Sunday, May 19, 2024

Khotbah Minggu IV Adven - 24 Desember 2023 (Opsi 1)

Khotbah Minggu IV Adven - 24 Desember 2023 (Opsi 1)

 

 SUKACITA YANG MENGUBAHKAN (Luk. 1:26-38)

 

 “Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah“ (ayat 34-35)

 

 

 

Manusia telah jatuh ke dalam dosa sejak Hawa ditipu oleh iblis yang jahat. Mereka dihukum keluar dari Taman Eden tetapi kasih Allah sebenarnya masih tetap besar pada manusia. Adam dan Hawa tidak bisa berada di taman itu, karena mereka sudah tidak kudus lagi sehingga tidak mungkin tinggal bersama Allah.

 

 

 

Dalam perjalanannya manusia terus berbuat dosa. Keturunan pertama Adam dan Hawa sudah langsung saling membunuh karena perasaaa iri di antara Kain dan Habel. Demikian seterusnya hingga terjadi peristiwa Menara Babel manusia ingin menyamai Allah. Manusia pun semakin tersebar ke seluruh bumi ini (Kej. 11:1-9).

 

 

 

Bangsa Israel sendiri telah ditetapkan oleh Allah sebagai umat pilihan-Nya, dalam arti mereka menjadi umat kesayangan dan diharapkan menjadi teladan bagi bangsa-bangsa lain, sehingga semua umat manusia menempatkan Allah YHWH sebagai Raja yang patut disembah. Allah kemudian mengutus nabi-nabi dan hakim-hakim agar umat Israel tetap setia kepada Allah, berjalan lurus sesuai dengan perintah-Nya. Mereka diberi hukum Taurat sebagai dasar semua hukum yang akan dipakai, dan inti semua hukum itu adalah mengasihi sesama dan mengasihi Allah (Ul. 6:5; Im. 19:18; Mat 22:37-40).

 

 

 

Allah menyesal dalam arti melihat manusia bertindak tidak sesuai kehendak-Nya dan meninggalkan Allah? Nabi besar yang dikirim-Nya, seperti Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan lainnya tidak didengar, hingga kemudian kerajaan Israel punah setelah sebelumnya pecah dua, di Utara dan Selatan. Manusia tidak berubah. Sejarah Israel penuh dengan ketidaktaatan. Allah kemudian ”diam” selama 400 tahun setelah nabi Maleakhi, tidak lagi berbicara melalui nabi untuk menuntun bangsa Israel.

 

 

 

Allah mengirim Anak-Nya ke dunia, menjadi manusia. Ini keputusan Bapa sesuai dengan rencana-Nya untuk menyelamatkan manusia ciptaan-Nya. Perihal menjadi manusia, itu sebuah pertanyaan logis, meski gampang-gampang susah. Versi gampangnya, Allah menjadi manusia, karena Ia hendak berbicara kepada manusia yang dikasihi dan akan diselamatkan-Nya. Contoh paling sederhana, ikan di akuarium, seberapa besar pun kasih kita kepadanya, ketika kita mau kasih makan, atau kita mau bersihkan airnya, ikan akan lari. Makanya, untuk menyatakan kasih kepada ikan, kita harus menjadi ikan, paling tidak bertingkah seperti ikan...dan itu sulit. Jika Allah menjadi makhluk lain, maka mungkin makhluk lain yang selamat, dan manusia masuk neraka. Itu logisnya.

 

 

 

Keputusan Allah Anak-Nya tidak lahir dari benih manusia. Ini penggenapan janji Allah terhadap Hawa, bahwa keturunannya yang akan meremukkan ular yang menggoda manusia (Kej. 3:15). Maka malaikat Gabriel diutus pergi kepada seorang perawan Maria dan menyampaikan berita sukacita: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.... Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.“ Maria yang sedang bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud, sungguh terkejut. Tetapi ia menyadari berita itu adalah sukacita yang akan mengubah hidupnya dan sejarah manusia. Lalu ia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” Lalu Gabriel malaikat itu meninggalkan dia (Luk. 1:38).

 

 

 

Firman Tuhan Yoh 3: 16, berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.“ Firman Tuhan ini menguatkan kita akan lima hal: Pertama, kasih Allah itu besar, sebab Allah mau menjadi manusia turun dari sorga serta harus menderita untuk menyelematkan kita. Kedua, kasih Allah itu adalah karunia. Allah mengambil inisiatif untuk menyelamatkan dan Allah mengetahui bahwa manusia dengan kekuatan sendiri tidak mungkin untuk diselamatkan. Ketiga, kasih Allah itu kepada setiap orang, tidak terbatas kepada umat Israel saja, sebab sejarah membuktikan umat itu semua adalah kepunyaan Allah. Keempat, kasih Allah itu menyelamatkan, membuat manusia agar tidak binasa dan masuk ke naraka. Dan terakhir kelima, kasih Allah itu kekal, tidak dibatasi oleh waktu dan tempat; Sekarang dan sampai selama-lamanya.

 

 

 

Itulah berita sukacita dalam menyongsong hari Natal. Sukacita yang mengubah kita dari sesuatu yang tidak berharga, menjadi berharga di mata Allah. Sukacita yang mengubah kita dari yang semestinya masuk neraka, tetapi Allah membawa kita ke Taman Eden, tempat manusia yang seharusnya saat diciptakan. Untuk dapat mewujudkan itu, Yesus perlu menebus kita, melalui kematian-Nya demi penebusan dosa. Dia mau diam bersemayam di hati kita, mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya dan menjadikan kita warga sorgawi sesuai dengan harkat manusia sebagai gambar dan rupa Allah di bumi ini. Sukacita itu sungguh layak kita syukuri dalam menyongsong hari Natal.

 

 

Selamat beribadah dan melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 21 guests and no members online

Login Form