Sunday, May 19, 2024

2021

Khotbah Minggu 29 Agustus 2021

Minggu XIV Setelah Pentakosta

MUNAFIK DAN NAJIS

(Mrk. 7:1-8, 14-15, 21-23)

 

"Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.... Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang" (Mrk. 7:15, 23).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini Mrk. 7:1-8, 14-15, 21-23 merupakan tiga bagian yang satu kesatuan, berbicara tentang sikap munafik yang tampak taat dalam adat istiadat tetapi mengabaikan hukum Allah, dan dua hal tentang yang najis. Kisahnya kaum Farisi dan ahli Taurat bertanya kepada Tuhan Yesus, setelah melihat beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan yang tidak dibasuh. Mereka menuduh itu najis, dengan berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka. Respon Tuhan Yesus sangat keras, menyebut mereka orang-orang munafik, dan berkata: "Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku" (band. Yes. 29:13).

 

Kaum Farisi dan ahli Taurat merujuk pada Talmud dan Misna, yakni kumpulan penjelasan dan penjabaran rinci aturan dan hukum-hukum Taurat. Hal-hal sepele pun dibuat menjadi aturan ketat, legalisme, akhirnya makna kasih hilang sebagai hukum utama (Im 19:18; Ul 6:5). Apalagi, kadang aturan dibuat untuk kepentingan tertentu, seperti syarat persembahan hewan tidak bercacat dibuat rinci tetapi tujuannya agar kaum Farisi dapat menjual hewan di gerbang bait Allah. Persepuluhan bahkan ditarik dari tumbuhan obat yang ditanam di halaman rumah (Mat 23:23). Ini yang membuat Yesus menyebut mereka munafik! Munafik, berarti berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; bermuka dua (www.kbbi.web.id).

 

Bagian kedua nas minggu ini berbicara tentang hal najis. Yesus berkata bahwa "apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya" (ayat 15). Betul. Sederhananya, ketika orang lain bersikap atau berucap tidak baik pada kita, respon dan ucapan yang keluar dari mulut kitalah yang membuat kita berdosa. Respon kita positip dengan kasih, maka tidak ada yang najis terjadi. Hal tidak najis dari luar juga sering dikaitkan dengan makanan, seperti pantangan makan ikan yang tidak bersisik (lele, ular dsb), darah (saksang, tinorangsak) dsb. Kopi juga berpantang bagi denominasi tertentu. Dosa, sebutnya. Padahal pastinya, muntahan dan yang di jambanlah najis.

 

Bagian ketiga yang masih terkait hal kedua tadi menegaskan, semua hal-hal jahat timbul dari dalamlah yang menajiskan orang. Yang jahat itu dari hati yang timbul ke dalam pikiran, seperti percabulan, kesombongan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, irihati, dan lainnya (ayat 21-23). Jadi berlebihan, misalnya, memberi ulos sebagai simbol kasih bagi orang Batak, disebut dosa. Lihat hatinya saat memberi.

 

Nas minggu ini ditujukan kepada kita semua untuk terus menjaga hati kita tetap bersih dan murni (Kis. 23:1; 2Kor. 6:5-6). Ketika kita memegang sebuah sikap atau aturan, perlu melihat dasar, motivasi dan tujuannya. Tujuan nasihat ialah kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas (1Tim. 1:5). Apalagi sampai menggembar-gemborkan dan ingin menjadi hakim atau polisi rohani. Kelegaan rohani yang lebih dibutuhkan umat, jangan malah membuat lebih sesak, sumpek. Dalam memegang sikap atau aturan sesuatu, jangan juga berstandar ganda, tidak berintegritas, tidak satunya kata dengan perbuatan. Artinya, kita memakai topeng, bermuka dua yang buruk. Inilah yang dikecam Tuhan Yesus. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan memberkati, amin.

 

Pdt Ramles Manampang Silalahi

Kabar dari Bukit Minggu 22 Agustus 2021

 

Kabar dari Bukit

 PENDERITAAN ORANG BENAR

(Mzm. 34:16-23)

 

TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya (Mzm. 34:19)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Mzm. 34:16-23. Ini lanjutan firman dua minggu lalu, berurutan, dengan judul perikop Dalam perlindungan Tuhan.  Pada bagian pertama (ay. 2-9) dijelaskan tentang tersedianya perlindungan total dari Tuhan bagi kita; bagian kedua (ayat 10-15) menjelaskan tentang cara menikmati hidup di dalam Tuhan sekaligus memperoleh umur yang panjang.

 

Pada nas bagian terakhir ini, kita diajarkan bahwa hidup orang benar tidak selalu mulus bahagia. Kadang harus melalui jalan berat yang menyesakkan. Tetapi janji Tuhan adalah, “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya” (ayat 18). Pada ayat 16 dikatakan, “Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong.”

