Sunday, May 19, 2024

2021

Kabar dari Bukit Minggu 26 September 2021

Kabar dari Bukit

PERTOLONGAN TUHAN (Mzm. 124:1-8)

Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi (Mzm. 124:8)

 

Semua kita pasti pernah mendengar ayat di atas, disampaikan oleh Pendeta di awal ibadah hari Minggu, khususnya gereja aliran utama. Itulah kalimat VOTUM. Votum secara harafiah berarti “janji’, tetapi lebih bermakna sebagai deklarasi dan peneguhan bahwa Allah hadir di tengah umat yang beribadah saat itu. Oleh karena itu, beberapa gereja belum memperkenankan pengkhotbah yang bukan pendeta mengarahkan tangan ke depan saat meneguhkan VOTUM.

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 124. Ada delapan ayat termasuk ayat di atas dengan judul: “Terpujilah Penolong Israel”. Manusia dan bangsa-bangsa memang perlu penolong. Manusia memulai penyembahan kepada Tuhan (atau kuasa yang Mahatinggi lainnya) diawali karena ketakutan dan ketidaktahuan akan hal-hal yang tidak terjangkau pikiran dan kemampuannya. Rasa takut dan misteri tersebut yang mendasari penyembahan, agar terhindar dari mara bahaya yang mengancam. Ini kemudian memunculkan gagasan bahwa Tuhan juga sebagai Penolong mengabulkan pengharapan manusia.

 

Kebutuhan dan pengharapan membuat manusia berinteraksi dengan sesama, yang berbuah terjadinya perbedaan dan bahkan konflik; konflik berbagai gradasi, mulai dari rasa tidak suka, membenci, memusuhi hingga berniat menyakiti. Memang tidak mudah memahami orang/pihak lain, tetapi sebaliknya, lebih mudah menghakimi bahwa "orang lain" salah dan "aku" benar.

 

Bangsa Israel hidup melalui perjalanan panjang dan dikelilingi oleh berbagai suku-suku lain. Upaya mempertahankan diri dan semangat ekspansif membuat mereka banyak musuh, yang dalam Mazmur ini digambarkan dengan amarah yang menyala-nyala, siap menelan hidup-hidup bagaikan air mengalir meluap-luap melingkupi dan menghanyutkan mereka (ay. 5). Mereka juga dihadapkan pada jerat penangkap pemburu (ay. 7).

 

Manusia sangat terbatas kemampuannya dan pertolongan tentu sangat membantu. Namun, adakalanya situasi yang dihadapi benar-benar di luar kemampuan manusia lagi. Ini dapat menimbulkan keputus-asaan, menyalahkan Tuhan, dan lainnya. Situasi ini pula yang membawa seseorang bisa tidak percaya adanya Tuhan, atau Agnostik tidak mau berpikir tentang keberadaan Tuhan.

 

Tetapi berbahagialah kita yang sudah dianugerahkan iman percaya kepada Tuhan Yesus. Maka sesulit apapun persoalan, pergumulan dan kemelut yang mengancam jiwa atau keluarga terkasih, atau seberapa berat pun derita kondisi ekonomi, atau ada yang membenci dan menganggap kita musuhnya? Tetaplah dalam iman, dan berkata: Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penolongku. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, maka kita akan terjerat, binasa menjadi mangsa (ay. 1, 6-7).

 

Selain pemeliharaan-Nya, Tuhan mampu melepaskan manusia yang sudah putus harapan sekaligus membuktikan bahwa Ia adalah pemilik kehidupan. Ketika pertanyaan muncul di Mzm. 121:1: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?” Mazmur 124 ini merupakan respon syukur dan sukacita, dengan menegaskan: Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi (ay. 8). Terpujilah Tuhan kita. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menolong kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 26 September 2021

