Sunday, May 19, 2024

Khotbah Minggu 8 Desember 2013

Khotbah Minggu 8 Desember 2013


Minggu Adven II tahun 2013


TARUK DARI PANGKAL ISAI AKAN TERBIT

(Rm 15:4-13)

 

Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 11:1-10; Mzm 72:1-7, 18-19; Mat 3:1-12

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.


Ayat Rm 15:4-13 selengkapnya dengan judul: Orang yang lemah dan orang yang kuat

 

15:4 Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci. 15:5 Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, 15:6 sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. 15:7 Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah. 15:8 Yang aku maksudkan ialah, bahwa oleh karena kebenaran Allah Kristus telah menjadi pelayan orang-orang bersunat untuk mengokohkan janji yang telah diberikan-Nya kepada nenek moyang kita, 15:9 dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmat-Nya, seperti ada tertulis: "Sebab itu aku akan memuliakan Engkau di antara bangsa-bangsa dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu." 15:10 Dan selanjutnya: "Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya." 15:11 Dan lagi: "Pujilah Tuhan, hai kamu semua bangsa-bangsa, dan biarlah segala suku bangsa memuji Dia." 15:12 Dan selanjutnya kata Yesaya: "Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." 15:13 Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.

 

----------------------------------

 

Pendahuluan

Minggu lalu kembali kita masuk pada awal kalender gerejawi dan masuk dalam tahun A menurut sistim leksionari. Sesuai dengan pedoman, ada empat nats bacaan sebagai dasar khotbah yakni kitab Injil, Surat-surat rasuli, Mazmur, dan Perjanjian Lama. Pada tahun A di 2013-2014 ini, kitab Matius adalah dasar khotbah dari Injil. Namun dalam tahun ini, khususnya mulai minggu kedua adven, mengingat kita sudah membahas kitab Lukas pada tahun C yang lalu, maka kita akan memilih bacaan dari surat-surat rasuli sebagai bahan dasar renungan kita.

 

Bacaan minggu ini diambil dari Rm 15 tentang pentingnya kita belajar perjanjian lama, sebab banyak hikmat yang diberikan dan khususnya janji di dalamnya. Janji datangnya Mesias melalui tahta Isa dan Daud telah menjadi kenyataan 2000 tahun lalu. Melalui nats yang kita baca, kita diberi pelajaran kehidupan sebagai berikut.

 

Pertama: pengharapan oleh ketekunan dari PL (ayat 4)

Hal yang dimaksudkan pada kalimat "segala sesuatu yang ditulis dahulu" merupakan kitab Perjanjian Lama (PL) dan bukan mengacu kepada surat-surat dalam Perjanjian Baru (PB) yang sudah beredar pada saat itu. Memang ini menjadi hal yang prinsip bagi umat Kristiani, mengapa kita tetap menganggap PL itu sebagai kitab suci, meski kisah perihal Tuhan Yesus secara spesifik ditulis dalam PB. Hukum Taurat yang merupakan salah satu inti dalam PL juga telah “diperbaharui” dengan semangat kasih yang lebih besar, tidak hanya dibaca secara harafiah sebagaimana layaknya umat Yahudi saat itu dan juga pada masa kini.

 

Namun kita tetap perlu berpegang pada kitab PL sebab itulah yang mendasari PB. Tanpa PL maka PB seolah kisah dan janji yang terputus dan melayang. Kitab suci memang tidak hanya berisi aturan dan norma etis saja, melainkan juga suatu risalah gambaran masa lampau alam semesta ini dengan segala isinya dan nubuatan eskatalogis akan masa depannya. Memang yang dimaksudkan bukan harus dalam pengertian sejarah atau antropologis lengkap, sebab kitab suci bukanlah kitab sejarah. Maka berdasarkan hal itu, kita bisa mengatakan bahwa kitab PL (bersama PB) adalah yang terbaik dari seluruh kitab suci yang ada. Di samping tentang pengenalan kita akan Allah sebagai Pencipta alam semesta dan isinya, dan terjadinya kejatuhan dosa pada manusia, hal utama lainnya pada kitab PL adalah: Pertama, kitab PL merupakan dasar dari segala janji keselamatan - yang sudah digenapkan sebagian dalam PB dan kegenapan sepenuhnya akan terjadi pada kedatangan Yesus kedua kalinya. Kedua, kitab PL berisi banyak sejarah jatuh bangunnya pribadi, pemimpin, kelompok dan bangsa-bangsa yang menjadi pelajaran penting bagi setiap umat dan pembacanya. Ketiga, kitab PL banyak berisi hukum moral dan hikmat yang menuntun orang percaya dalam bertindak sebelum amanat hidup baru dalam PB.