 

Tentu kita bertanya di ayat 20, mengapa justru banyak kemalangan menimpa orang benar dan menyesakkan? Faktor pertama, itu bisa terjadi karena perbuatannya sendiri (Yak. 1:14-15). Akibat kurangnya pengetahuan, hikmat atau pengalaman, serta manusia punya natur kecendrungan berdosa (Mzm. 51:7). Ada godaan daging, dunia dan iblis, maka terjatuh, dan buahnya adalah penderitaan.

 

Kedua, orang benar hidup di dunia yang penuh dosa dan penderitaan. Rasa sakit dan derita mungkin tidak menimpa dirinya, tetapi kepada orang yang dikasihinya, atau melihat dunia yang semakin merosot menderita. Oleh karena itu, jiwanya tertekan melihat situasi yang terjadi, dan merasa sedih tidak dapat berbuat banyak untuk menolong.

 

Ketiga, karena panggilan Kristus, tatkala ia melakukan hal yang menyenangkan Tuhan tetapi dunia menentang, tidak menerimanya. Jalan via dolorosa harus ia tempuh, sebagaimana Yesus yang tidak berdosa harus menderita, dan bahkan mati di kayu salib.

 

Keempat, Tuhan mempunyai rencana khusus bagi orang tersebut. Tujuannya baik yakni untuk memurnikan iman dan meneguhkan hati. Dalam situasi ini penderitaan yang datang terasa tidak masuk akal, sebagaimana Ayub harus sakit berat, kehilangan anak dan harta benda. Tetapi Tuhan punya rencana yang indah, yakni ujian iman. Kitab Yakobus menuliskan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun” (Yak. 1:2-4; Rm. 5:3-4).

 

Di dalam iman kita tahu, Allah beserta kita. Ada proses panjang yang kadang kita perlu jalani untuk menambahkan kepada iman kita, yang dimulai dari kebajikan – pengetahuan – penguasaan diri – ketekunan – kesalehan – kasih akan saudara – dan kasih kepada semua orang. Alkitab berkata hanya dengan jalan itu kita “menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita” (2Pet. 1:8b).

 

Oleh karena itu kita murid sejati Yesus, tetaplah bersyukur sebab akan dilindungi-Nya dan Ia membebaskan jiwa hamba-hamba-Nya. Sebaliknya kemalangan akan mematikan orang fasik (ayat 22-23). Tuhan baik dan Mahaadil. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 15 Agustus 2021

Kabar dari Bukit

 

MENIKMATI HIDUP (Mzm. 34:10-16)

 

Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong (Mzm. 34:16)

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah Mzm. 34:10-16. Ini lanjutan firman minggu lalu, ayat 2-9, dengan judul perikop “Dalam perlindungan Tuhan.” Perlindungan diberikan secara total dalam segala situasi, bukan hanya saat kita sehat dan sukacita, tetapi juga dalam keseharian saat adanya pergumulan dan pengharapan, bahkan ketika kita mati dipanggil pulang ke pangkuan Bapa di sorga. Syaratnya, kita meletakkan iman kepada-Nya.

 

Ayat 10 – 16 minggu ini memberikan tambahan, yakni pegangan untuk menikmati hidup yang kita jalani. “Siapakah orang yang menyukai hidup, yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?” (ay. 13).

 

Petunjuk pertama dalam nas dikatakan, takutlah akan Tuhan dan carilah Dia (ayat 10, 12). Pada pasal dan kitab lain dijelaskan lebih lanjut, “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua yang melakukannya berakal budi yang baik” (Mzm. 111.10) dan “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” (Ams. 1:7).

 

Dengan takut akan Tuhan, dikatakan kita tidak akan berkekurangan. Tentu yang dimaksud dalam hal ini adalah tidak kekurangan akan sesuatu yang baik (ay. 11). Kita mesti hati-hati, agar tidak membenarkan filsuf Nietsche yang mengatakan, manusia adalah binatang yang kekurangan, yang tidak pernah puas dan merasa selesai. Tuhan menyediakan dalam arti kecukupan yang diperlukan, meski sering diberi bonus berupa terkabulnya keinginan dan kelimpahan, tentu dengan maksud untuk menjadi berkat bagi orang lain.

 

Pegangan kedua untuk menikmati hidup, disebutkan dalam ayat 14: “Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu.” Penting mengingat yang dikatakan filsuf Plautus dan Thomas Hobbes, bahwa manusia adalah homo homini lupus, yakni manusia adalah serigala bagi sesama manusia lainnya. Sifat itu muncul karena adanya nafsu predator termasuk untuk mempertahankan diri. Untuk ini kitab Yakobus mengingatkan, lidah anggota tubuh yang kecil tetapi bagaikan api yang dapat membakar dan menodai seluruh kehidupan kita (Yak. 3:5-6).

