Sunday, May 19, 2024

2020

Khotbah Minggu 26 Juli 2020 Minggu VIII Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 26 Juli 2020

TAK TERPISAHKAN KITA DARI KASIH ALLAH (Khotbah Rm. 8: 26-39)

(Bacaan lainnya: Kej. 29:15-28; atau 1Raj. 3:5-12; Mzm. 105:1-11, 45b; atau Mzm. 119:129-136 atau Mzm. 128; Mat. 13:31-33, 44-52)

 

Pendahuluan

Allah ingin bersekutu dengan kita; kita juga ingin semakin dekat dengan Allah. Alkitab memerintahkan kita untuk berdoa sebab melalui doa, kita memelihara hubungan dengan Allah. Namun kadang doa tidak terekspresikan. Meski doa tidak terucapkan, Allah tetap tahu dan bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita. Betul, kadang kita lalai dan jatuh ke dalam perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah, sehingga kita takut akan dakwaan yang datang. Kita berpikir bahwa sebagai orang yang salah, kita wajar mendapatkan penghukuman kelak dalam pengadilan Allah. Namun melalui nas minggu ini, kita diyakinkan bahwa kasih Allah begitu besar dan bagaimana itu bekerja, dijelaskan melalui pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Roh berdoa untuk kita (ayat 26-27)

Doa adalah kesempatan manusia untuk menjangkau Allah, sebagai sikap berbakti roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Hidup adalah sebuah rahmat dan karunia, maka untuk itu kita layak mengucap syukur. Dalam perjalanan hidup juga selalu ada berkat dan sukacita yang kita dapatkan, dan untuk itu seringkali kita berdoa mengucap syukur dan berterima kasih atas pemberian-Nya itu. Memang dalam kenyataannya, hidup tidak selalu seperti yang kita inginkan. Kadang datang situasi yang membuat kita bergumul, bersedih, dan merasa sakit dan susah.  Keadaan yang menekan ini dapat terjadi pada diri kita dalam lingkup pribadi dan keluarga (penyakit, ekonomi, hubungan keluarga, dsb), atau gereja dan persekutuan lainnya, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai orang percaya, kita percaya Allah tidak akan membiarkan kita sendirian dengan kekuatan yang terbatas untuk menghadapi persoalan hidup yang kadang komplek. Ketika kita tidak memahami persoalan yang ada, kita ingin memanjatkan doa, namun kadang kita tidak memahami situasi atau tidak tahu bagaimana meminta penyelesaian sebab masalahnya sendiri masih kabur atau tidak terjangkau akal pikiran. Kita hanya ingin berdoa, tidak tahu hal yang terjadi dan kita tidak tahu yang terbaik kita lakukan. Kadang kita juga kebingungan, apakah kita mau meminta kekuatan dalam menghadapinya atau meminta Tuhan melepaskan kita dari masalah itu, akibatnya yang timbul bisa hanya napas panjang atau sesunggukan.

Melalui firman minggu ini kita dikuatkan bahwa menghadapi hal itu tidak perlu risau dan galau, sebab Roh Kudus akan menolong kita dalam menjelaskan kepada Allah Bapa sepanjang kita tetap dalam suasana doa.  Kita tidak perlu khawatir dan takut sebab keluh-kesah kita yang tanpa ucapan, akan diterjemahkan Roh Kudus kepada Allah sebagai doa kita. Sebab itu selalulah datang kepada Allah untuk menyampaikan yang menjadi pergumulan hidup, pengharapan, dan permohonan, meski dengan kata-kata yang terbatas. Roh Kudus berdoa bagi kita sebagaimana Yesus juga selalu berdoa bagi kita anak-anak-Nya dan Allah akan menjawab (Rm. 8:34; 1Yoh. 2:1; Ibr. 7:2). Mintalah Roh Kudus untuk menyampaikan permasalahan kita dan memohon pertolongan dan jawaban agar sesuai dengan jalan dan kehendak-Nya dan bukan kehendak kita. Ketika kita membawa permasalahan tersebut, meski dengan kata-kata yang terbatas, percayalah bahwa Allah akan melakukan yang terbaik bagi kita untuk memberi pertolongan. Dengan iman kita terus bertekun dalam doa dan beribadah kepada Tuhan, agar keadaan yang menekan dapat kita lewati dengan kemenangan. Prinsip kita sebagai anak-anakNya ada tiga hal, yakni: (1) keadaan yang menekan itu tidak lebih besar dari kemampuan kita (1Kor. 10: 13); (2) segala perkara (apapun) dapat kita tanggung di dalam Dia (Fil. 4: 13); serta doa dan Ibadah memiliki kuasa (2Tim. 3; Yak. 5: 15-16).

Sikap iman yang menyerahkan sepenuhnya dalam kendali Allah itu tidak harus dengan kata-kata, sebab sikap berdiam diri dalam ketenangan dan memusatkan pikiran pada Allah adalah sikap berdoa. Yang penting bukan menyerah, mengeluh atau malah menggerutu. Sikap diam dan tenang dalam suasana doa tetap ekspresi penyembahan dan hal itu tidak menyalahi iman kita, dan tidak perlu khawatir dituduh seolah-olah semacam semedi menurut agama lain. Sepanjang dalam pikiran kita bahwa hidup kita ini dipimpin oleh Roh Kudus dan kita telah diselamatkan oleh iman melalui Yesus Kristus, maka sikap diam tenang dengan hati yang terarah kepada-Nya adalah sikap yang dibenarkan. Dalam proses doa ini Allah juga menyelidiki hati nurani dan keseriusan setiap orang yang berdoa (Why. 2:23). Dalam hal ini diperlukan fokus hati dan fikiran yang tertuju pada Yesus sebagai Imam Agung. Salah satu alasan gereja memberikan persetujuan gambar Tuhan Yesus dan lambang salib dalam kehidupan Kekristenan adalah dengan maksud tujuan itu, agar hati kita lebih mudah fokus terhadap jalan yang diberikan melalui Yesus. Kita tahu bahwa gambar Tuhan Yesus yang kita kenal selama ini pada dasarnya adalah imajinasi seorang pelukis, dan bukan berdasarkan "snapshot" atau lukisan/pahatan wajah Yesus pada saat itu. Poin penting dalam iman: ada keyakinan jaminan Roh Kudus akan menolong kita berdoa (Rm. 8: 26); Akan dikabulkan sepanjang dalam nama Yesus (Yoh. 14: 13-14; 16: 23); Memintanya sesuai dengan rencana dan kehendak Allah; Yang diberikan dapat lebih banyak dari yang kita doakan (Ef. 3: 20-21); Alkitab juga mengajarkan, berpuasa akan memperlihatkan ”keseriusan” doa kita dalam meminta (Mat. 17: 21). Di samping kita berdoa bagi diri sendiri, kita juga diminta melalui syafaat berdoa bagi orang percaya lainnya, sebagaimana dinyatakan dalam nas minggu ini orang Roma berdoa bagi orang-orang kudus yakni mereka yang ada di Yerusalem saat itu (band. Ef. 6:18).