 

Oleh karena itu, nats minggu ini mengatakan bahwa kita dapat belajar tentang pengharapan, ketekunan dan penghiburan dengan membaca kitab PL, sebab begitu banyak kisah dan pengalaman manusia sebagai pribadi, kelompok, suku dan bangsa (Israel) yang dapat kita petik dan jadikan sumber inpirasi dan referensi. Ini sangat penting dan berharga bagi kehidupan praktis. Demikian juga kita dapat melihat bahwa mereka yang setia dan bertahan dalam pencobaan di jalan yang sulit, maka Tuhan akan memberi kekuatan dan menjadi pemenang. Ketabahan dalam jalan Allah menjadi ujian bagi orang percaya untuk tetap setia dan berserah. Sementara bagi mereka yang tidak setia dan jahat maka Tuhan akan memberikan hukuman. Semua kisah itu menjadi janji-janji dan pedoman Allah. Dapat dikatakan, mengetahui PL dan memahaminya akan mempengaruhi perilaku dan sikap kita secara langsung. PL memberikan firman dan kisah sebagai sumber inspirasi kekuatan dan pengharapan, maka kitab PB memberikan Tuhan Yesus sebagai sumber kekuatan itu sendiri.

 

Kedua: Rukun dan terimalah satu yang lain serta layani (ayat 5-7)

Salah satu masalah yang paling besar di bumi ini adalah tidak adanya kebersamaan. Kebersamaan merupakan energi yang dahsyat dalam memecahkan masalah. Sebaliknya egoisme dan berpikir sempit hanya untuk kepentingan diri sendiri atau apatisme jelas membuat masalah semakin membesar dan melebar. Hal itu dapat kita lihat ketika manusia lebih banyak membelanjakan hal-hal yang tidak perlu seperti persenjataan dan perang sementara masih begitu banyak masalah kelaparan dan kemiskinan yang melanda. Demikian juga dengan pertikaian antar suku, ras, golongan dan agama (SARA) jelas bukan sesuatu yang produktif. Tapi itulah kelemahan manusia yang dimanfaatkan oleh iblis.

 

Allah menciptakan keragaman dengan kesetaraan. Nats ini diberikan Tuhan melalui Rasul Paulus sebab gereja Roma saat itu berisi keragaman jemaat: Yahudi dan bukan Yahudi, yang kaya dan miskin, majikan dan hamba. Mereka tidak bisa menikmati keragaman itu dan bahkan mempertahankan gengsi. Padahal, Allah menciptakan kesetaraan: warna hitam setara dengan warna putih, kuning atau biru; warna hitam dapat memberi aksentuasi, tidak selamanya berkonotasi gelap. Kita diberikan realitas perbedaan adalah untuk mencari keseimbangan. Kaya-miskin dimaksudkan untuk terjadinya kesejahteraan. Pintar-bodoh dimanfaatkan untuk terciptanya pengajaran dan hikmat. Kuat-lemah diharapkan menjadi ikatan yang lentur dan sigap. Majikan dan pekerja ada untuk produktifitas. Oleh karena itu melalui ayat dalam nats ini disebutkan agar mereka yang imannya kuat membantu mereka yang imannya lemah. Dasar imannya kuat mungkin karena lebih pintar dan menjadi sombong (band. 1Kor 8:1). Tujuannya agar saling memperhatikan dan menolong. Harmoni dalam kerukunan adalah tujuan dari semua perbedaan.

