Sunday, May 19, 2024

2020

Khotbah Minggu 13 Desember 2020

KABAR DARI BUKIT - Minggu Adven III

SIARKAN TERANG (Yoh. 1:6-8, 19-28)

“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat 4-5).

 

Minggu ketiga adven hari ini bagaikan jembatan yang menghubungkan situasi peringatan tentang datangnya akhir zaman yang maha dahsyat, menuju situasi sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru peristiwa 2000 tahun lalu di kota mungil Betlehem.

Firman Tuhan yang menjadi rujukan renungan kita minggu ini, Yoh. 1:6-8, 19-28, berbicara tentang kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Terang. Manusia membutuhkan terang yang secara umum tidak suka pada kegelapan. Allah pun, menciptakan terang di hari pertama (Kej. 1:3). Dengan terang, manusia merasa lebih aman dan nyaman. Terang membimbing seseorang terhindar dari kejatuhan, terperosok dalam, bahkan dapat menyelamatkan dari kematian.

Kehidupan rohani manusia juga memerlukan terang. Jiwa yang penuh terang akan berisi sukacita, dan jiwa yang gelap akan berisi kekuatiran dan ketakutan. Dan jelas, terang Ilahi akan melampaui terang dari hikmat pengetahuan dunia. Yesus memberi terang Ilahi pada manusia. Pribadi dan hidup-Nya membebaskan manusia dari kegelapan. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga dasar bekal bagi hidup yang kekal. Tuhan Yesus adalah terang sejati. Manusia dengan Terang Yesus, membuat hidup lebih bermakna sesuai dengan kehendak Bapa.

Natal mengingatkan kita akan kehadiran Terang ke dalam dunia. Menyongsong natal berarti menyambut Sang Terang. Dia adalah Firman yang mencerahkan dan sumber segala inspirasi. Dia adalah Firman hidup yang memberi Roh penuntun. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:4).

Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati, bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga bersifat adikodrati sebagai akibat tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita. Namun, kita tidak sekedar bersukacita atas kedatanganNya, karena kita juga dipanggil untuk menyiarkan Dia, sehingga orang lain pun memiliki Terang itu dan hidup mereka juga penuh dengan sukacita.

Tetapi kadangkala, itu tidak mudah bagi mereka yang sedang dalam kegelapan dosa, atau situasi kemiskinan yang membuat hidup menjadi perih. Bagi yang dalam kegelapan dosa, membuat rasa takut menjadi tampak nyata dan terbuka, tanpa mengetahui ada perdamaian dan pengampunan. Ini perlu usaha ekstra. Bagi yang dalam kemiskinan, khususnya di wilayah Kristiani lainnya yang masih rata-rata di atas 10% penduduk miskinnya, usaha lebih ekstra lagi. Perlu tindakan nyata. Bawalah dan siarkan Terang itu.

Mari membawa Kristus kepada mereka, melepaskan ikatan dosanya dan membebaskan kemiskinan yang tanpa pengharapan, dan menjadikan Terang memimpin hidup mereka. Seperti dikatakan dalam nas hari ini oleh Yohanes Pembaptis: ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Kitab Filipi menyampaikan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp. 4:5). Maranata. Selamat beribadah hari Minggu, Tuhan memberkati. Amin.

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

 

-----------------------------------------

 

Kabar dari Bukit Minggu 6 Desember 2020

Kabar dari Bukit

TUHAN ITU BAIK (Khotbah Mzm. 85:2-3, 9-14)

“Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 85:10a)

 

Firman Tuhan hari Minggu Adven II bagi kita dari Mzm. 85:2-3, 9-14. Untuk membaca lengkap silahkan klik link ini https://alkitab.app/v/34ba59f6d7f7. Bila minggu lalu melalui Mzm. 80 kita diajarkan tentang permohonan agar Tuhan memulihkan umat-Nya, maka minggu ini nadanya lebih optimis. Pengalaman kebaikan Tuhan dalam hidup kita (pribadi, keluarga, korporasi, suku, bangsa dan negara), menjadi peneguhan bahwa Tuhan itu baik. Ini soal sudut pandang, persfektip.

Pengenalan Tuhan itu baik membutuhkan proses interaktif dan tidak selalu dalam situasi sukacita penuh berkat. Pengalaman umat Israel dibebaskan dari Mesir adalah bukti Tuhan itu baik, meski mereka telah melalui ratusan tahun dalam perbudakan. Situasi ini kemudian berulang, ketika mereka dibuang ke Babilonia, dan Mazmur 85 ini ditulis dengan latar belakang mereka baru kembali; maka ada sukacita dan pengharapan.