 

Kedua: Allah bekerja dalam segala sesuatu (ayat 28-30)

Melalui nas minggu ini kita juga masuk dalam pemahaman teologis tentang konsep “dipilih” atau yang lazim dikenal dengan predestinasi (pre=sebelum dan destiny=takdir, atau ditentukan/ditetapkan sebelumnya). Ada yang menafsirkan Alkitab bahwa sebelum dunia diciptakan, telah ada dan disiapkan orang-orang yang akan dipilih untuk menerima kasih anugerah keselamatan. Pandangan predestinasi ini mengacu kepada ayat dalam Ef. 1:11 yang mengatakan, "... kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya." Dengan demikian, rencana Allah bagi orang pilihan-Nya bukanlah hasil renungan atau dipikirkan sesaat sebelumnya; melainkan sudah ditetapkan sebelum dasar-dasar dunia dan manusia diciptakan. Namun ada pandangan predestinasi lainnya yakni Allah cukup mengetahui sebelumnya (foreknew) mereka-mereka yang menerima-Nya dan bagi mereka ini diberikan tanda dan terpilih. Yang jelas , manusia diciptakan dan/atau dipilih adalah untuk melayani dan memuliakan Allah; itu intinya. Jika kita percaya dalam Kristus, kita bersukacita dengan kenyataan bahwa Allah telah mengenal kita secara pribadi dan menjadikan kita anak-anak pilihan-Nya.

Kasih Allah adalah kekal abadi. Hikmat dan kuasa-Nya adalah tertinggi. Ia akan membimbing dan melindungi kita hingga suatu saat nanti mampu berdiri di hadirat-Nya pada masa penghakiman. Bagi kita yang mengasihi Allah dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, Allah bekerja dalam segala sesuatu dan dalam nas ini berarti Allah hadir dalam setiap aktivitas kehidupan kita; Dia tidak hadir hanya kadang-kadang atau saat khusus saja. Kitab Roma memberikan gambaran beberapa proses yang dilakukan Allah terhadap mereka yang dipilih menjadi orang percaya. Kalau melihat urutan sesuai dengan rangkaian proses, maka urutannya sebagai berikut.

 

  1. Pemilihan (Rm. 9:10-13): Allah memilih seseorang atau sebuah suku bangsa untuk maksud tujuan tertentu;
  2. Pembenaran/Justifikasi (Rm. 4:25; 5:18): Allah menyatakan seseorang atau bagian dari suku bangsa yang dipilih itu "Tidak Bersalah", dan menyatakan kita "Benar" di dalam Dia;
  3. Pendamaian (Rm. 3:25): Peniadaan hukuman dari Allah atas dosa yang dilakukan melalui korban yang sempurna yakni Tuhan Yesus;
  4. Penebusan (Rm. 3:24; 8:23): Yesus Kristus telah membayar lunas tebusan kita atas dosa sehingga kita menjadi bebas,
  5. Pengudusan (Rm. 5:2; 15:16): Kita diperbaharui terus menerus menjadi serupa dengan  Yesus dengan pertolongan Roh Kudus;
  6. Pemuliaan (Rm. 8:18-19, 30): Keadaan akhir orang percaya setelah kematian tubuh dan dibangkitkan menjadi serupa dengan Yesus (1Yoh. 3:2).

Tetapi pilihan dan proses ini tidak terjadi bagi semua orang, melainkan hanya terwujud bagi mereka yang mengasihi Allah dan dipanggil sesuai dengan rencana-Nya. Mereka yang "dipanggil" adalah mereka yang merespon Roh Kudus dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya.

Kita perlu sadari juga, meski Allah hadir di dalam kehidupan kita, itu bukan berarti bahwa jalan hidup kita akan penuh dengan hal-hal yang menyenangkan saja. Iblis itu sangat “populer” di dunia yang sudah penuh dosa ini, menjerat manusia; akan tetapi Allah sanggup untuk mengatasi dan memulihkan segala situasi untuk kebaikan kita dalam jangka panjang. Allah tidak hadir dalam hidup kita untuk membuat kita bersenang-senang, melainkan Allah hadir untuk memastikan hal yang kita lakukan sesuai dengan maksud dan rencana-Nya. Perlu juga kita sadari tentang adanya kehendak bebas yang dapat menolak peranan Roh Kudus dalam hidupnya, meski kita perlu ingat sebagaimana dikatakan Martin Luther bahwa kehendak bebas itu tidak ada, sebab Allah memiliki kuasa hak prerogatif untuk memanggil dan menetapkan jalan hidup seseorang. Mereka yang dipanggil jelas akan menerima perspektif baru, sebuah pola pikir yang baru dalam hidupnya. Mereka percaya sepenuhnya pada Allah, bukan pada dunia ini, ilmu pengetahuan atau harta benda; mereka akan mencari dan mengutamakan jaminan harta sorgawi; mereka belajar untuk menerima rasa sakit dan penderitaan, bukan merespon dengan marah atau kecewa, sebab Allah ada bersama mereka. Semua proses dalam rencana Allah memiliki tujuan akhir dalam hidup kita yakni menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh. 3:2). Sepanjang kita terus berada dalam pembaharuan untuk menjadi serupa dengan Dia, kita akan menemukan hakekat diri sendiri, mengenal diri pribadi yang diciptakan Allah dengan tujuan khusus. Untuk bisa menjadi serupa dengan Dia, kita perlu rajin membaca dan mengindahkan firman Tuhan, mempelajari hidup Tuhan Yesus di dunia ini melalui kitab-kitab Injil, meneladani, dipenuhi oleh Roh Kudus, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya.

 

Ketiga: Siapa yang mampu menggugat kita? (ayat 31-34)

Bagian ketiga dan keempat nas ini mencoba menguak kebenaran posisi kita dengan lima pertanyaan dari Rasul Paulus, yakni:

  1. Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
  2. Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
  3. Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
  4. Siapakah yang akan menghukum mereka?
  5. Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? 

Apabila kita telah ada di dalam Kristus dan seluruh hidup kita telah diserahkan kepada-Nya, dan dalam setiap pergumulan hidup kita ditolong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan pengharapan dan langkah yang kita perlukan, maka pertanyaannya: apakah kita masih perlu takut dalam menghadapi hidup sehari-hari dan bahkan hidup setelah kematian dalam pengadilan Allah nanti? Allah jelas telah membebaskan dan menghapus dosa dan kesalahan kita, maka tidak seorang pun dapat mempersalahkan kita. Segala kekuatan dunia ini tidak mampu melawan kita ketika kita berdiri bersama dengan Kristus.