 

Prinsip ketiga untuk dapat menikmati hidup, “jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik” (ay. 15a). Ini kebalikan pendapat manusia sebagai serigala, justru kita adalah makhluk sosial (homo homini socius). Manusia diciptakan Tuhan untuk tujuan baik (Kej. 1:31; Ef. 5:9). Dan prinsip hidup Kristiani adalah kasih, kerelaan berkorban, membalas kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:21; 1Pet. 2:12). Bahkan diingatkan, “jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa (Yak. 4:17). Ya, memang berat, tapi bukan berarti tidak bisa.

 

Kunci terakhir adalah pegangan keempat, yakni agar kita mencari perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! (ay. 15b; Mat. 5:25). Sadarilah, tidak ada manfaat permusuhan. Apalagi pertentangan dan kekerasan, yang buah akhirnya: menang menjadi arang, kalah menjadi abu-abu. Semua sia-sia.

 

Mereka yang membawa damai adalah anak-anak Allah (Mat. 5:9). Jika ada yang tidak memuaskan hati, misalnya orang lain berlaku jahat, maka serahkan semua kepada Tuhan, sebab Dia yang akan menjadi hakim yang adil dan membalaskannya (Ibr. 10:30; Ul. 32:35-36). Ingatlah ayat penutup nas minggu ini, “Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong” (ay. 16). Mari, kita arahkan hati terus kepada-Nya dan nikmatilah hidupmu. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 22 Agustus 2021

 

Minggu XIII Setelah Pentakosta

 

MURID SEJATI (Yoh. 6:60-71)

  

"Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (Yoh. 6:63).

 

Firman Tuhan hari Minggu ini, Yoh. 6:60-71, masih dalam rangkaian Yesus adalah Roti Hidup dan perlunya memakan daging dan meminum darah-Nya. Respon murid pun banyak yang bersungut-sungut, yang berharap terus dapat roti makanan gratis tanpa harus berpikir berat dan susah. Pernyataan Yesus mereka anggap keras; sulit dipahami. Respon Yesus juga out of the box, tidak menjelaskan tetapi malah lebih "menggoda pikiran": "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu? (ayat 61). "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" (ayat 67). Akhirnya, banyak murid-murid mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia (ayat 66).

 

Tidak sedikit di antara kita juga sering iman dan ketaatannya kendor jika mendengar atau membaca firman yang seolah "tidak masuk akal". Misalnya, membandingkan ayat "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" dengan kemanusiaan Yesus termasuk membuat patung-Nya (Kel. 20:3-4). Demikian juga dengan ayat-ayat sulit, seperti perkataan Yesus: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka" (Mat 8:22). Kok, orang mati menguburkan orang mati? Padahal maksud-Nya saat itu, biarlah mereka yang mati (rohaninya), mengurus orang yang mati (jasmaninya), sebab urgensi seorang murid mengikut Yesus sangat prinsip, mengabarkan kerajaan Allah daripada hal keduniawian lainnya (band. Luk. 9:59–62).

 

Persoalan bisa mudah ketika ada kerinduan untuk lebih memahaminya dengan rendah hati, mencari nara sumber yang kompeten berdiskusi. Tetapi, tidak jarang juga yang merasa dirinya "hebat", mengklaim Roh Kudus telah menuntunnya menafsir, meski sebenarnya yang terjadi ia berputar pada pikirannya sendiri, atau terjebak pada pandangan yang dangkal. Persoalan lain bisa menjadi lebih berat, karena merasa tidak masuk akal, atau berat untuk ditaati, kemudian frustasi, bahkan mundur dan berpaling. Perlu hati-hati.

 

Nas minggu ini menekankan tidak perlu kita memahami secara akal semua firman-Nya, atau melihat karya mukjizat Tuhan dahulu untuk menjadi percaya dan beroleh keselamatan. Itulah "godaan" Yesus dengan mengatakan: “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?” (ayat 62).

 

Yesus menekankan, "Rohlah yang memberi hidup.... Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup" (ayat 63). Selanjutnya ditegaskan-Nya: "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya" (ayat 65). Arti sederhananya, keselamatan itu karena iman, pemberian Allah, kasih karunia, bukan hasil usaha manusia (Ef 2:8). Jadi jangan terlalu banyak bertanya, tapi sedikit berbuat dan bersaksi. Sikap kita semestinya sama seperti Simon Petrus, yang percaya dan berespon mengaku: "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal” (ayat 68); "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:16). Itu utamanya. Berserah, berespon iman: Allah itu baik. Seperti lirik lagu dengan berpegang: "‘Ku berserah kepada Allahku... Bapa sorgawi t’rus menjagaku....” (NKB 128).