Pemazmur melihat murka Tuhan telah mereda dan Tuhan telah menutupi dosa mereka. “Tuhan menyurutkan segala gemas-Nya, meredakan murka-Nya yang menyala-nyala” (ayat 2-3). Mereka dihukum, dan kini Allah memberi kebebasan. Kita pun demikianlah halnya dalam memandang perjalanan hidup. Ketika hal baik datang, biasanya dengan mudah kita katakan bahwa Tuhan itu baik. Tetapi ketika hal buruk terjadi, selain melihat sumber penyebab dari diri sendiri, selalulah melihat Tuhan itu tetap baik dan ada hal yang perlu diperbaiki dalam hidup dan hubungan dengan Dia.

Tuhan itu baik dan rencana-Nya selalu indah. Betul, kadang hal buruk terjadi karena dosa dan kedagingan kita; meski kadang akibat ulah iblis sebagaimana dialami Ayub. Namun semua dalam kendali Tuhan dengan batasan yang jelas: jangan ambil nyawanya (Ay. 1:12). Itu adalah ujian dan ketika lulus, semua dipulihkan bahkan berlipat ganda (Ay. 42:7-17).

Tuhan selalu ingin lebih dekat dengan kita dan ingin kita terus bertumbuh lebih sempurna. Ketika berdosa, datanglah kepada-Nya. Jadi ada pertobatan yang berkelanjutan, dan pengampunan dijadikan modal yang baik untuk bangkit dari keterpurukan. Seperti Mazmur minggu lalu, kembali ditegaskan dalam nas ini bahwa pertobatan membutuhkan pertolongan Roh Kudus. Tekad dan kemampuan diri sendiri sering kali sia-sia. Dan jangan pernah berpikir bahwa sudah terlalu banyak yang kita berikan (kepada Tuhan) tetapi tidak ada hasilnya. Ia Allah yang setia dan adil menuntun kita dengan jejak kaki-Nya (ayat 14).

Hidup yang menyukakan Tuhan adalah hidup dengan mencintai firman-Nya (ayat 8) dan melakukannya (Yak. 1:22). Ini menghindari kita tidak semakin bodoh mengulangi kesalahan, tetapi justru selalu takut akan Dia (ayat 9-10). Maka jika ingin ada pembaruan dalam diri atau keluarga, ingin pemulihan, termasuk negeri ini cepat pulih dari bencana Covid-19 yang kembali menggila, maka tetaplah setia dan semakin mengasihi Tuhan, sehingga kemuliaan diam di negeri kita (ayat 10). “Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit” (ayat 11-12). Sungguh alangkah nikmatnya kasih setia Tuhan, kekal selama-lamanya. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 29 November 2020

MINGGU ADVEN I

Kabar dari Bukit

PULIHKANLAH KAMI (Mzm. 80:2-9; 18-20)

"Ya Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat” (Mzm. 80:8)

  

Setelah enam tahun berturut-turut menulis renungan khotbah sesuai leksionari, dan empat diantaranya telah dibukukan, saya tahun ini berencana menulis dari kitab Mazmur sesuai kalender gerejawi setiap minggumya. Untuk itu terpujilah Tuhan, dan doa saya kepada-Nya agar diberi kesempatan untuk menulis lengkap seluruh nas khotbah yang menurut sistem leksionari ada 12 tahun, yakni tiap minggu terdiri dari empat nas (dari PL, Mazmur, Surat-surat, dan kitab Injil) dan ada tahun A, B dan C.

Kitab Mazmur berisi 150 pasal berupa kumpulan mazmur, nyanyian dan doa, serta ditulis oleh Raja Daud (73 mazmur), dan enam orang lainnya. Kitab ini kerap dipakai dalam ibadah PL, sebagai ekspresi pergumulan dan pengharapan umat Israel. Oleh karena itu sangatlah tepat jika kita membaca kitab Mazmur, mengingat pandemi Covid-19 masih terus menghantui seluruh dunia, meski hampir setahun telah berlalu sejak timbul kasus di Wuhan, China.

Seberapa berat kita rasakan dampak Covid-19 bagi kita? Adakah tetesan air mata? Mungkin terpapar sakit, kehilangan atau pengurangan pekerjaan, penghasilan turun, hidup dengan gerak yang terbatas dan aturan ketat. Oleh karena itu Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu Adven I ini dari Mzm. 80:2-9; 18-20, sangat cocok bagi situasi saat ini. Mazmur 80 merupakan doa syafaat umat Israel atas penderitaan yang mereka alami. Kepedihan hidup mereka diekspresikan berupa makan roti dengan cucuran dan meminum limpahan air mata, serta hidup mereka menjadi percederaan dan olok-olok tetangga dan para musuh (ayat 6-8).

Umat Israel melihat semua penderitaan itu dalam kendali Tuhan, penguasa alam semesta yang murka terhadap umat-Nya. Mereka sebelumnya telah melihat kebaikan Tuhan sebagai Gembala, yang telah memberkati mereka dengan membawa keluar dari Mesir (ayat 9). Maka demikian jugalah kiranya kita, yang selama ini hidup nyaman, tetapi tiba-tiba menghadapi serangan pandemi Covid-19; semuanya itu ada dalam kendali Tuhan.