Kitab Roma merupakan penjelasan teologis tentang kasih karunia Allah yang sangat indah untuk meneguhkan dan meyakinkan bagi pembacanya. Kita tidak boleh berpikir bahwa karena kita telah begitu berdosa maka kita tidak layak diselamatkan. Kita juga jangan berpikir bahwa keselamatan itu hanya bagi orang yang tertentu saja, bukan bagi kita dan semua orang. Nas minggu ini diberikan bagi kita untuk meneguhkan bahwa pikiran seperti itu salah! Jika Allah telah menyerahkan Anak-Nya bagi kita, menebus dan membebaskan kita, maka Ia tidak akan menahan kasih anugerah-Nya bagi kita. Jika Kristus telah memberikan nyawa-Nya bagi kita, Ia pasti tidak akan berbalik dan kemudian menghukum kita. Ia tidak akan menahan atau "berpelit" terhadap apa yang kita butuhkan untuk dapat hidup dengan Dia dan membesarkan nama-Nya. Allah terus bekerja dalam setiap orang yang mengasihi-Nya untuk membuat kita jauh dari penghukuman. Kalau kita perhatikan, nas minggu ini jelas merupakan kalimat penting dalam Pengakuan Iman Rasuli kita yang menyatakan: "Ia disalibkan, mati dan dikuburkan; bangkit pada hari yang ketiga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa."

Pengakuan Iman Rasuli kita mengatakan, "Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati." Jadi, jika Kristus yang kita imani mati untuk menebus kita, dan kelak Ia menjadi hakim, apakah masih ada yang menuntut kita? Dengan Dia yang di dunia ini sebagai Penolong kita melalui Roh Kusus, apakah juga akan ada yang menghukum kita? Tak lain tak bukan, seperti dikatakan Rasul Paulus, Yesus adalah Pembela kita. Ia menjadi Penengah (intercede) kita di sorga nanti. Bisa saja ada setan yang akan mendakwa kita, tapi setan tidak memiliki kekuasaan untuk menghukum kita. Bahkan ketika Iblis mendakwa, Yesus yang diberi kuasa dengan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, akan bertindak sebagai Pembela dan pertahanan kita, menjelaskan status dan posisi kita. Bisa saja ada yang mendakwa kita karena perbuatan kita yang berdosa di dunia ini, akan tetapi Yesus akan membela bahwa kita sudah menyesal dan bertobat, dan dosa kita telah ditebus. Mereka yang masih merasa "dirugikan" di dunia, ketika melihat kita ada di sorga, tentu juga akan bersukacita, sebab kita sama-sama telah ditebus dan dimerdekakan dari dosa-dosa masa lampau. Sungguh, Yesus, Anak Allah itu, yang telah mati, bahkan lebih lagi yang telah bangkit, yang duduk di sebelah kanan Allah siap menjadi Pembela kita.

 

Keempat: Tidak ada yang dapat memisahkan kita (ayat 35-39)

Bagian terakhir nas ini berisi salah satu hal janji yang menguatkan di dalam Alkitab. Orang percaya harus siap menghadapi segala kesusahan dan penderitaan: keterasingan, penjara, penyiksaan, rasa sakit dan bahkan kematian. Ini bukan membuat kita pesimis dan takut bahwa Allah meninggalkan kita pada saat penderitaan. Pesan Tuhan dalam nas ini kepada gereja yakni mereka akan menghadapi penyiksaan dan penderitaan sebelum Panglima Nero menghancurkan kota Roma. Ternyata nubuatan ini menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian, saat Nero menghancurkan kota itu. Penderitaan orang Roma pada saat itu digambarkan dalam ayat 36 mengutip kitab Mazmur “sebagai domba-domba sembelihan” (Mzm. 44:23). Maka pesan nas ini meneguhkan kembali tetang kasih Allah yang besar bagi umat-Nya. Manusia tetap diingatkan. Bahaya bisa mengancam, pedang bisa terhunus menjadi penganiayaan, penderitaan bisa datang, namun semua itu harus kita lihat sebagai proses yang menghasilkan kebaikan yakni kita menjadi semakin dekat dengan Dia dan semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Ini yang kita pahami. Penderitaan tidak membuat kita jauh dari Allah, melainkan menjadikan kita lebih dikasihinya dan membuat kasih-Nya bekerja di dalam diri kita untuk memulihkan segala sesuatu. Rasul Paulus meneguhkan bahwa kita tidak mungkin dipisahkan dari Kristus. Ia telah mati bagi kita dengan kasih yang tidak terkalahkan. Tidak ada satupun yang menghentikan kehadiran Kristus di dalam diri kita. Allah telah menyatakan betapa besar kasih-Nya sehingga kita merasa aman penuh bersama Dia. Jika kita percaya terhadap jaminan yang luar biasa ini, maka kita tidak perlu merasa takut. Kuasa jahat adalah sesuatu yang tidak terlihat di dunia ini, seperti kuasa yang dimiliki setan dan malaikat pengikutnya (Ef. 6:12). Namun di dalam Kristus kita lebih dari pemenang dan kasih-Nya melindungi kita dari setiap kuasa jahat yang ada. Seseorang lebih bisa menghargai nilai sebuah kemenangan apabila ia merasakan pergumulan yang telah dialaminya menuju kemenangan itu. Kita, sekalipun harus menderita, semua itu adalah tuntunan menuju kemangan atas dosa dan kematian. Mereka yang berhasil melewati segala pergumulan dan penderitaan dengan tetap tegak dan setia di dalam Kristus, akan memperoleh kemuliaan sehingga dikatakan dalam lagu yang populer “Kita Lebih daripada Pemenang.”

Tidak masalah sesuatu terjadi pada kita, baik penderitaan atau maut sekalipun, itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah. Penderitaan adalah jalan untuk kemenangan yang berharga dan maut adalah jalan untuk menuju pemuliaan. "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan" (Rm. 14:8b). Kuasa jahat atau kuasa apapun termasuk pemerintahan di dunia ini, bahkan malaikat-malaikat sekalipun, tidak akan membuat kita jauh dari Allah.  Tidak masalah kapan dan dimana pun berada, kita tidak akan pernah kehilangan kasih Allah. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dengan-Nya. Inilah keyakinan iman kita yang membuat kita semakin teguh dalam berjalan mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini.

