Sunday, May 19, 2024

2021

Khotbah Minggu 12 September 2021

Minggu XVI Setelah Pentakosta

 

DIURAPI UNTUK MENDERITA (Mrk. 8:27-38)

 

Lalu Yesus .... berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mrk. 8:34).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 8:27-38, menuliskan dua bagian. Pertama, Tuhan Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, tentang siapa diri-Nya. Lalu jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi." Yesus bertanya kembali kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Petrus: "Engkau adalah Mesias!" Mesias (bah. Ibrani) berarti "Yang Diurapi", kata yang sama dengan Christos (Yunani), biasanya diberikan kepada raja, nabi dan imam. Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia (ayat 29; band Yoh. 1:41 dan Why. 11:3).

 

Yesus melarang tentu dengan alasan, agar tidak timbul salah pengertian. Umat Yahudi sedang menanti-nantikan Mesias, nubuatan akan kebebasan Israel dari tangan penjajah Romawi. Otomatis, mereka berharap Yesus adalah Mesias yang ditunggu, sebagai tokoh politik, apalagi setelah Yesus memperlihatkan kuasa-Nya yang dahsyat: menyembuhkan penyakit-penyakit, mengusir roh jahat, memberi makan 5.000 orang, dan pengajaran yang hebat. Tuhan Yesus juga ingin agar setiap orang berjumpa secara pribadi, tidak punya motivasi yang salah saat mengikuti-Nya.

 

Tetapi ketika Yesus mengatakan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (ayat 31), para murid merasa bingung dan bahkan Petrus menegur-Nya. Yesus pun marah dan berkata: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia".... "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku" (ayat 33-34).

 

Nas kedua ini ada dua poin: Kita diingatkan jangan berpikir dan memahami Yesus menurut sudut pandang kita yang terbatas. Kita kadang membuatnya sama seperti yang kita inginkan, dan itu sering salah! Ketika harapan itu tidak terwujud, kita kecewa. Kita bahkan ingin Yesus dapat memenuhi semua harapan dan menyelesaikan kesulitan kita. Kedua, Yesus mengatakan agar setiap orang harus siap memikul salibnya untuk dapat mengikut Dia. Tidak ada gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya, dalam arti kehidupan kekal (ayat 36-37).

 

Memikul salib berarti mematikan keinginan pribadi yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, berserah sepenuhnya, dan rela berkorban dan mati demi Kristus. Tidak boleh lagi mengutamakan dan memegahkan diri sendiri (ayat 37). Setiap yang mengikut Dia akan menghadapi ujian dan pencobaan (Yoh. 16:33). Tetapi janji Tuhan, mereka yang menang dan bersedia melakukannya bagi Dia, maka Yesus pun akan mengakui-Nya, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus." Haleluya. Kini siapakah Yesus menurut kita? Siapkah mengikut Dia dengan menyangkal diri, dan ikut dalam penderitaan dan pengorbanan demi untuk-Nya?  

 

Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

Kabar dari Bukit Minggu 5 September 2021

Kabar dari Bukit

 

DOA TIDAK ELOK (Mzm. 125:1-5)

 

Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya (Mzm. 125:1)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 125. Hanya ada lima ayat, judul perikopnya: Aman dalam lindungan TUHAN. Mazmur ini merupakan bagian dari keyakinan tenang bersama Allah; sebuah nyanyian ziarah, lazimnya dikumandangkan saat dalam perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari-hari besar umat Israel.

 

Membaca mazmur ini perlu kehati-hatian. Isinya di satu sisi keyakinan umat Israel atas perlindungan Tuhan, sebab merasa telah diikat dalam satu perjanjian dengan-Nya. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Kita yang percaya pada Kristus, yang berjanji bahwa “aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal. 2:20a), tentu berkeyakinan Tuhan selalu memberi perlindungan; bagaikan "Yerusalem yang dikelilingi oleh gunung-gunung" (ay. 2a).

 

Orang percaya tidak mengambil jalan yang fasik. Menurut KBBI (https://kbbi.web.id), orang fasik adalah mereka yang tidak peduli terhadap perintah Tuhan, dalam arti berkelakuan buruk, jahat, berdosa besar. Sementara istilah fasik bagi umat Israel sering disamakan dengan bangsa lainnya, sebab mereka merasa sebagai bangsa pilihan yang terus dibela oleh Tuhan.

 

Pemazmur meyakini bahwa “Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang-orang benar” (ayat 3). Itu betul. Dan orang fasik, adalah “orang-orang yang menyimpang ke jalan yang berbelit-belit.” Kita tidak menyukainya. Betul. Tetapi pemazmur kemudian memohon, agar “TUHAN mengenyahkan mereka bersama-sama orang-orang yang melakukan kejahatan.” Nah, ini yang kurang bagus bagi kita pengikut Kristus; doa tak elok.