 

Maka dalam perbedaan itu kita diminta untuk terbuka, yang kuat menerima yang lemah, dan yang berkecukupan berbagi dengan yang berkekurangan. Kita kuat dalam satu bidang tetapi mungkin lemah dalam bidang lain. Saling mengisi. Tentu sangat bagus mengetahui kedua hal ini, agar kita bisa menghindari banyak terlibat dalam bidang yang lemah ini dan membuat kehidupan rohani kita terganggu. Kita menyenangkan hati Allah hanya dengan cara menyenangkan hati sesama. Pertengkaran apalagi permusuhan karena perbedaan dengan sesama membuat Allah berduka. Semua itu hanya dapat terwujud apabila kita satu hati dalam melihat tujuan Allah, yakni kebaikan bagi semua dan tidak ada yang lepas dari keselamatan. Cukup sudah kedukaan Allah melalui pemusnahan di masa Nuh dan disalibkannya Tuhan Yesus, kita tidak perlu menambahinya. Maka berusahalah rukun dan terimalah satu akan yang lain, sebagaimana Kristus telah menerima kita orang yang hina dan berdosa (band. 1Kor.1: 10; Ef 4:3; Flp 2:2). Kristus adalah kuncinya yang dibuat sebagai teladan dan batu penjuru dalam kehidupan.

 

Ketiga: Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya (ayat 8-11)

Kristus hadir di bumi untuk melayani. Ia datang bukan untuk dilayani dan dengan keteladanan itulah Yesus memperlihatkan kasih sebagai dasar kerukunan dan persatuan (band. Yoh 17:21; Mzm 69:9). Itulah tujuan Dia datang dan menjadi manusia. Kesamaan dalam melihat tujuan akan membuat kebersamaan dan damai sejahteranya kelompok, baik dalam wujud gereja, bangsa dan perkumpulan. Jadi di dalam setiap wujud kelompok itu tidak ada lagi perbedaan yang memicu konflik, semua dalam kesetaraan dan kebersamaan. Tidak tampak adanya kuat-lemah, kaya-miskin, majikan-pekerja, bos-anak-buah, perbedaan suku kedaerahan, bangsa dan bahasa, semua menjadi satu untuk menghasilkan sukacita bersama. Jadi mereka yang kuat (iman dan hal lainnya) yang pada umumnya orang bukan Yahudi pada masa itu, bisa menjadi berkat bagi orang lemah (yang pada umumnya orang Yahudi), sebagaimana Kristus Yesus telah melayani mereka.

 

Sukacita hanya bisa timbul ketika adanya persatuan itu. Pertengkaran tidak mungkin menimbulkan sukacita. Kita juga akan menikmati sukacita itu ketika bersekutu dengan Allah. Ada yang kita agungkan bersama, ada yang kita sembah, ada yang kita tinggikan. Dialah Yesus. Sikap kita adalah sikap memuji dan siap mengumandangkan kidung-kidung bagi kemuliaan Allah Bapa dan Tuhan kita Yesus Kristus. Simponi yang indah muncul ketika paduan variasi nada bahkan yang setengah nada (minor) sekalipun. Kuncinya adalah mencari aransemen yang bagus. Dalam kehidupan nyata itu semestinya bisa dipadu bersinergi sehingga semua orang bersukacita.

 

Salah satu bukti kedewasaan rohani adalah tatkala kita tidak lagi mengutamakan diri sendiri, melainkan menyebarkan kebaikan bagi banyak orang. Alangkah sukacitanya hati kita ketika melihat seseorang bangkit, pulih, tegak dari situasi yang pedih terpuruk. Gereja juga harus bersikap demikian. Kesiapan melayani semua manusia dan bukan hanya warga gereja, merupakan bukti penerapan keteladanan Yesus yang datang untuk semua. Itu tanda dan bukti gereja yang sehat. Janji itu akan menjadi milik semua ketika orang yang belum mengenal Kristus juga merasakan kasih dari kita sesama. Kebersamaan dan kesatuan orang-orang yang mengikut Dia, akan mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Dengan demikian maka seruan firman ini “bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya, pujilah Dia....” bukanlah hanya untuk kita saja.