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diyakinkan bahwa doa sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Melalui doa kita menyatakan ketergantungan kepada-Nya. Perjalanan dan pergumulan hidup membuat kita perlu memohon pertolongan kekuatan dan petunjuk jalan yang kita tempuh dan sesuai dengan rencana Allah. Doa tidak harus penuh kata-kata diucapkan. Roh Kudus akan menolong kita berdoa menyampaikan keluh kesah yang kita alami. Kita yakin bahwa sepanjang kita menyerahkan hidup kepada-Nya dan mengasihi-Nya, maka Allah bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita. Kita adalah orang yang “dipilih dan dipanggil”. Pemilihan dan panggilan selalu terjadi dalam hubungan Bapa dengan anak-anak-Nya. Predestinasi memberitahu kita tentang tujuan dan persiapan bagi yang dipilih-Nya. Dengan status itu maka tidak akan ada yang mampu menggugat kita dan menghukum kita. Kuasa iblis dan kuasa apapun tidak akan melebihi kasih Allah kepada kita, yang telah merelakan Anak-Nya untuk mati bagi kebebasan kita. Tidak akan ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Oleh karena itu, karena kasih-Nya itu, kita perlu bersyukur dan berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya dan khususnya bagi kemuliaan nama-Nya. Tuhan Yesus memberkati.

 

Kabar dari Bukit Minggu 19 Juli 2020

Kabar dari Bukit

LALANG DAN GANDUM

”Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (Mat. 13:30)

 

Firman Tuhan hari Minggu ini bagi kita dari Mat. 13 ayat 24-30 dan ayat 36-40. Bagian pertama menceritakan perumpamaan dari Tuhan Yesus tentang lalang yang tumbuh di antara gandum, dan bagian kedua berisi penjelasannya. Ternyata di antara benih gandum yang ditabur, sering tumbuh lalang. Dan itu adalah kerja Iblis si jahat, musuh yang menaburkan benih lalang yang sengaja mengganggu benih yang ditaburkan Tuhan.

Kita hidup di dunia yang tidak steril, tidak terisolasi. Taburan beragam nilai datang dari segala penjuru, melalui berbagai cara dalam dinamika kehidupan: di rumah, gereja, lingkungan, media, buku, film dan lainnya; semua akan ikut mempengaruhi dan tidak mudah untuk membendungnya. Sejarah juga penuh dengan tindakan perbuatan baik, tetapi selalu disertai adanya perbuatan jahat dari pihak lain. Ya, kadang ada juga perbuatan baik yang berbungkus niat jahat. Tentu yang dilihat adalah akhirnya, tetaplah itu jahat.

Oleh karena itu kunci dari semuanya kembali ke manusianya, diri kita sendiri. Kitalah yang membuat diri kita seperti apa gambar dan rupa kita. Kita ingin bertumbuh bagaimana dan menjadi apa? Kita yang mengelola informasi dan pengaruh yang masuk ke dalam hati dan pikiran kita. Dan, kita juga yang memilih mengambil setiap tindakan dan keputusan, yang semua berdampak bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Untuk itu jadilah seperti murid yang terus bertanya tentang maksud Tuhan (ayat 36).

Saya jadi ingat pesan bos saya dulu di Bukaka. Dia bilang, “kalau kamu berteman dengan orang pintar, maka kamu akan bertambah pintar. Berteman dengan orang kaya, kamu ikut menjadi kaya. Bila berteman dengan orang bebal dan bodoh, ya pasti tahulah hasilnya akan serupa dengan dia.” Saya juga selalu ingat pesan ayah saya sewaktu mau bersekolah ke Bandung: “Kamu akan bertumbuh dan menuju untuk ditempa menjadi emas. Jadilah emas, sehingga kalau pun kamu nanti jatuh ke lumpur atau ke selokan, kamu akan tetap emas. Tinggal siapa yang menemukan saja, sehingga melihat dirimu memang sangat berharga.” Kita juga belajar dari kehidupan, semua ada hikmah dan tujuannya.

Hidup yang berharga adalah hidup yang tumbuh dari benih yang baik, dirawat dan dipupuk dengan baik, dan terus berbuah terutama bagi orang lain. Untuk terus berbuah, kita memilih apa yang baik untuk diri kita. Iblis selalu bekerja sangat agresif mempengaruhi, melalui orang lain atau hal lainnya. Tanpa berprasangka dan menghakimi, tidak semua orang juga ingin melihat kita bertumbuh dan berkembang. Maka pintar-pintarlah memilih hal yang masuk ke hati dan pikiran. Pintar memilih teman, pergaulan dan lingkungan, semua hal yang kita lihat, kita dengar, baca, sentuh. Itu semua pilihan kita. Sebuah tantangan dan perjuangan.

Kita yang dipanggil dan percaya Tuhan Yesus dasarnya adalah benih yang baik. Kita ini di ladang dunia dan Tuhan membiarkan orang jahat kerja si iblis tetap ada bersama kita (ayat 30). Semua pasti untuk kebaikan, agar kita menjadi kuat. Tetaplah waspada dan berjaga, bila lalang yang tumbuh disekitar kita justru semakin banyak dan mengganggu, tidak mustahil kita yang akan mati dan lalang si jahat semakin meluas.

Mari kita anak-anak Allah, orang percaya dari benih yang baik, teruslah berbuah lebat, menabur benih, dan mengalahkan lalang. Kita yang menang kelak akan dipisahkan, bersorak-sorai menikmati, dan bercahaya dalam kerajaan sorga (ayat 42, Mzm. 126:5-6). Sementara mereka lalang yang jahat, nanti akan dikumpulkan dan dibakar. Ah, mengerikan, apalagi bila mereka itu keluarga kita, sahabat kita, atau bahkan orang lain yang tidak kenal. Maka lakukanlah sesuatu. Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Kabar dari Bukit Minggu 12 Juli 2020

Kabar dari Bukit

DITABUR DAN BERBUAH

 

”Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” (Mat. 13:9)

Firman Tuhan di hari Minggu ini, Mat. 13:1-9, 18-23, berkisah tentang perumpamaan dari Tuhan Yesus tentang seorang penabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat,  ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat (ayat 4-8).

Orang Yahudi yang berkerumun di pantai mendengar Yesus yang berbicara di perahu, mungkin tidak semua tahu artinya, apalagi maksud perumpamaan itu. Maklum, sebagian mereka adalah nelayan, bukan petani. Lalu Tuhan Yesus pun menjelaskan maksud-Nya, bahwa penabur adalah Dia sendiri atau hamba Tuhan pemberita firman, dan yang ditabur adalah firman Tuhan. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (ayat 19-23). Jadi kita lihat empat respons terhadap benih firman di tempat empat tanah yang berbeda.

Situasi ini mungkin cocok dengan kita setiap hari. Saya (dan teman-teman) memposting renungan firman setiap pagi, berharap agar setiap kita yang di grup WA/FB ini, memulai harinya dengan membaca firman Tuhan. Sebagai orang percaya, mestinya tiada hari yang lebih indah dari hal itu, memulai hari baru setiap pagi dengan berinteraksi dan mengerti maksud dan petunjuk Tuhan. Kalau memungkinkan, bernyanyi satu lagu pujian yang disiapkan dan berdoa, maka lengkaplah ritual untuk menyenangkan hati Tuhan. Bagi yang percaya dengan Tuhan dan campur tangan-Nya dalam kehidupan sehari-hari, itu sangat layak dilakukan. Tokh, aktifitas itu totalnya paling 10 menit, tergantung panjangnya doa.