 

Tetapi kitab Mazmur bukan tidak benar. Kita hanya perlu memahami konteknya. Kitab Mazmur adalah bagian dari Perjanjian Lama, masih diwarnai penuh oleh keyakinan umat Yahudi. Warna tersebut beberapa hal telah diperbarui dalam Perjanjian Baru, saat Tuhan Yesus datang ke dunia untuk meluruskan makna kasih yang sebenarnya, tidak seperti yang dimaknai legalistik oleh ahli Taurat, kaum Farisi dan para imam Yahudi.

 

Dunia tempat kita berada bukanlah daerah steril, bersih tidak terkontaminasi dosa. Orang jahat dan orang tidak benar, ada di sekitar kita. Tentu ada yang tidak menyukai dan berbuat hal buruk, bahkan menyakiti hati dan fisik kita. Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi mereka dan berdoa bagi mereka (Mat. 5:44; Luk. 6:28). Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi melakukan apa yang baik bagi semua orang (Rm. 12:17, 21). Biarkan Tuhan yang menjadi hakim atas masalah yang ada (Rm. 12:19; Ibr. 10:30).

 

Tuhan Mahatahu dan memberikan keadilan kepada umat-Nya (Ul. 32:36). Ada doa yang tidak kita ucapkan, Allah telah mengetahuinya: “tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm. 8:26). Hidup Kekristenan kita mesti penuh dengan damai sejahtera. Bebas kebencian, akar pahit dan dendam.

 

Tuhan hanya memberi kebaikan. Ia menjadikan segala-galanya baik. Kita pun anak-anak-Nya, layak hanya berbuahkan kebaikan (Ef. 5:9). Oleh karena itu, kita tidak boleh berdoa memohon hal buruk bagi orang lain. "Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat," itu doa Tuhan Yesus. Biar Bapa di sorga yang berperkara dengan mereka. Mari kita mengikuti pemazmur dalam doa yang baik, seperti ayat 4: “Lakukanlah kebaikan, ya TUHAN, kepada orang-orang baik dan kepada orang-orang yang tulus hati.” Ya, fokuslah pada kebaikan dan pada mereka yang suka berbuat baik.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

 

Pdt. Ramles Manampang Silalahi

Khotbah Minggu 5 September 2021

 

 

Minggu XV Setelah Pentakosta

 

EFATA, TERBUKALAH (Mrk. 7:24-37)

 

Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata" (Mrk. 7:37).

 

Firman Tuhan bagi kita hari Minggu ini masih kelanjutan minggu-minggu lalu, Mrk. 7:24-37, menceritakan Tuhan Yesus menyembuhkan dua orang sakit: mengusir roh jahat pada anak perempuan Yunani bangsa Siro-Fenisia, dan seorang lagi yang tuli dan gagap. Keduanya berhasil disembuhkan Yesus, hanya dengan ucapan, yang membuktikan Yesus adalah pemegang kuasa kehidupan dan sekaligus Tabib Agung kita, sumber segala kesembuhan dan pemulihan. Inilah pesan pertama nas minggu ini.

 

Pesan kedua, Tuhan Yesus datang untuk umat segala bangsa. Perempuan ibu anak itu adalah orang kedua non Yahudi yang berinteraksi dengan Yesus. Yesus melayaninya dengan perhatian dan kasih. Betul, Yesus saat pertama mengatakan, bahwa Ia mengutamakan bangsa Yahudi dahulu dengan berkata: "Biarlah anak-anak (baca: umat Yahudi) kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing" (ayat 7). Tetapi melalui kegigihan seorang ibu, meski diuji disebut tidak berhak karena ia bukan Yahudi, ibu itu terus memelas dengan rendah hati, berkiasan remeh-remeh (roti) pun diterima. Yesus pun mengabulkan permohonannya: anaknya yang kerasukan roh jahat, sembuh!! Jelas, hanya respon positif yang gigih dapat mengubah sesuatu lebih baik.

 

Maka pesan ketiga nas ini, bila ada pergumulan hidup, teruslah berdoa agar Tuhan turun bertindak. Terkadang kita diuji, bisa melalui diri orang lain ujiannya. Dan, selalulah bersikap positip. Iman yang kuat dan kerendahan hati meminta, membuat hati Yesus luluh, kasih-Nya tidak terbatas. Kegigihan membuat sesuatu terjadi. Ini pula yang terjadi pada orang bisu dan yang gagap, penyakitnya disembuhkan. Tuhan Yesus melakukannya dengan menengadah ke langit, meminta kepada Bapa: Efata (eppathah), terbukalah (ayat 34). Haleluya, orang itu pun bisa berkata-kata dengan lancar. Semua terjadi karena iman.