 

Keempat: Taruk dari pangkal Isai akan terbit (ayat 12-13)

Pengharapan, keteguhan dan penghiburan yang menjadi pokok bahasan di awal tadi, menjadi kunci bagi terwujudnya semua kerinduan itu. Pengharapan harus menjadi pilihan pada setiap kesulitan dan pergumulan yang terjadi. Kita tidak boleh pesimis bahkan putus asa melihat keadaan saat ini: melihat pertentangan-pertentangan, perang, kesenjangan yang berbuah menjadi kejahatan dan kriminalitas. Kita harus bisa melihat setiap persoalan pasti ada titik lemahnya untuk masuk sebagai kunci penyelesaian. Kuasa Allah merupakan kekuatan yang tidak akan habis-habisnya untuk membereskan hal yang tidak dikehendaki, dan itulah dasar utama pengharapan kita. Itu kita dapatkan dalam firman dan untuk itu kita perlu taat.

 

Situasi yang dihadapi bangsa Israel sedemikian lama dalam penantian, hampir 400 tahun setelah nabi Maleakh yang membuat banyak orang berputus asa. Mereka tidak lagi memiliki keyakinan dan keteguhan. Mereka jauh dari pengharapan dan penghiburan atas kesusahan yang dihadapi. Sukacita menjadi hilang. Janji Allah dari keturunan Daud belum memberikan tanda-tanda. Kekuatiran semakin dalam seolah-olah Allah telah meninggalkan mereka. Maka suara Tuhan melalui Rasul Paulus memberikan peneguhan akan pengharapan baru sebagai kekuatan dalam menghadapi kehidupan. Pengharapan itu ada dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, sumber kehidupan.

 

Oleh karena itu itu dalam menyongsong perayaan lahirnya Tuhan Yesus di akhir bulan Desember ini, kita diminta untuk semakin rajin dan tekun membaca dan mendengarkan firman Tuhan. Marilah kita saling memperhatikan dan mendukung sesama, hidup dalam kerukunan dan saling melayani agar damai sejahtera terwujud dalam kehidupan berkelompok kita, baik di keluarga, gereja, kesukuan atau berbangsa. Ketika kita menerima orang lain, maka itu berarti kita juga mengakui karya Kristus ada pada orang itu.  Janji Tuhan keturunan tanduk Isa (Isa adalah ayah dari Raja Daud - 1 Sam 16:1) telah terwujud 2000 tahun yang lalu dengan lahirnya bayi Yesus dan menjadi pemenang ketika Ia dibangkitkan dan naik ke sorga (band. Why 5:5). Maka janji Tuhan kepada kita melalui firman-Nya juga akan diwujudkan sehingga kita menikmati hidup yang berkelimpahan bersama-sama dan khususnya bersama Dia Sang Raja.

 

Kesimpulan

Firman Tuhan minggu ini mengajarkan kita agar kita belajar firman Tuhan yang ada pada kitab PL dan PB. Hikmat Tuhan begitu kaya di dalamnya yang memberi kekuatan, keteguhan, penghiburan dan pengharapan. Kita perlu meneladani Yesus Kristus, yang telah menerima kita semua tanpa perbedaan demi kemuliaan Allah. Setiap orang percaya harus menerima orang lain apa adanya dan menjadikan rukun dengan melayaninya, bukan menjadi batu sandungan, tetapi menjadi berkat. Kita tidak diminta menonjolkan dan membedakan kuat-lemah, kaya-miskin, kulit hitam-putih, majikan pekerja, hamba Tuhan-anggota, sebab persekutuan umat Tuhan yang indah akan menjadi kesaksian bagi mereka yang belum mengenal-Nya. Ini merupakan tantangan besar bagi kita.

Tuhan memberkati.

 

(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min – Wasekum Badan Pengurus Sinode GKSI. Catatan bagi hamba Tuhan yang akan menyampaikan Firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian uraian diusahakan ada contoh/ilustrasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).

 

Khotbah Minggu 1 Desember 2013

Khotbah Minggu 1 Desember 2013


Minggu Adven I tahun 2013


HENDAKLAH KAMU JUGA SIAP SEDIA

(Mat 24:36-44)


Bacaan lainnya menurut Leksionari: Yes 2:1-5; Mzm 122; Rm 13:11-14

(berdasarkan http://lectionary.library.vanderbilt.edu/index.php)


Khotbah ini dipersiapkan sebagai bahan bagi hamba Tuhan GKSI di seluruh nusantara. Sebagian ayat-ayat dalam bacaan leksionari minggu ini dapat dipakai sebagai nats pembimbing, berita anugerah, atau petunjuk hidup baru.