Minggu XVIII Setelah Pentakosta

BERLOMBA MEMBERI (Mrk. 9:38-50)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya" (Mrk. 9:41).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Mrk. 9:38-50 menjelaskan beberapa hal penting. Pertama, persaingan murid tidak berhenti pada pertanyaan: siapa yang terbesar diantara mereka? Ternyata soal otoritas pun ingin diklaim yang paling berhak, merekalah merasa yang disebut murid. Yohanes meminta konfirmasi untuk mencegah seorang yang bukan pengikut Yesus mengusir setan demi nama-Nya, tetapi Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita” (ayat 39-40). Ini membuka mata kita, kuasa doa dan mukjizat tidak monopoli pelayanan para hamba Tuhan. Iman yang sebesar biji sesawi, siapa pun yang memiliki dan menggunakannya dengan rendah hati, iman itu dapat memindahkan gunung (Mat. 17:20).

 

Pesan kedua, hendaklah kita tidak menyesatkan orang lain dengan pemahaman yang tidak benar. Merasa pintar itu tidak baik, tapi pintarlah merasa. Tetap rendah hati, tidak perlu merendahkan pihak lain. Berpikir sempit dan tinggi hati itu tidak baik; kebenaran bisa bersudut banyak. Pelayanan itu multi dimensi. Berbuat kebaikan itu milik semua orang. Yang utama ada niat untuk ikut dalam memperluas kerajaan Allah.

 

Pesan ketiga, Tuhan Yesus menegaskan tidak ada toleransi pada dosa. Dalam bahasa yang lugas, Yesus berkata, jika sumber penyebab dosa itu adalah mata, tangan dan kaki, maka cungkillah mata itu, atau potonglah tangan dan kaki itu. Lebih baik dengan tubuh yang tidak lengkap tetapi masuk sorga, daripada utuh tapi masuk neraka (band. Mat. 18:6-11). Mungkin sedikit hiperbolis, tetapi itu memperlihatkan seriusnya dosa di hadapan Tuhan.

 

Poin terakhir nas minggu ini, agar kita orang percaya tetap menjadi garam dunia (ayat 50). Berguna dengan memberi manfaat rasa, garam juga memurnikan dan memelihara mengawetkan yang baik. Memberi dan menjadi berkat bagi sesama. Kecil tidak masalah, tetapi tulus. Memberi minum secangkir air pun, itu tidak akan kehilangan upahnya. Pengorbanan diperlukan. Ujian dan pemurnian dapat terjadi (ayat 49). Bersyukur untuk kesempatan yang diberikan dan pakailah waktu yang ada.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt. Ramles M. Silalahi

 

 

Khotbah Minggu 19 September 2021

 

 

Minggu XVII Setelah Pentakosta

YANG TERBESAR (Mrk. 9:27-37)

 

"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku" (Mrk. 9:37).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Mrk. 9:27-37, menuliskan dua bagian yang berkaitan. Pertama, Tuhan Yesus memberitahukan kedua kalinya tentang penderitaan yang akan dialami-Nya: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit" (ayat 31, band. minggu lalu Mrk. 8:31). Nubuatan-Nya terbukti, Ia mati disalibkan di Golgota untuk penebusan dosa-dosa kita. Bagian kedua, para murid mempertengkarkan siapakah yang terbesar di antara mereka dengan karunia berbeda dan pelayanan yang diberikan? (ayat 34).

 

Pesan pertama dari nas ini yakni menegaskan arti berserah kepada Allah Bapa dan pentingnya pengorbanan dalam pelayanan. Memberi dan melayani yang terbaik bagi Tuhan, itu berarti siap untuk sampai merasakan "derita" sebuah pelayanan. Dalam konteks pemberian, misalnya, kisah janda di Sarfat yang memberi roti dan minyak kepada Elia (1Raj. 17:7-24) serta persembahan seorang janda miskin dua peser yang diberikannya, sangat tepat sebagai teladan. Kedua janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya" (Mrk. 12:44). Jelas yang terbaik diberikan sampai terasa berat, dan itulah yang membuat seseorang besar di hadapan-Nya.

 

Pesan kedua, agar dalam pelayanan dan kehidupan kita, tidak mencari apalagi mempertahankan posisi, kedudukan dan penghargaan balik yang diterima. Yesus berkata kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya" (ayat 35). Kitab Matius menuliskan lebih rinci dan jelas: ... Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mat. 20:26-28).

