalam bukunya terakhir seri ketiga, manusia “Diselamatkan oleh Anugerah”. Ia menekankan pandangan Yohanes Calvin yakni pentingnya ketekunan orang percaya. Menurutnya, ketekunan dasarnya bukan dari diri kita melainkan mengandalkan kekuatan Allah. Jadi, bukan iman kepada Kristus yang menyelamatkan, tetapi Kristus yang menyelamatkan kita melalui iman.

 

 

 

Tentu yang utama, jangan pernah ragu tentang kita ikut diselamatkan. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya (ay. 9). Ketika ragu, maka iblis akan semakin menggoda dan menghancurkan. Kita hanya perlu bertekun dalam iman, berjaga-jaga dan berdoa sesuai nas petunjuk minggu ini “... harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia (ay. 14, band. Luk. 21:36).

 

 

 

Kita mungkin tidak ingin/perlu melihat gambaran akhir zaman, yakni “.... langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap” (ay. 10). Tetapi kita pasti rindu melihat “langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran” (ay. 13). Semua itu kelak akan dibukakan-Nya kepada kita anak-anak-Nya yang setia. Maka mulailah bertekun di Minggu Adven ini sebelum tiba akhir zaman atau akhir hidup kita.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu II Adven - 10 Desember 2023 (Opsi 2)

Khotbah Minggu II Adven - 10 Desember 2023 (Opsi 2)

 

 TUHAN ITU BAIK (Mzm. 85:2-3, 9-14)

 

 “Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 85:10a)

 

 

Firman Tuhan hari Minggu Adven II adalah Mzm. 85:2-3, 9-14. Bila minggu lalu melalui Mzm. 80 kita diajarkan tentang permohonan agar Tuhan memulihkan umat-Nya, maka minggu ini nadanya lebih optimis. Pengalaman kebaikan Tuhan dalam hidup kita (pribadi, keluarga, korporasi, suku, bangsa dan negara), menjadi peneguhan bahwa Tuhan itu baik. Ini menjadi sudut pandang, perspektif baru.

 

 

 

Pengenalan Tuhan yang baik membutuhkan proses interaktif, dan tidak selalu dalam situasi sukacita penuh berkat. Pengalaman umat Israel dibebaskan dari Mesir adalah bukti bahwa Tuhan baik, meski mereka telah melalui ratusan tahun dalam perbudakan. Kemudian, situasi ini berulang ketika mereka dibuang ke Babilonia. Mazmur 85 ini ditulis dengan latar belakang mereka baru kembali; maka ada sukacita dan pengharapan.

 

 

 

Pemazmur melihat murka Tuhan telah mereda dan Tuhan telah menutupi dosa mereka. “Tuhan menyurutkan segala gemas-Nya, meredakan murka-Nya yang menyala-nyala” (ayat 2-3). Mereka dihukum, dan kini Allah memberi kebebasan. Kita pun demikian halnya dalam memandang perjalanan hidup. Ketika hal baik datang, biasanya dengan mudah kita katakan bahwa Tuhan itu baik. Tetapi ketika hal buruk terjadi, selain melihat sumber penyebab dari diri sendiri, tetaplah selalu melihat Tuhan itu baik, serta ada hal yang perlu diperbaiki dalam hidup dan hubungan dengan Dia.

 

 

 

Tuhan itu pasti baik dan rencana-Nya selalu indah. Memang, kadang hal buruk terjadi karena dosa dan kedagingan kita; meski kadang juga akibat ulah iblis sebagaimana dialami Ayub. Namun, semua dalam kendali Tuhan dengan batasan yang jelas: jangan ambil nyawanya (Ay. 1:12). Itu adalah ujian dan ketika lulus, semua dipulihkan bahkan berlipat ganda (Ay. 42:7-17).

 

 

 

Tuhan selalu ingin lebih dekat dengan kita dan ingin kita terus bertumbuh lebih sempurna. Jadi ketika jatuh dalam dosa, datanglah kepada-Nya. Maka ada pertobatan yang berkelanjutan, dan pengampunan dijadikan modal yang baik untuk bangkit dari keterpurukan. Seperti Mazmur minggu lalu, kembali ditegaskan dalam nas ini bahwa pertobatan membutuhkan pertolongan Roh Kudus. Tekad dan kemampuan diri sendiri sering kali tidak cukup dan bahkan sia-sia. Serta jangan pernah berpikir, bahwa sudah terlalu banyak yang kita berikan (kepada Tuhan) tetapi tidak ada hasilnya. Ia Allah yang setia dan adil yang menuntun kita dengan jejak kaki-Nya (ayat 14).