Ayat Mat 24:36-44 selengkapnya dengan judul: Nasehat supaya berjaga-jaga

 

24:36 Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anak pun tidak, hanya Bapa sendiri." 24:37 Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. 24:38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, 24:39 dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. 24:40 Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; 24:41 kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. 24:42 Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang. 24:43 Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pada waktu mana pada malam hari pencuri akan datang, sudahlah pasti ia berjaga-jaga, dan tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. 24:44 Sebab itu, hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

 

-------------------------------------------

 

Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui, kalender gerejawi diawali dengan minggu adven selama empat minggu berturut-turut menjelang hari natal. Kata adven (adventus=Latin) berarti kedatangan. Minggu adven bermakna ganda, yakni minggu perayaan atas kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali pada 2000 tahun yang lalu, dan sekaligus adven merupakan minggu peringatan akan datangnya Tuhan Yesus untuk kedua kalinya (K4) ke dunia. Biasanya pada minggu adven pertama dan kedua, tema khotbah memberikan gambaran kedatanganNya yang kedua kali dengan gambaran eskatalogis, dan minggu adven ketiga dan keempat lebih kepada sambutan sukacita perayaan kelahiranNya dua ribu tahun lalu, karena kita telah diselamatkan olehNya. Kalau dalam peristiwa kedatangan di Betlehem digambarkan Tuhan Yesus datang sebagai Bayi Kudus yang lemah lembut, lahir di kandang domba dengan segala kerendahannya, maka kedatangan Yesus Kristus yang kedua digambarkan akan penuh dengan kemuliaan sekaligus sebagai akhir dari dunia dengan segala penghukuman dan penggenapan janji bagi yang percaya dan taat kepadaNya.

 

Bacaan Mat 24:36-44 dalam minggu pertama adven tahun 2013 ini memberikan gambaran yang eskatalogis tersebut. Kita memperoleh beberapa pelajaran hidup sebagai berikut.

 

Pertama: Tentang hari dan saat itu (ayat 36-39a)

Dalam bacaan yang paralel Luk 21:25-38 tentang hari dan saat itu (hari Tuhan) diberikan tanda-tanda perubahan alam semesta yang akan mendahului kedatangan-Nya yakni pada matahari, bulan dan bintang-bintang. Gangguan alam juga terjadi pada bumi sebab kuasa-kuasa langit akan goncang, yang disertai dengan adanya deru dan gelora laut serta menimbulkan katakutan pada umat manusia. Dalam kitab Matius 24 ini diberikan gambaran lain yakni tanda-tanda umum berupa datangnya mesias palsu dan adanya pertentangan antar bangsa (ayat 3-14), kemudian siksaan yang berat (ayat 15-28), kemudian tanda-tanda alam yang menakjubkan yang mengiringi kedatangan Tuhan Yesus di atas awan penuh dengan kekuasaan dan kemuliaan (ayat 29-35).

 

Kalau kita telaah dari seluruh Alkitab, memang ada banyak uraian dan gambaran mengenai tanda-tanda kedatangan Kristus yang kedua kalinya atau yang disebut dengan akhir zaman atau hari akhir itu. Meski banyak yang mencoba meramalkan tibanya hari itu dengan beberapa peristiwa alam dan sosial politik, namun sampai saat ini belum ada yang mampu mengartikan semua nubuatan Alkitab tersebut dengan penuh kepastian. Akan tetapi sangat baik juga kita tidak mengetahui kedatangan Kristus kedua kalinya. Apabila kita mengetahui tanggal atau tahun yang pasti, maka mungkin sikap kita akan berubah banyak, seperti kita akan bermalas-malasan dalam bekerja, memanfaatkan waktu yang tersedia untuk kesenangan diri sendiri, atau kecendrungan berbuat kejahatan dan berpikir tepat pada saat akhir-akhir waktunya kita akan bertobat.