 

Pesan ketiga nas minggu ini yakni agar kita selalu peduli akan sesama dan mewujudkannya dengan rendah hati. Sambil memeluk seorang anak, Tuhan Yesus berkata: "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku" (ayat 37).

 

Mari kita sering memberi yang terbaik bahkan hingga terasa berat. Mari kita hindarkan mengutamakan mencari kedudukan, posisi atau penghargaan atas semua pelayanan dan pemberian yang kita lakukan. Mari kita selalu peduli terhadap sesama yang membutuhkan, dengan mewujudkan kasih nyata kepada mereka. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati, amin.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 19 September 2021

Kabar dari Bukit

 

PILIHAN HIDUP (Mzm. 1)

 

Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh (Mzm. 1:1)

 

Satu pertanyaan besar di segala zaman: Apa yang kita cari dalam hidup ini? Saya kira semua setuju, pada puncaknya dan yang terbaik serta terakhir adalah KEBAHAGIAAN. Semua orang pasti ingin bahagia, bahkan jika bisa di sepanjang hidupnya.

 

Sebagai pembuka dari 150 pasal Mazmur yang ada, Mazmur 1 menegaskan kebahagiaan yang utama. Dan itulah firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini. Pilihan jalan pun diberikan, sesuai judul perikopnya: Jalan orang benar dan jalan orang fasik.

 

Gambaran orang benar diberikan di ayat 1-3, yakni "tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”

 

Tidak salah Yohanes Calvin menyimpulkan, kebahagiaan sejati ialah dengan mengenal Tuhan. Mzm. 1 enam ayat ini memberi kita nasihat agar menyukai Firman Tuhan, dan merenungkannya siang dan malam. Maka kita akan semakin mengenal Allah dan menjadi pelaku Firman. Itulah jalan kebahagiaan dan kedamaian di hati.

 

Kebahagiaan akan bertumbuh kembang melalui pilihan dasar yang benar, tekad yang kuat, penggemblengan yang kontinu, kesediaan untuk berubah, dan tidak fokus pada kesenangan diri sendiri. Semua itu akan membentuk pola pribadi yang teguh. Dari situlah kemudian kita tahu bahwa kebahagiaan dan kedamaian di hati, adalah “dampak atau buah” dari pilihan dan keyakinan yang sesuai dengan isi Alkitab.

 

Akan berbeda jika pilihannya jalan orang fasik. “Mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan" (ayat 4-6). Jalan fasik adalah cara hidup yang tidak sesuai dengan firman-Nya.

 

Ada begitu banyak kisah nyata bahwa mereka yang memilih jalan fasik, kesudahannya tidak akan bertemu dengan kebahagiaan. Uang, kekuasaan, jabatan puncak karir, popularitas, kecantikan dan yang tampak berkilau, seringnya adalah fatamorgana; kelihatan air sejuk tetapi ternyata pasir yang gersang.

 

Kini kita tahu hidup adalah pilihan. Melalui nas hari minggu ini, telah diberikan konsekuensi atas pilihan yang diambil. Ujung akhir hanya ada dua: ingin berbahagia atau ratapan tangis. Mungkin masih tersembunyi, tetapi Tuhan akan membukakan. Janganlah terkesima dengan fatamorgana yang menipu. Tetap bersyukur dan nikmati berkat Tuhan sekalian berbagi. Itulah tanda kita murid sejati Yesus Kristus.

 

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 12 September 2021

Kabar dari Bukit

ANCAMAN BARU (Mzm. 19)

 

Langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya (Mzm. 19:2)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Mzm. 19. Ada 15 ayat, judul perikopnya: Kemuliaan TUHAN dalam pekerjaan tangan-Nya dan dalam Taurat-Nya. Dari judul kita tahu, dua penyataan Allah ini membuat kita takjub akan Dia, yakni keindahan alam semesta ciptaan-Nya (ayat 2-7) dan Alkitab sebagai petunjuk kehidupan (ayat 8-15). Alam semesta dalam keheningan gerakannya, menggemakan pesan wahyu umum kepada semua manusia untuk memperoleh hikmat, dan digenapi dengan wahyu khusus yaitu Tuhan Yesus dan Alkitab.