 

Pesan terakhir nas ini, kadang perbuatan kasih mukjizat dari Tuhan Yesus tidak perlu kita obral dikoarkan. Setelah penyembuhan yang tuli, Yesus meminta agar mereka jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Hal yang sama ketika Ia datang ke Tirus dan menyembuhkan orang yang kemasukan setan; Ia tidak mau orang lain mengetahuinya. Kadang, kita perlu bekerja dan berkarya dengan senyap. Diam itu emas. Tong kosong nyaring bunyinya. Itu juga yang sering saya amati di organisasi atau grup WA, biasanya justru yang banyak diam itu yang memberi banyak hatinya dan waktunya. Konkrit dalam berkarya bagi sesama. Itulah yang Yesus minta dari kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 5 September 2021

Kabar dari Bukit

 

DOA TIDAK ELOK (Mzm. 125:1-5)

 

Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya (Mzm. 125:1)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 125. Hanya ada lima ayat, judul perikopnya: Aman dalam lindungan TUHAN. Mazmur ini merupakan bagian dari keyakinan tenang bersama Allah; sebuah nyanyian ziarah, lazimnya dikumandangkan saat dalam perjalanan ke Yerusalem untuk merayakan hari-hari besar umat Israel.

 

Membaca mazmur ini perlu kehati-hatian. Isinya di satu sisi keyakinan umat Israel atas perlindungan Tuhan, sebab merasa telah diikat dalam satu perjanjian dengan-Nya. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Kita yang percaya pada Kristus, yang berjanji bahwa “aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal. 2:20a), tentu berkeyakinan Tuhan selalu memberi perlindungan; bagaikan "Yerusalem yang dikelilingi oleh gunung-gunung" (ay. 2a).

 

Orang percaya tidak mengambil jalan yang fasik. Menurut KBBI (https://kbbi.web.id), orang fasik adalah mereka yang tidak peduli terhadap perintah Tuhan, dalam arti berkelakuan buruk, jahat, berdosa besar. Sementara istilah fasik bagi umat Israel sering disamakan dengan bangsa lainnya, sebab mereka merasa sebagai bangsa pilihan yang terus dibela oleh Tuhan.

 

Pemazmur meyakini bahwa “Tongkat kerajaan orang fasik tidak akan tinggal tetap di atas tanah yang diundikan kepada orang-orang benar” (ayat 3). Itu betul. Dan orang fasik, adalah “orang-orang yang menyimpang ke jalan yang berbelit-belit.” Kita tidak menyukainya. Betul. Tetapi pemazmur kemudian memohon, agar “TUHAN mengenyahkan mereka bersama-sama orang-orang yang melakukan kejahatan.” Nah, ini yang kurang bagus bagi kita pengikut Kristus; doa tak elok.

 

Tetapi kitab Mazmur bukan tidak benar. Kita hanya perlu memahami konteknya. Kitab Mazmur adalah bagian dari Perjanjian Lama, masih diwarnai penuh oleh keyakinan umat Yahudi. Warna tersebut beberapa hal telah diperbarui dalam Perjanjian Baru, saat Tuhan Yesus datang ke dunia untuk meluruskan makna kasih yang sebenarnya, tidak seperti yang dimaknai legalistik oleh ahli Taurat, kaum Farisi dan para imam Yahudi.

 

Dunia tempat kita berada bukanlah daerah steril, bersih tidak terkontaminasi dosa. Orang jahat dan orang tidak benar, ada di sekitar kita. Tentu ada yang tidak menyukai dan berbuat hal buruk, bahkan menyakiti hati dan fisik kita. Tetapi Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi mereka dan berdoa bagi mereka (Mat. 5:44; Luk. 6:28). Kita tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi melakukan apa yang baik bagi semua orang (Rm. 12:17, 21). Biarkan Tuhan yang menjadi hakim atas masalah yang ada (Rm. 12:19; Ibr. 10:30).

 

Tuhan Mahatahu dan memberikan keadilan kepada umat-Nya (Ul. 32:36). Ada doa yang tidak kita ucapkan, Allah telah mengetahuinya: “tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm. 8:26). Hidup Kekristenan kita mesti penuh dengan damai sejahtera. Bebas kebencian, akar pahit dan dendam.