 

Mungkin ada yang penasaran pada ayat 64 dan 70-71 dan bertanya: Yesus kan sudah tahu ada satu iblis di antara 12 murid yang akan menyerahkan-Nya, yakni Yudas Iskariot. Mengapa Yesus tidak menyelamatkannya? Lantas, apakah keselamatan itu bisa hilang? Nah, jawabannya mungkin sederhana: rasanya, lebih cocok dia masuk sekolah teologia, atau minimal ikut kursus singkat Alkitab. Agar, utamanya: sedikit bertanya, banyak berbuat dan bersaksi. Itulah ciri murid sejati. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus menyertai kita, amin.

Khotbah Minggu 15 Agustus 2021

Minggu XII Setelah Pentakosta

HIDUP OLEH DIA (Yoh. 6:56-57)

 

"Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku" (Yoh. 6:56-57).

Firman Tuhan hari Minggu ini Yoh. 6:51-58 masih dalam rangkaian tema Yesus adalah Roti Hidup, tetapi dengan penekanan yang berbeda, termasuk perbedaan makanan jasmani manna yang diberikan Tuhan di padang gurun, dengan "makanan" rohani melalui kemanusiaan Yesus. Dalam nas ini Yesus menjelaskan lebih nyata: roti hidup yang dimaksud-Nya adalah daging-Nya (dan juga darah-Nya). Ini lebih gamblang dari kata tubuh yang dipakai Rasul Paulus dan Injil Sinoptik (band. Yoh. 1:14; Luk. 22:19). Oleh karena itu, respon pemimpin Yahudi yang mendengar pun semakin benci dan menentang-Nya (ayat 52).

 

Pesan pertama nas minggu ini, jika tidak makan daging-Nya (dan juga minum darah-Nya, manusia tidak mempunyai hidup di dalam dirinya (ayat 53). Arti hidup di sini adalah pengakuan Yesus sebagai sumber kehidupan. Hidup bukan dalam pengertian robotik, asal-asalan dan terlalu "nrimo", tetapi hidup yang penuh roh menyala-nyala. Allah memberi hidup, sekaligus sumber kekuatan dalam menjelajah kehidupan padang gurun yang kita disain sebagai tantangan untuk dimenangkan. Bukan hidup yang bagaimana nanti saja, kumaha engke, que sera-sera, tetapi hidup dengan visi misi yang jelas dan penuh optimisme serta sesuai kehendak Tuhan.

 

Kedua, melalui makan dan minum dalam sakramen Perjamuan Kudus, metafora bagi iman, janji kehidupan kekal menjadi pasti (ayat 54, 58). Sebagai pemberi hidup, Allah tentu akan meminta pertanggungjawaban tugas misi kita berada di dunia ini. Hidup di dunia ini tidak berhenti dan titik, tetapi tanda koma, untuk berlanjut dalam masa pasca kematian tubuh fana. Bagi yang percaya, taat, dan rindu untuk disegarkan melalui sakramen perjamuan roti dan anggur, akan dibangkitkan dan kehidupan kekal menanti dengan penuh gambaran yang sangat indah menyenangkan.

 

Ketiga, melalui sakramen makan daging dan darah-Nya, sebuah pengakuan hidup kita bukan lagi milik kita (ayat 56-57). Firman-Nya meneguhkan: "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku" (Gal. 2:20). Makan (dan minum) adalah ekspresi percaya akan penebusan dosa-dosa kita melalui kematian Yesus, dan sekaligus peneguhan kehadiran dan penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Sebuah tindakan iman, ekspresi kerinduan, tubuh dan darah Yesus meresap dalam tubuh dan hidup kita, dengan pengharapan roh kita dibarui dan dikuatkan oleh Roh-Nya.

 

Terakhir, hidup oleh Dia berarti mengisi hidup yang bermakna bagi Dia dan berkat bagi sesama. Makna kehidupan bukan lagi di pusat diri yang diukur oleh kepuasan jasmani, mewah dan enaknya makan minum serta benda duniawi, atau kemegahan dan rasa iba terhadap diri, tetapi pada kemampuan berbagi pada sesama sebagai bagian dari tugas memberitakan Dia (1Kor. 11:26). Dengan demikian, kita pun sah sebagai alat dan utusan yang meneguhkan Dia yang datang untuk dunia (ayat 51). Tetaplah berkarya.

 

Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 23 guests and no members online

Login Form