 

Allah menyukai keteraturan. Ia menetapkan hukum alam dan alam semesta bergerak mengikutinya. Sebagian hukum itu dapat dipahami manusia, sebagian lagi belum dapat dicerna. Oleh karena itu, kadang timbul “anomali peristiwa alam” atau bencana yang mengejutkan. Namun itu seringnya karena ulah manusia sendiri, termasuk adanya Covid-19 saat ini. Pandemi bukanlah karya Tuhan, sebab Tuhan hanya memberi kebaikan (Mzm. 100:5; 119:68). Manusia sendirilah yang dicobai oleh keinginannya, diseret dan dipikat olehnya (Yak. 1:14); akhirnya sengsara.

 

Kita sudah merasakan dampak pandemi ini. Kematian 4,6 juta dalam kesepian, 225 juta orang terpapar dengan rasa sesak ketakutan yang mencekam, hilangnya pekerjaan dan susahnya penghasilan, bahkan pemerintah pun harus pusing dengan anggaran penanggulangan yang terus membengkak. Dan, semua belum berlalu. Untuk itu mari terus berdoa, agar vaksinasi dan herd immunity terjadi serta ditemukan obat penangkal yang ampuh.

 

Namun tiba-tiba kita dikejutkan dengan ancaman baru, ada bencana dekat yang lebih dahsyat mengintai, yakni dampak perubahan iklim. Ini berangkat dari laporan Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC). Bumi kita masih terus dilanda pemanasan global, mengancam negara-negara kepulauan di Samudera Pasifik termasuk Indonesia. Jakarta, diramalkan akan tenggelam.

 

Presiden Amerika Joe Biden dan mengutip cnbcindonesia.com, telah ada deklarasi para pemimpin gereja yang dimotori Paus Fransiskus, pemimpin gereja Ortodoks dan uskup agung Anglikan, yang meminta masyarakat dunia harus mulai mendengarkan tangisan Bumi dan orang-orang miskin. Menteri kita Ibu Sri Mulyani menambahkan, untuk mengurangi 1.081 juta ton karbon mencapai net zero emission Indonesia membutuhkan dana sebesar Rp 3.561 triliun. Luar biasa berat.

 

Allah telah menyatakan diri-Nya melalui alam semesta dan manusia terus memahaminya. Kita menerima mandat budaya untuk mengelolanya dengan bijak (Kej. 1:28-30). Tuhan Yesus pun memberi kita teladan, dan Alkitab mengajar, memperbaiki kelakuan dan mendidik kita dalam kebenaran (2Tim. 3:16). Mari kita belajar dari pandemi Covid-19, untuk lolos dari ancaman baru yang lebih besar, yakni perubahan iklim.

 

Banyak hal yang dapat kita lakukan. Sebagai pribadi dan keluarga, mengurangi memakai plastik kresek, berhemat listrik dan energi, tanamlah pohon 1 atau lebih, buang sampah dengan bijak, mengajarkan kepada anak cucu untuk mencintai lingkungan dan alam. Sebagai profesional, doronglah organisasi dan pimpinan untuk membangun tata nilai beserta visi dan misi yang berwawasan lingkungan. Lakukan CSR yang berorientasi lingkungan selain pendidikan. Semua harus ikut berperan. Sebagai pejabat berwenang, bertindaklah tegas untuk perusak lingkungan, berani mengeluarkan kebijakan yang lebih ramah lingkungan. Ingatlah firman Tuhan, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan (Kol. 3:23).

 

Mari peduli dan tidak tersesat menjadi perusak alam. Ayat 15 mengingatkan untuk kita berusaha berkenan kepada-Nya. “Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, ... dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar” (ay. 10-12). Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 15 guests and no members online

Login Form