Seperti umat Israel, kita pun perlu memohon agar Tuhan memperlihatkan keperkasaan-Nya dan membuat kembali dunia bersinar (ayat 4 dan 8). Ratapan dan permohonan kita kepada Tuhan agar “murka Tuhan” ini berlalu. Tetapi sebagaimana umat Israel, mereka melihat ini sebagai pintu pertobatan (ayat 5). Hal buruk yang terjadi dalam hidup dan bukan atas kendali kita, maka itu semua ada dalam kendali Tuhan dan kepada-Nya kita memohon.

Refleksi diri diperlukan dan merenungkan, apakah hidup kita selama ini telah mengkuti firman-Nya? Apakah hidup kita sudah semakin serupa dengan Dia dan semakin menyenangkan hati-Nya? Seberapa besar kita menjadi berkat bagi sesama, meski kita sudah diberkati? Tidak ada doa yang terlambat, dan tidak ada pertobatan yang tertunda. Ukuran perubahan dapat dilihat secara matematis: semakin seringkah kita berdoa dan membaca firman/renungan? Semakin berkurangkah rasa amarah kesal, dengki dan semacamnya? Adakah lebih besar kita memberi dengan hati dan kesediaan berkorban? Hitunglah dan ubahlah.

Melalui nas ini juga kita diberi pengertian bahwa pertobatan terjadi atas campur tangan Tuhan. Roh Kudus bekerja dengan kasih'-Nya setelah melihat air mata dan ketekunan kita. Bahkan dalam ayat 18-20 disebutkan, kita perlu berjanji untuk tetap setia. "... kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu. Ya TUHAN, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat."

Memasuki minggu adven I ini, saat yang tepat untuk kita memulai hal yang baru. Minggu adven I dan II saatnya kita melihat diri sendiri, sebelum kita ikut merayakan lahirnya Sang Juruselamat Dunia. Mari kita terus berdoa agar pandemi ini cepat berlalu dan kita semua melaluinya dengan selamat bersama keluarga. Hanya dan hanya oleh kasih-Nya kita dipulihkan dan selamat. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 6 Desember 2020 Minggu Adven II

Minggu Adven II

 PERSIAPKAN JALAN (Mrk. 1:1-8)

 Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (ayat 2b-3)

 

Menyongsong Natal tidak hanya mempersiapkan baju baru, furnitur atau hiasan baru di rumah, perjalanan liburan, dan sebagainya; juga bagaimana kita mengarahkan hidup, agar kembali dalam rencana Tuhan berupa ketaatan dan pelayanan bagi Kristus.

Firman Tuhan hari ini Minggu Adven II dari Mrk. 1:1-8 berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia diutus Allah sebagai pembuka jalan atau voorrijder bagi kedatangan Kristus Sang Raja. Ia seorang yang nyentrik, berjubah bulu unta dan berikat pinggang kulit. Makanannya belalang dan madu hutan.

Ada empat pesan nas minggu ini: Pertama, persiapkanlah jalan untuk Tuhan. Kita bisa bayangkan apabila seorang pejabat tinggi akan datang menemui atau bertandang ke kantor atau rumah kita. Maka kita pun akan mempersiapkan jalan-jalan yang demikian bagus dan indah, sehingga dapat menyenangkan hati pejabat tersebut. Perintah mempersiapkan jalan untuk Tuhan juga demikian, mempersiapkan Kristus Sang Raja yang akan datang menemui kita: esok hari atau kelak.

Kedua, bertobatlah dan dibaptis. Pengertian bertobat (Yunani: metanoia) berarti berubah atau berbalik 180 derajat dari cara kehidupan yang lama. Kata ini sering dipakai dalam kehidupan militer, untuk perintah berbalik ketika berbaris. Kebiasaan yang melenceng, kini saatnya kembali ke arah yang benar. Ada baptisan sebagai simbol pengampunan dosa dan penyatuan kedalam Kristus. Semua itu tentunya didahului oleh penyesalan atas apa yang sudah dilakukan. Pertobatan pun sebaiknya tidak angin-anginan, situasional atau temporer. Janganlah kita seperti “hewan peliharaan” yang terus dituntun, berkumpul datang makan hanya bila tanda lonceng berbunyi. Sikap kita seyogianya berdasarkan kesadaran penuh. Konsisten. Itulah manusia baru yang sejati.