 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu waktunya. Bahkan Ia sendiri sebagai Anak dan Utusan Allah tidak mengetahui waktu tersebut. Ini mungkin membingungkan sebab bagaimana mungkin Ia yang menyebut sama dengan Allah Bapa tidak mengetahuinya? Di sini yang perlu kita lihat adalah adanya kerendahan hati Yesus sebagai manusia (band. Dan 12:9). Ia merasa perlu mengatakan itu sebab tidak ada gunanya juga Ia mengungkapkan nubuatan yang pasti. Yang kita tahu pasti setelah kemuliaan itu ada pada-Nya maka Ia mengetahui tanggal yang pasti itu (band. Yoh 17:4-8). Tuhan Yesus memberikan gambaran tanda-tanda hanyalah agar kita dalam masa penantian ini semakin banyak melakukan seturut dengan kehendak-Nya, baik melalui gereja maupun kehidupan di luar gereja. Ini adalah jalan terbaik untuk mempersiapkan kedatangan Kristus dan hari Tuhan itu, yakni ketika semua orang diminta pertanggungjawaban kehidupan yang dijalaninya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah mati.

 

Kedua: kedatangan Anak Manusia (ayat 39b)

Apa yang perlu kita ingat adalah bahwa akan ada masa yang berat bagi isi dunia dan masa itu tidak bersifat lokal, sebagaimana peristiwa tsunami di Aceh tahun 2006 atau badai topan Hayan di Filipina baru-baru ini. Mereka yang mencoba menarik itu sebagai nubuatan dan menyerukan agar pengikutnya bersiap-siap dan menyerahkan seluruh hartanya adalah jelas mesias palsu. Ini yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam nubuatan tersebut. Yang penting bagi kita dan sadari, kedatangan Tuhan itu secara tiba-tiba dan seketika. Tidak cukup saat-saat yang ada untuk pertobatan dan memohonkan pengampunan. Pilihan hidup yang kita lakukan saat ini merupakan arah dari tujuan akhir hidup kita: neraka atau sorga. Tuhan kita itu juga mengetahui pasti kalau sikap kita itu hanya berupa kepura-puraan saja atau kemunafikan yang sejatinya tidak dikehendaki oleh-Nya.

 

Ada yang mencoba menafsirkan bahwa kedatangan Tuhan melalui tahapan dengan bertakhta di atas awan-awan untuk sementara waktu berdasarkan ayat-ayat dalam Mat 24:30 (band. Mat 26:64; Mrk 13:26; 14:62; Why 1:7). Tuhan Yesus digambarkan seolah-olah datang namun singgah sementara dan bertakhta dari awan-awan. Demikian juga penafsiran tentang masa seribu tahun yang kemudian dicoba dikaitkan dengan dengan masa kesengsaraan yang disebut dengan tribulasi (Mat 24:21), termasuk adanya periode sebelum (pra-tribulasi), mid-tribulasi dan pasca (post) tribulasi (band. Why 20:2-7). Adapula penafsiran tentang adanya pengangkatan orang kudus atau gereja yang mendasarkan pada ayat-ayat dalam 1Tes 4:16-17. Namun saya kira kita tidak perlu memikirkan hal itu atau menjadikan semuanya menjadi skenario yang diciptakan manusia. Hal pokoknya adalah Ia akan kembali datang, dan kedatangan-Nya secara tiba-tiba bagaikan pencuri malam, ada kejutan dan ketakterdugaan, jangan sampai kita terlelap tidak tahu apa yang sedang terjadi.

 

Memang disini perlu kita cermati ayat yang menjelaskan peristiwa air bah di masa Nabi Nuh yang melenyapkan semua yang berdosa, mungkin demikian pula digambarkan halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Ada pesan yang mendahului dan Nabi Nuh diselamatkan dengan keluarganya (beserta hewan dan tumbuhan), sebab hanya mereka yang berkenan pada Tuhan di masa itu. Semua orang jauh dari Tuhan dan melupakan pentingnya pertobatan dan pengampunan. Maka ada penafsiran bahwa kedatangan Tuhan Yesus nanti kedua kalinya, akan ada orang yang mengetahui atau menerima pesan atau tanda-tanda itu sebagaimana Nabi Nuh, sebelum Tuhan Yesus mengakhiri semua zaman ini. Bagaimana pun itu merupakan kerinduan bagi kita yang percaya dan taat kepada-Nya, sehingga kita lebih baik lagi dalam melakukan tugas dan panggilan yang diberikan kepada kita dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menjadi berkat dan pertolongan bagi orang lain. Nabi Nuh tidak menerima tanggal yang pasti datangnya air bah itu, tapi ia bertekun mempersiapkan bahtera dan tetap mengumandangkan pertobatan bagi semua orang.