Tetapi bisa banyak alasan kita cari untuk mengabaikan sesi saat teduh pagi tersebut: kesibukan tugas, tumpukan kerjaan pagi, merasa tidak penting dan lebih baik nonton TV dan bermalasan, atau ada beban pikiran dan berpikir itu tidak perlu, atau alasan mengabaikan lainnya. Ada juga kesalahan universal, yakni ketika seseorang menyampaikan renungan firman Tuhan, termasuk di mimbar gereja, yang dilihat adalah pengkotbah atau yang memposting. Kesalahan itu sama seperti seseorang menunjuk memperlihatkan bulan yang indah, tetapi yang dilihat jari telunjuknya, bukan bulannya. Namun, bila kita memiliki pilihan renungan pagi atau firman dari sumber lain, ya tidak masalah. Bagus. Yang penting, ada persekutuan dengan Tuhan kita setiap pagi. Janganlah bebal dengan mengeraskan hati dan pikiran tertutup.

Memberi respon setelah membaca renungan pagi, itu baik, paling tidak tanda bersyukur dan sukacita kepada Tuhan. Tetapi itu tidak mutlak, yang utama adalah firman renungan pagi dilihat bagaikan benih yang ditabur. Kitalah yang membuat dan menempatkan hati dan pikiran kita, apakah sebagai (emperan) pinggir jalan, atau tanah (gersang) yang berbatu-batu, atau malah bagaikan ladang semak duri. Semua kembali ke kita. Mengandalkan firman Tuhan di kebaktian Minggu saja, jelas tidak cukup memadai di tengah dunia keseharian saat ini yang semakin penuh tantangan, kekuatiran dunia, dan tipu daya iblis yang mendera.

Melalui nas minggu ini, Tuhan Yesus meminta hati dan pikiran kita di setiap pagi hari menjadi tanah yang baik, tanah yang gembur dan subur, dengan membaca dan mendengar firman pagi dan berusaha mengerti, dan firman itu berbuah berlipat ganda (ayat 8, 23). Berbuah artinya, terjadi perubahan oleh pembaruan budi. Tentu semua tergantung suasana hati dan pikiran kita saat itu: bisa timbul rasa penyesalan karena perbuatan dosa yang kita lakukan terhadap Tuhan dan sesama, atau mendapat pelajaran hidup baru dan hikmat sorgawi yang disampaikan, atau kita lebih bersyukur karena melihat kebaikan dan kebesaran Tuhan, atau refleksi lainnya.

Inti pembaruan budi melalui benih firman yang disampaikan setiap pagi, kita bertemu dan menyapa Tuhan dan dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Rm. 12:1). Dan jelas, Roh Kudus Allah kita yang hidup akan ikut campur tangan dalam hidup kita. ”Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Selamat hari Minggu dan selamat beribadah. Tuhan memberkati kita sekalian, amin.

Khotbah Minggu 19 Juli 2020

MENJADI ANAK-ANAK ALLAH

(Khotbah Rm. 8:12-25)

Bacaan lainnya: Kej. 28:10-19a; atau Yes. 44:6-8; Mzm. 139:1-12, 23-24 atau Mzm. 86:11-17; Mat. 13:24-30, 36-43

 

Pendahuluan

Kita tahu bahwa banyak orang Kristen yang belum memahami arti sebagai pengikut Kristus. Pola kehidupannya sering kali belum mencerminkan maksud dan kehendak Tuhan Yesus dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah, dan masih banyak yang hidup dengan pola manusia lama. Hal itu bisa tampak dari hal sederhana, misalnya, masih hidup dalam ketakutan: takut pada kegelapan, takut akan hari esok dan lainnya, sampai yang paling “berat” yakni wajib peduli dan berbuat baik terhadap orang lain. Firman-Nya berkata: “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa” (Yak. 4:17). Hal itu mungkin didasari belum dipahaminya rencana Allah dalam hidupnya dan juga janji pasti yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita. Melalui nas minggu ini kita diberi pengajaran tentang hidup sebagai anak-anak Allah dan sekaligus pewaris kerajaan-Nya saat ini hingga di kekekalan nanti.

Pertama: Kita adalah orang berhutang (ayat 12-13)

Kita tahu banyak orang yang merokok. Adanya keharusan pemerintah mencantumkan gambar-gambar yang menyeramkan di bungkus rokok dan tulisan "Merokok Membunuhmu" dengan tujuan untuk memberi kesadaran dan rasa takut kepada pembeli, tampaknya tidak efektif. Kenaikan pita cukai juga tidak terlalu menolong, meski dianggap terlalu kecil sehingga harga jual rokok masih murah dibanding di luar negeri. Oleh karena itu jumlah perokok di Indonesia terus bertambah dan bahkan sudah merembet ke dunia remaja muda. Industri rokok pun semakin jaya dengan keuntungan semakin besar. Para pemilik pabrik rokok menjadi orang-orang terkaya di Indonesia. Alasan orang tetap menjadi perokok jelas, yakni susah menghentikan sebab telah adanya racun di dalam tubuh (darahnya) berupa zat adiktif nikotin yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah yang menyebabkan kecanduan. Setiap saat racun ini meminta kembali nikotin yang memaksa perokok untuk kembali ingin mengepulkan asap rokok demi untuk memenuhi kebutuhan racun tadi. Dengan demikian dapat dikatakan, seolah-olah seorang perokok merasa berhutang bagi tubuhnya, bagi dagingnya, sehingga perlu "membayar" pada saat yang dibutuhkan. Kecanduan memenuhi keinginan tubuh dan daging bukan hanya merokok, hal lainnya bisa kita lihat pada kecanduan narkoba, alkoholisme, kecanduan seksual, makan berlebih yang berakibat menjadi mudah lapar, termasuk kecanduan yang bukan tubuh seperti judi, menonton film porno, dan lainnya.

Anehnya, semua orang tahu bahwa merokok tidak baik, banyak minum alkohol (berlebih) tidak baik, narkoba itu tidak baik. Namun tetap saja orang memulai dan akhirnya terjerat dalam hutang ketergantungan kepada daging. Mereka mungkin melupakan awalnya, bahwa memulai itu berarti membuat hutang pada tubuh. Betul ada jalan pemulihan, seorang perokok dapat menghentikan kebiasaannya dengan komitmen penuh. Kalau ada yang mengatakan tidak bisa, maka sebenarnya hanya belum memiliki komitmen kuat. Lain lagi, memulihkan seseorang yang terjerat alkoholisme, ini memerlukan biaya yang besar. Sama dengan narkoba, biasanya harus masuk panti khusus pemulihan yang membutuhkan biaya besar dan menjalani proses "siksaan" pada tubuh untuk menetralisir tubuh yang sudah terkontaminasi racun-racun yang ada di dalam darah. Untuk masuk dalam proses pemulihan itu pun memang perlu ada "kesadaran" sehingga proses pemulihan menjadi lebih mudah dan tidak merasa terlalu berat. Seseorang harus proaktif dalam memenangkan peperangan yang dipakai iblis melalui kedagingan kita. Dalam hal ini "kerjasama" dibutuhkan antara tubuh dengan roh (kesadaran) untuk proses pemulihan.