Kedua pesan ini sepadan dengan nubuatan Yes. 40:3-4. “Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan.Ini perintah yang relevan dan harus diikuti. Maka gunung bukit berupa kesombongan, lembah kekelaman berupa kekecewaan, hati yang bengkok, rintangan dari cara hidup lama, hidup yang tidak berserah, dan jalan berliku dan berlekuk-lekuk berupa godaan kenikmatan, semuanya merupakan dosa yang harus diluruskan dan diratakan, agar sesuai dengan arah jalan Tuhan.

Pesan ketiga, buah pertobatan adalah pengampunan. Jika tidak ada pertobatan, maka pengampunan dosa juga tidak tersedia. Dasar pengampunan bukan penyembahan atau perbuatan baik. Jadi jelas hubungan sebab akibatnya. Pintu pertobatan selalu terbuka, sehingga pintu pengampunan juga sangat terbuka lebar. Ini kunci iman Kristiani. Kita hanya perlu bagaikan anak kecil yang menyesal dan kembali ke Bapa untuk diberi pengampunan.

Keempat, Yohanes Pembaptis merendahkan dirinya dan merujuk pada Tuhan Yesus. Ia menekankan Yesus lebih berkuasa dan mulia. Baptisan air dilakukan manusia, tetapi yang utama baptisan Roh oleh Tuhan Yesus.

Kristus pasti datang tapi tidak kita ketahui persisnya. Maka, mari mempersiapkan diri untuk menyambut Dia. Bereskan dan runtuhkan gunung dan bukit kesombongan. Ratakan dan timbun lembah ketakutan dengan datang kepada-Nya. Jadikan Yesus sebagai sentral dan yang utama. Maranata. Selamat beribadah hari Minggu, Tuhan memberkati, amin.

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

 

------------------------------------------

 

Khotbah Minggu 29 November 2020

Khotbah Minggu 29 November 2020 - Minggu Adven I

Bumi akan Berlalu

"Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu" (ayat 31)

 

Firman Tuhan hari Minggu Adven I ini dari Mrk 13:24-37 berbicara tentang kedatangan Anak Manusia dengan nada yang berbeda. Jika pasal sebelumnya menekankan penghakiman menakutkan bagi mereka yang menolak Yesus dan tidak taat, kini penggambarannya berupa pengharapan saat orang-orang pilihan dikumpulkan bersama di awan oleh para malaikatNya (ayat 27). Ini tentu hanya bagi yang terus berjaga-jaga (ayat 28-37), artinya, yang tidak lalai, (cukup) mengerjakan tugas dan pelayanan semasa hidupnya pada saat Tuhan datang (ayat 36).

Berjaga-jaga bukanlah berhitung ramalan spekulatif kapan Yesus datang. Berjaga-jaga, artinya, sikap terus melayani Allah dalam kehidupan saat ini dengan sungguh-sungguh. Jangan terlena. Menunda. Orang percaya yang terlena adalah yang tidak mengerti adanya kehidupan kekekalan.

Manusia dapat membuat skenario masa depan penuh kecanggihan teknologi, bahkan pilihan hidup di Mars atau planet lain. Tetapi, itu skenario yang belum ada bukti kehidupan akan layak disana. Di lain pihak, gambaran kelangkaan sumberdaya dan pemanasan bumi dan anomali cuaca semakin menakutkan. Memang ada optimisme, manusia memiliki daya penyesuaian yang tinggi. Tetapi sebatas apa kita tidak tahu, sebab sejarah panjang membuktikan, manusia senang berebutan dengan kekerasan.

Hikmat hidup yang benar adalah tidak memusingkan akhir dunia ini dengan skenario puluhan atau ratusan tahun ke depan. Lebih baik mengartikan "akhir dunia" atau kedatangan Yesus ketika kita dipanggil pulang oleh-Nya. Misi stop! Penugasan selesai. Bumi kediaman kita saatnya berlalu. Dan, itu dapat terjadi setiap saat! Tidak ada yang tahu umur kita dan hari esok; bisa lusa, bulan atau tahun depan, tidak seorangpun tahu (Yak 4:13-14).

Maka jalanilah hidup ini dengan kewaspadaan yang menjadikan kita layak menyongsong dan menerima kedatangan Tuhan. Bagaikan Stefanus yang melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri, menyambut rohnya saat berakhir hidupnya (Kis 7:55). Isilah hidup ini dengan sebagian waktu untuk memuji kemuliaan-Nya, bukti kita mengasihiNya. Berilah yang terbaik bagi sesama untuk bukti kita mengasihi Dia.

Apa yang telah kulakukan bagi Dia dan sesama minggu lalu? Apa rencana kuberikan minggu ini? Dalam dua bukti itulah termaktub kita menjadi layak disambut olehNya, entah kapan: di ujung batas umur kita, atau di akhir zaman nanti. Maranata. Selamat beribadah hari Minggu, Tuhan memberkati, Amin.

Pdt. Em. Ramles M. Silalahi

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 21 guests and no members online

Login Form