 

 

 

Hidup yang menyukakan Tuhan adalah hidup dengan mencintai firman-Nya (ayat 8) dan melakukannya (Yak. 1:22). Ini menghindari kita agar tidak semakin bodoh dengan mengulangi kesalahan, tetapi justru selalu takut akan Dia (ayat 9-10). Jika ingin ada pembaruan dalam diri atau keluarga, ingin pemulihan, termasuk negeri ini cepat pulih dari bencana Covid-19 yang kembali menggila, maka tetaplah setia dan semakin mengasihi Tuhan, sehingga kemuliaan diam di negeri kita (ayat 10). “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit” (ayat 11-12). Sungguh alangkah nikmatnya kasih setia Tuhan, kekal selama-lamanya.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah Minggu II Adven - 10 Desember 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu II Adven - 10 Desember 2023 (Opsi 1)

 

 

PERSIAPKAN JALAN (Mrk. 1:1-8)

 

 “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (ayat 2b-3)

 

 

 

Menyongsong Natal tidak hanya mempersiapkan baju baru, furnitur atau hiasan baru di rumah, perjalanan liburan, dan sebagainya; juga bagaimana kita mengarahkan hidup, agar kembali dalam rencana Tuhan berupa ketaatan dan pelayanan bagi Kristus.

 

 

 

Firman Tuhan hari ini Minggu Adven II dari Mrk. 1:1-8 berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia diutus Allah sebagai pembuka jalan atau voorrijder bagi kedatangan Kristus Sang Raja. Ia seorang yang nyentrik, berjubah bulu unta dan berikat pinggang kulit. Makanannya belalang dan madu hutan.

 

 

 

Ada empat pesan nas minggu ini: Pertama, persiapkanlah jalan untuk Tuhan. Kita bisa bayangkan apabila seorang pejabat tinggi akan datang menemui atau bertandang ke kantor atau rumah kita. Maka kita pun akan mempersiapkan jalan-jalan yang demikian bagus dan indah, sehingga dapat menyenangkan hati pejabat tersebut. Perintah mempersiapkan jalan untuk Tuhan juga demikian, mempersiapkan Kristus Sang Raja yang akan datang menemui kita: esok hari atau kelak.

 

 

 

Kedua, bertobatlah dan dibaptis. Pengertian bertobat (Yunani: metanoia) berarti berubah atau berbalik 180 derajat dari cara kehidupan yang lama. Kata ini sering dipakai dalam kehidupan militer, untuk perintah berbalik ketika berbaris. Kebiasaan yang melenceng, kini saatnya kembali ke arah yang benar. Ada baptisan sebagai simbol pengampunan dosa dan penyatuan kedalam Kristus. Semua itu tentunya didahului oleh penyesalan atas apa yang sudah dilakukan. Pertobatan pun sebaiknya tidak angin-anginan, situasional atau temporer. Janganlah kita seperti “hewan peliharaan” yang terus dituntun, berkumpul datang makan hanya bila tanda lonceng berbunyi. Sikap kita seyogianya berdasarkan kesadaran penuh. Konsisten. Itulah manusia baru yang sejati.

 

 

 

Kedua pesan ini sepadan dengan nubuatan Yes. 40:3-4. “Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan.” Ini perintah yang relevan dan harus diikuti. Maka gunung bukit berupa kesombongan, lembah kekelaman berupa kekecewaan, hati yang bengkok, rintangan dari cara hidup lama, hidup yang tidak berserah, dan jalan berliku dan berlekuk-lekuk berupa godaan kenikmatan, semuanya merupakan dosa yang harus diluruskan dan diratakan, agar sesuai dengan arah jalan Tuhan.

 

 

 

Pesan ketiga, buah pertobatan adalah pengampunan. Jika tidak ada pertobatan, maka pengampunan dosa juga tidak tersedia. Dasar pengampunan bukan penyembahan atau perbuatan baik. Jadi jelas hubungan sebab akibatnya. Pintu pertobatan selalu terbuka, sehingga pintu pengampunan juga sangat terbuka lebar. Ini kunci iman Kristiani. Kita hanya perlu bagaikan anak kecil yang menyesal dan kembali ke Bapa untuk diberi pengampunan.

 

 

 

Keempat, Yohanes Pembaptis merendahkan dirinya dan merujuk pada Tuhan Yesus. Ia menekankan Yesus lebih berkuasa dan mulia. Baptisan air dilakukan manusia, tetapi yang utama baptisan Roh oleh Tuhan Yesus.