Namun banyak yang membuktikan, kesadaran dan kekuatan dari roh (kecil) kita saja tidak cukup untuk dapat melawan mematikan racun-racun tubuh itu. Seorang perokok atau pecandu narkoba biasanya bisa berhenti sebentar namun kumat lagi. Orang yang merokok kalau tidak sadar tujuan hidupnya, akan mudah kembali kecanduan. Demikian juga dengan kecanduan lainnya, sehingga yang dilakukan dalam pemulihan sering tidak efektif. Oleh karena itu, panti pemulihan alkohol dan narkoba yang dilengkapi dukungan kerohanian dengan memperkenalkan Tuhan Yesus biasanya lebih efektif. Seseorang yang mengenal Tuhan Yesus tentunya memahami bahwa mengikuti keinginan dengan membayar hutang kepada tubuh dan daging adalah sesuatu yang sia-sia dan membawa kita pada kematian. Juga perlu dibayangkan, berapa nilai rokok yang kita bayar, harga narkoba dan alkohol yang kita harus beli, semua hanya membentuk hutang kepada tubuh, yang kita harus membayarnya setiap saat sebelum dipulihkan. Ini masih ditambah dengan kerusakan tubuh. Apalagi, untuk membeli semua kebutuhan yang merusak itu harus mengorbankan keperluan yang lebih penting, untuk anak, keluarga, berobat dan lainnya. Dalam hal ini bukan saja kematian fisik yang terjadi, tetapi juga kematian secara rohani, sebab kita melakukan hal yang tidak berkenan kepada Tuhan (Gal. 5:16-18; Ef. 6:12; 1Pet. 2:11). Oleh karena itu, hanya Roh Allah yang bekerja dalam kesadaran dan komitmen (roh kita) yang dapat menghentikan semua kecanduan itu. Nas minggu ini menuliskan, "jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup." Roh itulah yang menghidupkan seseorang pecandu dari penyakit yang merusak dan sekaligus memahami arti kehidupan ini untuk tidak dijalani dengan sia-sia, hanya memuaskan diri sendiri, dan tidak peduli dengan orang lain.

Kedua: Kita tidak dipimpin roh perbudakan (ayat 14-17a)

Rasul Paulus menggunakan kata adopsi sebagai ilustrasi hubungan baru orang percaya dengan Tuhan. Ia menggunakan kata Yunani hiuos yang berarti "anak yang sudah diangkat secara sah." Di dalam budaya Romawi, seseorang yang diadopsi oleh keluarga lain, maka hak-haknya pada keluarga lama akan hilang, namun akan mendapatkan hak-hak dari keluarga yang baru. Dengan demikian ayat yang dipakai dalam nas ini menggambarkan posisi orang percaya, ketika menjadi orang Kristen dan lahir baru kita diangkat menjadi anak-anak Allah (Yoh. 1:12; 3:4-5), maka kita pun memiliki hak penuh dan istimewa sebagai anak (Gal. 3:26; 4:5; Ef. 1:5). Salah satu keistimewaan menjadi anak-anak Allah adalah hubungan kita dengan Allah Bapa menjadi begitu dekat. Kita dapat memanggil dengan panggilan akrab, yakni: Abba, yang berarti Bapa. Kata Abba berasal dari bahasa Aram yang sering digunakan pada saat kehidupan sehari-hari Tuhan Yesus. Perkataan "ya Abba, ya Bapa" juga merupakan seruan Tuhan Yesus tatkala Ia berdoa di bukit di Getsemani (Mar. 14:36; Gal. 4:3-9).

Dengan hubungan yang dekat dan mesra antara kita anak-anak-Nya dengan Allah, kita tidak lagi menjadi budak-budak yang was-was dan takut (2Tim. 1:7); melainkan kita adalah anak-anak "Tuan Besar". Sungguh alangkah menyenangkan, roh perbudakan itu telah lenyap. Roh perbudakan pada dasarnya adalah akibat pemahaman hukum Taurat yang membangkitkan rasa takut dan mencoba menyenangkan Allah dengan cara-cara yang sia-sia. Allah telah memberikan kita hadiah kasih karunia terbesar dalam hidup kita, yakni: Yesus Kristus, pengampunan, dan kemerdekaan. Dengan menerima Yesus, kita masuk ke jalan kemenangan dan kehidupan kita dipimpin oleh Roh Kudus (Gal. 4:5-6), serta kita dimampukan mematikan perbuatan-perbuatan tubuh dan menganggap kecenderungan dan kuasa dosa di dalam tubuh sudah mati (band. Rm. 6:11; Gal. 5:24). Kita menjadi tahu tentang makna dan hakekat kehidupan yang sebenarnya, yakni kasih karunia. Kita memiliki tujuan hidup yang sekaligus menjalankan misi Allah sambil mengucap syukur, sambil terus mematikan keinginan daging sebagai bagian ketaatan kita pada-Nya (Rm. 1:5). Nilai sebuah kemenangan sangat tinggi sesuai dengan perjuangan yang kita korbankan. Konsekuensi positif lainnya, secara sadar kita dapat mengabaikan pencobaan kedagingan yang sering dimanfaatkan iblis (Gal. 6:8).

Keistimewaan lainnya sebagai anak yang sah, kita menjadi pewaris dari keluarga kerajaan Allah. Kita mendapat hak penuh sebagai pewaris dari keluarga sorgawi (Gal. 4:7; Ef. 3:6). Kita memperoleh bagian dari kekayaan sorga bersama orang percaya lainnya, berhak menerima janji-janji Allah. Kasih Bapa kepada kita sebagai anak-anak-Nya sama dengan kasih bagi Anak-Nya yang tunggal yakni Yesus Kristus (Yoh. 14:21, 23; 17:23). Mungkin kadang kala kita tidak merasa bahwa kita adalah anak-anak Allah. Iblis akan mengganggu dan menggoyang iman kita, namun Roh Kudus adalah saksi atas sikap dan keberadaan kita. Kehadiran-Nya di dalam hati mengingatkan (kembali) siapa kita dan menguatkan diri kita dengan kasih Allah Bapa (Rm. 5:5; Tit. 2:11-12). Ia menjamin kehidupan yang kekal, dan meneguhkan kita atas setiap permintaan kebutuhan sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.