 

Ketiga: Seorang akan dibawa dan yang lain ditinggalkan (ayat 40-41)

Hal yang dimaksudkan Tuhan Yesus dalam memberikan tanda-tanda bukanlah bertujuan agar kita menghitung-hitung atau membuat estimasi tanggal bulan dan tahun kedatangan-Nya, apalagi berspekulasi untuk kepentingan diri sendiri, melainkan agar kita selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Memang ada yang mengatakan bahwa sorga adalah tujuan hidup manusia yang ditafsirkan sebagai akhir dunia, akan tetapi itu bukanlah semata-mata tujuan hidup kita, apalagi dengan mengasingkan diri atau melakukan askese (pertapaan). Kita juga tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir dan menikmatinya. Kita harus bekerja di dunia ini dan terus berkarya hingga ajal datang menjemput kita, atau bilamana secara tidak terduga Kristus hadir untuk menjemput kita orang-orang percaya maka kita tetaplah orang yang siap dan waspada.

 

Tuhan Yesus juga mengingatkan bahwa tujuan sorga itu tidak bisa didasarkan pada kelompok atau ikatan dunia dalam bentuk keluarga, kerabat atau kelompok bangsa. Memang ada pemikiran pada bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa yang terpilih sehingga ada sikap arogansi dari keterpilihan itu. Namun melalui ayat yang kit abaca, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa keselamatan itu bersifat individu, pribadi lepas pribadi, sesuai dengan iman dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya. Seseorang diselamatkan bukan karena ia keturunan raja atau pejabat, bukan karena suku bangsa, bukan pula karena memiliki harta banyak dan telah menyumbangkan banyak bagi banyak orang, melainkan keselamatan didasarkan pada iman kepada Tuhan Yesus dan iman itu berbuah pada ketaatan dan perbuatan yang menyenangkan hati-Nya.

 

Keistimewaan sebagaimana bangsa Israel sudah tidak berlaku lagi sepanjang mereka tidak taat, dan demikian juga keistimewaan orang beriman juga tidak menjadi prioritas apabila dalam kehidupannya segala perbuatan dan tindakannya jauh dari imannya tersebut. Firman Tuhan berkata, banyak orang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih. Kita yang keluar dari kegelapan kepada terang menjadi bagian dari bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani, hanya terjadi apabila kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1Pet 2:9). Meskipun kebersamaan kita ada di dunia ini dalam ikatan keluarga yang kuat atau emosional yang tinggi, semua itu tidak ada artinya, sebab Tuhan akan membawa mereka yang taat, setia dan berbuah, dan akan meninggalkan mereka yang lupa akan panggilan keberadaannya di dunia ini. Apakah kebersamaan itu di ladang, di batu kilangan, bahkan di tempat tidur (sebagai suami istri), maka itu tidak berarti apa-apa.

 

Keempat: Berjaga-jagalah dan siap sedia (ayat 42-44)

Tawaran dunia ini memang bisa membuat kita lupa bahkan lalai dalam menghayati panggilan hidup di dunia ini. Banyak orang akhirnya tidak siap sedia akan akhir zaman atau hari Tuhan itu, baik dalam pengertian sempit (ketika hidup kita selesai dan kita dipanggil Tuhan menghadap-Nya melalui kematian) maupun dalam pengertian luas yakni kedatangan Yesus kedua kalinya. Dunia memang menawarkan kenikmatan jasmani dan kesenangan hati yang bersifat sesaat sehingga kita bisa tidak sadar terus menerus masuk dalam jeratan itu, dan melupakan Tuhan dan sesama manusia yang membutuhkan pertolongan kita. Kita hanya sibuk dengan urusan makan dan minum, kawin atau mengawinkan, dan membuat semua menjadi ajang meninggikan diri kita sendiri dan melupakan Dia yang memberi semuanya kepada kita.