 

 

 

Kristus pasti datang tapi tidak kita ketahui persisnya. Maka, mari mempersiapkan diri untuk menyambut Dia. Bereskan dan runtuhkan gunung dan bukit kesombongan. Ratakan dan timbun lembah ketakutan dengan datang kepada-Nya. Jadikan Yesus sebagai sentral dan yang utama. Maranata.

 

 Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Kabar dari Bukit 3 Desember 2023

Kabar dari Bukit

 

 BERSYUKUR DAN BERPENGHARAPAN (1Kor. 1:3-9)

 

 "Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu" (1Kor. 1:3)

 

Hari ini kita masuk Minggu I Adven, minggu penantian dan pengharapan. Tentu mencuat perasaan bersyukur dan bahagia yang merupakan dua sisi mata uang. Kebahagiaan bersemayam bukan karena kecukupan materi, kesehatan, keamanan, makan minum enak, atau ukuran badani dan dunia lainnya, melainkan timbul dari perasaan damai sejahtera dari Allah yang diam dan menetap di dalam hati orang percaya (Yoh 14:27). Itulah yang utama dan terekspresikan dalam berinteraksi dengan sesama.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Kor. 1:3-9. Nas ini menekankan selalu syukur dalam menjalani hidup.

 

Perasaan bersyukur tidak hanya berpusat pada diri sendiri, tetapi juga kepada kebaikan dan keberhasilan orang lain (ay. 4). Rasul Paulus, misalnya, menyebut nama Sostenes (band. Kis. 18:17), jurutulisnya yang ikut memberi salam. Kerendahan hati dan menampilkan kebaikan orang lain adalah sikap yang harus kita teladani darinya.

 

 

 

Dalam berbagai grup whatsapp atau di facebook, sering kita membaca orang lain yang berulang tahun, berhasil lulus dari sekolah, menempati posisi baru, anugerah baru dalam hidup berkeluarga dan lainnya. Dan alangkah baiknya kita menyatakan ikut bersyukur dan mengucapkan selamat dan doa. Itu tindakan kesaksian yang menjadi berkat bagi orang lain yang diminta oleh Tuhan kita (Ef. 4:6).

 

 

 

Bersyukur atas berkat yang diterima orang/kelompok lain, merupakan bukti buah dari kesetiaan kepada Kristus. Janganlah berkat dan kelebihan yang diterima orang lain, malah menimbulkan rasa iri hati, cemburu atau sinisme dari diri kita. Bersyukur dan irihati dua sisi yang berlawanan, dan iri hati timbul dari rasa tidak puas terhadap diri sendiri, terlebih bila memiliki rasa bersaing yang tinggi tidak terkendali.

 

 

 

"Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia" (Flp. 2:1, 3a). Untuk itu kita tidak perlu dan bermanfaat membanding-bandingkan berkat yang diterima orang lain, tapi syukurilah semua yang sudah diperoleh.

 

 

 

Ketika sikap bersyukur itu menjadi pola hidup dan bersatu dalam hati dan pikiran, maka buahnya justru akan lebih tampak dalam diri kita, yakni membawa kita berpikir positif, jauh dari pikiran buruk dan negatif, membentuk kerendahan hati, kemurahan, dan penuh belas kasihan. "... kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah...." (2Kor. 9:11).

 

 

 

Pola pikir bersyukur membuat seseorang tidak merasa berkekurangan, dan ini jelas menjadi sikap kaya dan berkecukupan, sebab selalu merasa masih ada sesuatu pada dirinya yang dapat dipakai untuk kepentingan lain, dengan menolong orang lain dan sekaligus menyenangkan hati Tuhan. Sikap kasih yang diwujudkan ke dalam bentuk pertolongan dan berkat bagi orang lain, semakin menguatkan pengharapan yang dimiliki. "Sebab di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan segala macam pengetahuan" (ay. 5).

 

 

 

Melalui nas ini Rasul Paulus juga membuat hubungan bersyukur dan pengharapan, yang disertai jaminan bahwa kita sudah disucikan hingga Kristus Yesus kembali datang kedua kalinya. Semua itu terjadi bukan karena usaha yang kita lakukan atau karena kehebatan diri kita, namun karena Kristus Yesus telah mati bagi kita dan percaya itu adalah penebusan bagi semua dosa-dosa kita.

 

 

 

Kita harus terus berpikir sebagai orang yang berhutang kepada Yesus Kristus, atas berkat dan keselamatan yang sudah diberi dengan setia menjadi anak-anak-Nya, dengan taat dan terus setia berkarya bagi-Nya. ”Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia" (ay. 9). Bersyukurlah dalam pengharapan dengan setia.

 

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 20 guests and no members online

Login Form