Ketiga: Kita masih mengeluh dan menderita (ayat 17b-23)

Sebagai ahli waris kerajaan Allah, cobaan dan penderitaan tidak otomatis lepas dari kehidupan kita. Orang percaya harus menghadapi berbagai jenis penderitaan yang mungkin terjadi. Kadang pencobaan datang tidak terduga dan terselami seperti yang dialami Ayub. Pada awal abad pertama, orang Kristen menghadapi pencobaan berupa pengucilan dan penyiksaan yang berdampak dalam kehidupan sosial ekonomi, bahkan termasuk risiko kematian. Demikian juga kita saat ini harus siap menghadapi risiko yang akan datang, dan siap membayar harga untuk itu. Di beberapa belahan dunia ini, ada tekanan-tekanan yang harus diterima oleh orang Kristen, dalam kegiatan dan karier di pemerintahan atau perusahaan, termasuk dalam pekabaran Injil. Kita di Indonesia yang mengaku sebagai negara yang memiliki toleransi tinggi, juga mengalaminya di beberapa daerah. Kekristenan tidak otomatis menjadi mulus dan langsung memuaskan. Namun itu tidak boleh menghentikan pola hidup sebagai orang Kristen yang harus melayani sesama, membela ketidakadilan, membela nilai-nilai hakiki yang universal, yang selalu mempunyai harga. Namun betapa pun beratnya, perlu kita ingat beban itu tidak akan melebihi yang ditanggung oleh Yesus pada masa pelayanan-Nya untuk dapat membela dan menebus kita dari dosa dan penderitaan kekal.

Betul, Allah telah menciptakan dunia dan alam semesta ini dalam keadaan amat baik (Kej. 1:31). Kejatuhan Adam ke dalam dosa merusakkan semua konsep dan ciptaan. Dosa menyebabkan seluruh ciptaan menjadi jauh dari nilai-nilai hakiki saat awal Tuhan menciptakan. Manusia hanya makan dari buah-buahan pohon dan dedaunan di Taman Eden (Kej. 2:9, 16), kemudian boleh makan daging hewan setelah peristiwa penyelamatan Nuh dengan air bah (Kej. 9:3-4). Ini mungkin konsekuensi keserakahan. Akibatnya, semua mengalami kerusakan nilai-nilai hakikinya akibat dosa Adam hingga peristiwa Nuh. Alam semesta juga semakin menanggung berbagai kerusakan akibat bencana alam, seperti gempa, tsunami, ledakan gunung, kekeringan, banjir, dan kerusakan lingkungan hidup lainnya. Memang semua ini masih dalam kendali kehendak-Nya akibat ketidaktaatan manusia. Semua makhluk mengeluh dalam pengertian ketidak puasan, namun harus menyadari keluhan sebagaimana orang bersalin pasti menghasilkan hidup baru dan kelegaan. Alam dan manusia mengharapkan pelangi baru sebagai tanda kasih Allah. Dunia mengalami kefrustasian dan terbelenggu dalam kelemahannya, sehingga tidak dapat memulihkan hakekat nilai asli sesuai dengan tujuan Tuhan.

Orang Kristen perlu melihat dunia ini sebagaimana adanya, dunia yang semakin melorot dan secara rohani dosa telah merasuk. Alkitab yang kita imani mengatakan suatu saat Tuhan pasti memulihkan semua ciptaan-Nya, terbebas dan ditransformasikan. Bersamaan dengan masa yang datang itu, semua berharap adanya pemulihan anak-anak Allah dibangkitkan. Namun kita orang percaya tidak perlu pesimis, sebab ada pengharapan kemenangan di masa depan. Sementara itu, orang Kristen di dunia ini terus bersaksi dan berbuah dengan menyembuhkan penyakit masyarakat, baik fisik, ekonomi, sosial maupun jiwa-jiwa yang masih haus akan kedamaian dan sukacita yang telah dirusak oleh iblis. Kita juga akan dibangkitkan dengan tubuh kemuliaan sebagaimana tubuh Yesus setelah kebangkitan-Nya yang saat tinggal di sorga (1Kor. 15:25-58). Pembebasan tubuh kedagingan berarti bebas dari rasa sakit dan penderitaan akan berlalu bagi setiap orang percaya. Perubahan lengkap tubuh dan kepribadian kita kelak akan dinyatakan setelah kehidupan saat ini, ketika kita menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh. 3:2). Kita telah mendapatkan "karunia sulung" berupa pemberian pertama atau uang muka yakni Roh Kudus sebagai jaminan semua pembebasan itu (2Kor. 1:22; 5:5; Ef. 1:14).

Keempat: Mengharapkan yang tidak dilihat (ayat 24-25)

Rasul Paulus dalam bab-bab sebelumnya telah menyodorkan ide yang berdasarkan pandangan hidup di dunia Romawi saat itu, bahwa keselamatan ada di masa lampau, di masa kini, dan di masa mendatang. Di masa lampau kita diselamatkan pada saat kita pertama kali mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat. Kehidupan kita yang baru yakni jaminan hingga kekekalan dimulai pada saat pengakuan itu (Rm. 3:24-25; 5:8-11; 8:1). Pada saat ini kita tetap diselamatkan dalam sebuah proses berkelanjutan dan pengudusan. Kekalahan sesaat kita terhadap iblis tidak menghapus janji dan jaminan keselamatan, sepanjang kita memperlihatkan sikap penyesalan dalam dan pertobatan. Di saat yang sama kita akan menerima penggenapan seluruh upah dan berkat dari keselamatan yang menjadi milik kita, ketika nanti kerajaan Kristus dinyatakan utuh sempurna sepenuhnya. Ini merupakan keselamatan kita di masa mendatang. Kita berkeyakinan penuh atas seluruh keselamatan itu, teguh memandang dengan penuh pengharapan dan iman. Pengharapan adalah sauh yang kuat untuk menjaga agar kita tidak terombang-ambing dalam menghadapi pergumulan hidup sehari-hari (Ibr. 6:19), dengan demikian kita diberi jalan yang menyelamatkan melalui pengharapan.

Namun, tetap kita perlu memahami pertanyaan dasarnya: Apa yang kita nantikan dalam menyongsong pasca hidup kita di dunia ini? Sesuatu yang kita lihat saat ini bukanlah pengharapan melainkan realitas yang dihadapi tanpa perlu keluhan. Sejatinya, sesuai dengan gambaran yang diberikan Alkitab, kita mengharapkan tubuh yang baru, keluarga dan rumah yang abadi, sebuah bumi baru dan langit baru, kedamaian dan kelimpahan berkat, ketiadaan dosa dan penderitaan, dan yang terutama kita dapat bertatap muka dengan Tuhan Yesus sebagai sumber pengharapan kita! Seperti gambaran kitab Wahyu, kita/mereka "tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka" (Why. 7:16-17). Kita melihat ke depan menunggu pada bumi baru dan langit baru sebagaimana yang Allah janjikan, bebas dari perbuatan dan konsekuensi dosa. Gambaran itu tidak bisa kita uraikan sebagaimana dikatakan firman-Nya: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9). Semua ditaklukkan melalui pengharapan.