 

Ketika Tuhan Yesus itu kembali, Ia tidak hanya datang untuk orang percaya saja, melainkan kepada seluruh umat manusia. Ia akan datang memperlihatkan kemuliaan yang Allah berikan kepada-Nya dan menjadi hakim atas bangsa-bangsa. Kita akan mengetahui dan memahami bagaimana semua yang terjadi di dunia ini dengan banyaknya misteri berupa ragamnya suku bangsa, keberadaan dan perpecahan bangsa-bangsa, kaya miskin, yang sakit dan sehat, adanya nabi-nabi dan agama serta kepercayaan, maka kebenaran yang hakiki akan disampaikan kepada kita yang taat dan percaya kepada-Nya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada saat ini tidak harus membuat kita apatis apalagi menjauh dari sikap percaya kepada Yesus Tuhan yang menjadi manusia 2000 tahun yang lalu. Kembalinya Yesus ke dunia adalah kemenangan bagi kita orang percaya. Dunia ini pasti menuju suatu titik akhir yakni kemusnahan dalam menyongsong bumi baru dan langit baru yang dijanjikan-Nya. Ia akan datang untuk mengumpulkan orang-orang yang percaya dan dikasihi-Nya.

 

Nasehat Tuhan Yesus ini sangat penting bagi kita di tengah-tengah persiapan sukacita kita dalam menyongsong natal dan tahun baru yang sebentar lagi akan datang. Musim pesta akan hadir dan semua orang bersuka cita dengan perayaan yang menghabiskan daya dan dana yang besar. Atau mungkin saat ini kita sedang diterpa oleh pergumulan yang berat dan membuat kita menjauh dari Tuhan, yang dalam pikiran kita tidak akan pernah datang itu. Semua itu merupakan pilihan hidup yang harus kita lakoni dalam menyongsong pengadilan yang akan terjadi. Pertanyaannya adalah: Apakah kita sudah siap seandainya Ia datang? Pilihan yang aman dan pasti adalah tetaplah taat setia kepada-Nya serta tabah dan berbuah bagi banyak orang untuk meninggikan Dia. Alangkah bahagianya ketika Yesus datang, kita sudah bertobat dan sedang melakukan tugas pelayanan yang disampaikannya. Sikap berjaga-jaga merupakan ekspresi iman, penguasaan diri, dan merupakan pengharapan yang kuat bagi Dia.

 

Penutup

Minggu adven yang datang membawa pesan agar di samping sukacita perayaan memperingati lahirnya Sang Juruselamat ke dunia ini, sekaligus juga mengingatkan bahwa kedatanganNya kedua kali merupakan hari Tuhan dengan segala kuasa dan kemuliaan yang menyertai-Nya.  Kita diminta membaca tanda-tanda alam dan zaman yang memperlihatkan Tuhan Yesus pasti akan datang kembali yang merupakan penggenapan janji-Nya. Sebagai orang percaya yang diminta taat kepada firmanNya maka kita perlu untuk siap sedia dan berjaga-jaga sehingga kita akan luput dari penghakiman dan masuk ke dalam sorga yang diakan digenapkan-Nya. Kita rindu sebagai orang percaya mengetahui Tuhan akan datang untuk menjemput beserta dengan orang-orang yang kita kasihi, bukan hanya diri kita sendiri, melainkan banyak orang sebagai buah dari pemberitaan kita melalui kesaksian dan perbuatan, dan Tuhan kita yang Maha baik itu akan menyambut: "Berbahagialah engkau, hai hamba yang setia". Siap sedialah dan berjaga-jagalah, sebab waktu-Nya tidak kamu tahu.

 

Tuhan memberkati.

 

(Pdt. Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min – Wasekum Badan Pengurus Sinode GKSI. Catatan bagi hamba Tuhan yang akan menyampaikan Firman, akan lebih baik jika pada setiap bagian uraian diusahakan ada contoh/ilustrasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan juga diselingi humor yang relevan).

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 28 guests and no members online

Login Form