 

Tuhan hanya memberi kebaikan. Ia menjadikan segala-galanya baik. Kita pun anak-anak-Nya, layak hanya berbuahkan kebaikan (Ef. 5:9). Oleh karena itu, kita tidak boleh berdoa memohon hal buruk bagi orang lain. "Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat," itu doa Tuhan Yesus. Biar Bapa di sorga yang berperkara dengan mereka. Mari kita mengikuti pemazmur dalam doa yang baik, seperti ayat 4: “Lakukanlah kebaikan, ya TUHAN, kepada orang-orang baik dan kepada orang-orang yang tulus hati.” Ya, fokuslah pada kebaikan dan pada mereka yang suka berbuat baik.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

 

Pdt. Ramles Manampang Silalahi

Kabar dari Bukit Minggu 29 Agustus 2021

Kabar dari Bukit 

RINDU RUMAH TUHAN (Mzm. 15)

 

Siapa yang boleh datang kepada TUHAN?

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 15. Hanya lima ayat, judul perikopnya seperti di atas. Ayat 1 dilanjut pertanyaan: "Siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?"

 

Setiap orang percaya, pasti memiliki pertanyaan dan kerinduan yang sama. Menurut Daud pemazmur ini, diperlukan syarat seperti dituliskannya pada ayat 2-5a:

 

-           yang berlaku tidak bercela

-           melakukan apa yang adil

-           yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya

-           tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya

-           tidak berbuat jahat terhadap temannya

-           tidak menimpakan cela kepada tetangganya

-           yang memandang hina orang yang tersingkir

-           memuliakan orang yang takut akan TUHAN

-           berpegang pada sumpah, walaupun rugi

-           tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba

-           tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah.

 

Tentu ini sebagian saja dari isi Alkitab. Tetapi sudah cukup mewakili sifat dan karakter utama Allah: Allah kudus dan Allah penuh kasih serta kebaikan. Kekudusan Allah telah ditunjukkan ketika Musa ingin menghampiri Allah, harus melepas kasut kakinya (Kel. 3:3-6). Kebaikan dan kasih Allah juga telah dinyatakan sejak alam semesta dan manusia diciptakan.

 

Dalam Perjanjian Baru, kekudusan Allah diperlihatkan melalui Tuhan Yesus tidak berdosa (Luk. 4:34; Ibr. 4:15, 7:26). Dosalah yang membuat manusia tidak kudus, dan terpisah dari Allah yang membenci dosa. Kebaikan dan kasih Tuhan Yesus juga diperlihatkan sejak awal pelayanan-Nya, penuh kebaikan dan belas kasih, baik dalam kata, perbuatan, dan mukjizat.

 

Persoalannya bagi kita, apakah kita bisa dan mampu memenuhi persyaratan yang disebutkan pemazmur? Jawabannya jelas, manusia tidak bisa; tetapi dengan anugerah pertolongan Allah, kita bisa. Kita tidak mungkin selamanya benar, tetapi Allah dapat membenarkan melalui pertobatan, datang dan disucikan oleh darah Tuhan Yesus (Ibr. 9:22b).

 

Kasih Allah membuka jalan, dengan percaya kepada Yesus dan menjadikan Dia sebagai Juruselamat pribadi, yang mati tersalib untuk penebusan dosa kita. Ini harus dinyatakan tegas dan diupayakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita hidup di dunia, godaan selalu ada dan melekatnya natur kecendrungan manusia berdosa (Mzm. 51:7), tidak mustahil kita sesekali jatuh.

 

Tetapi jika kita terus menerus berkubang dalam perbuatan dosa yang tidak disukai Allah, bahkan menyukainya, maka sebetulnya kita tidak percaya kepada Yesus yang adalah Hakim, tidak mengasihi dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat. Spekulasi berpikir masih ada kelak waktu, seperti kesempatan penjahat di sisi Tuhan Yesus saat di salib, itu adalah cara bodoh berpikir manusia, bukan cara berpikir Allah sesuai Alkitab. Kita menjadi munafik, seperti kaum Farisi dan ahli Taurat dalam bacaan kedua minggu ini (Mrk. 7:1-8, 14-15, 21-23).

 

Kerinduan menjadi serupa dengan Yesus, berupaya terus semakin hari lebih baik, melakukan pembaharuan budi (Rm. 12:2), rela berkorban, suka membaca firman dan renungan, itulah bukti bahwa kita mengasihi Dia dan rindu bersekutu dengan-Nya. Allah melihat hati. Allah perlu janji dan komitmen. Dan Allah tidak mungkin dibohongi. Hanya dengan jalan itulah ada jaminan, seperti kata pemazmur dalam akhir nas ini, bahwa “siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya” (ay. 5b). Teruslah berjuang agar kelak dapat menikmati tinggal diam bersama Allah.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 27 guests and no members online

Login Form