Adalah sesuatu yang alamiah untuk seorang anak mempercayai penuh orangtuanya, meskipun kadang kala orangtuanya tidak bisa memenuhi janjinya karena keterbatasan tertentu. Tetapi, Bapa sorgawi kita, bagaimanapun, tidak akan pernah mengabaikan janji yang diberikan-Nya (Ibr. 6:13; 2Pet. 3:9). Namun daripada berlaku seperti anak yang tidak sabar menunggu semua dinyatakan di dunia ini, lebih baik kita tetap meletakkan iman di dalam hikmat dan kebaikan Allah. Betul, kadangkala, waktu yang diberikan-Nya jauh dari pengharapan kita. Rencana-Nya tidak terselami dan bisa jauh dari perkiraan kita. Namun kita percaya rencana-Nya adalah yang terindah. Kita diberi berbagai peristiwa untuk menguji kesabaran kita, ketaatan kita, dan terutama ketekunan kita dalam penantian itu (2Tim. 2:12; 1Pet. 4:13). Ketidaksabaran seorang anak harus diisi dengan menjalankan tugas panggilan, bukan dengan keluhan atau gerutuan. Itulah yang membuktikan bahwa kita adalah anak-anak sejati yang berhak atas tubuh kemuliaan menggantikan tubuh fana ini. 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diingatkan kembali tentang hak-hak kita sebagai anak-anak Allah, yakni kita tidak perlu berhutang (lagi) kepada tubuh dan kedagingan, melainkan kita berhutang kepada Yesus yang telah menyelamatkan hidup kita. Kita tidak perlu lagi berhutang wajib memenuhi keinginan tubuh sehingga ada ketergantungan, keterikatan, kecanduan yang membuat kita sebagai budak dari tubuh. Sebagai anak-anak Allah yang sudah dimerdekakan dan diberi kuasa Roh Kudus, kita tidak lagi memiliki roh perbudakan, bahkan kita adalah ahli waris yang sah dari Allah Bapa. Namun, dalam menanti penggenapan warisan kerajaan sorga itu, kita masih perlu berkorban dan bahkan menderita di dunia ini, yang hal itu sebagai ujian ketaatan dan kasih kita kepada Bapa. Ujian juga dimaksudkan agar hal yang kita akan terima nanti memang merupakan sesuatu yang istimewa, yang kita sendiri tidak bisa bayangkan dan gambarkan keistimewaannya. Yang jelas, warisan kerajaan sorga itu pasti melebihi gambaran dan penglihatan yang kita miliki, sebab kalau kita sudah melihatnya di dunia ini, maka itu bukan lagi pengharapan. Namun untuk semua itu, kita perlu bertekun dalam segala ujian dan pengharapan itu, disertai rasa syukur sehingga kita terbukti adalah anak-anak Allah yang sejati. Tuhan Yesus memberkati.

 

 

Khotbah Minggu 12 Juli 2020

NOT GUILTY!!!

(Khotbah Rm. 8:1-11)

Seseorang yang disidang pengadilan pasti mengharapkan kata-kata yang singkat dari hakim: "Tidak Bersalah. Bebas". Demikian juga pengharapan kita semua tatkala nanti di akhir zaman, saat pengadilan Allah dilaksanakan, kita berharap kata-kata itu yang diberikan sehingga kita bebas, selamat tidak masuk ke dalam penghukuman.

Firman Tuhan hari Minggu ini Rm. 8:1-11 berpesan tentang Hidup oleh Roh. Nas ini menggolongkan secara sederhana dua tipe manusia: yang didominasi oleh sifat-sifat berbuat dosa, dan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Yang pertama, yakni manusia daging berkecendrungan dan senang berbuat dosa, termasuk meremehkan dosa dan kesombongan. Keinginan kedagingan ini lebih jahat saat bersatu dengan roh iblis, dengan tujuan melawan dan menjadi seteru Allah. Kalau kita melihat Gal 5:19-21, daftar dosa ini sungguh amat panjang.

Pilihan kedua yakni dipimpin Roh Allah, Roh yang memerdekakan, Pribadi penuh kuasa yang membuat orang percaya menjadi lahir baru, melalui sidi maupun pertobatan. Kuasa ini diberikan kepada kita orang percaya untuk mampu hidup seturut dengan kehendak-Nya (band. Yoh 3:6; Kis 1:3-5). Tidak ada alasan untuk berkelit tetap berkubang dalam dosa. Allah berinkarnasi menjadi manusia Yesus, salah satunya bertujuan memperlihatkan manusia Yesus bisa hidup tidak berdosa. Kehidupan Yesus dalam perbuatan dan sikap digambarkan sedemikian jelas, termasuk mengembangkan intelektualitas-Nya dengan rajin belajar tentang Taurat dan tradisi Yahudi. Itu semua bagian kemanusiaan-Nya. Dan yang paling diperlihatkan melalui kehidupan Yesus adalah kerendahan hati-Nya (Flp 2:7), sikap taat dan berserah dalam melewati pencobaan, serta berpuncak dengan berkorban dan mengutamakan tugas dari Allah Bapa.

Seorang Kristen sejati perlu bertanya pada diri sendiri: "Apa yang Yesus ingin saya lakukan?" Apakah yang saya lakukan ini menyenangkan hati Allah? Lihat petunjukNya (Yoh 16:13-15; 2Tim 3:16-17). Apabila pemahaman dan buah itu tidak tampak, maka kita perlu mengkoreksi diri dan bertanya: apakah saya seorang Kristen sejati? Melalui pimpinan Roh, kita memperoleh kekuatan dan hidup baru yang memungkinkan mampu mengatasi dosa. Iman, ketaatan dan penyerahan diri menjadi syarat mutlak dalam memperoleh Roh yang memerdekakan itu untuk mendapatkan kemenangan. Roh itu mampu membangkitkan dan menghidupkan kita dari setiap keterpurukan di dunia ini.

Kehidupan manusia tidak berakhir hanya dengan masa yang pendek ini saja. Tak dapat dihindari, manusia harus mati karena dosa. Oleh karena itu, ketika seseorang jatuh dikuasai oleh kedagingan dan iblis, segeralah berpaling, bertobat, hidup oleh Roh. Maka dasar pertimbangan Allah kelak dalam pengadilanNya adalah pemberian anugerah kasih karunia yang membuat kita dinyatakan: “Tidak bersalah. Bebas.” Haleluya. Selamat hari Minggu dan beribadah, Tuhan memberkati, Amin.

 

Pdt. Em. Ramles Manampang Silalahi

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 12 guests and no members online

Login Form