Sunday, June 02, 2024

Khotbah Minggu 26 Juli 2020 Minggu VIII Setelah Pentakosta

Khotbah Minggu 26 Juli 2020

TAK TERPISAHKAN KITA DARI KASIH ALLAH (Khotbah Rm. 8: 26-39)

(Bacaan lainnya: Kej. 29:15-28; atau 1Raj. 3:5-12; Mzm. 105:1-11, 45b; atau Mzm. 119:129-136 atau Mzm. 128; Mat. 13:31-33, 44-52)

 

Pendahuluan

Allah ingin bersekutu dengan kita; kita juga ingin semakin dekat dengan Allah. Alkitab memerintahkan kita untuk berdoa sebab melalui doa, kita memelihara hubungan dengan Allah. Namun kadang doa tidak terekspresikan. Meski doa tidak terucapkan, Allah tetap tahu dan bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita. Betul, kadang kita lalai dan jatuh ke dalam perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah, sehingga kita takut akan dakwaan yang datang. Kita berpikir bahwa sebagai orang yang salah, kita wajar mendapatkan penghukuman kelak dalam pengadilan Allah. Namun melalui nas minggu ini, kita diyakinkan bahwa kasih Allah begitu besar dan bagaimana itu bekerja, dijelaskan melalui pengajaran sebagai berikut.

 

Pertama: Roh berdoa untuk kita (ayat 26-27)

Doa adalah kesempatan manusia untuk menjangkau Allah, sebagai sikap berbakti roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Hidup adalah sebuah rahmat dan karunia, maka untuk itu kita layak mengucap syukur. Dalam perjalanan hidup juga selalu ada berkat dan sukacita yang kita dapatkan, dan untuk itu seringkali kita berdoa mengucap syukur dan berterima kasih atas pemberian-Nya itu. Memang dalam kenyataannya, hidup tidak selalu seperti yang kita inginkan. Kadang datang situasi yang membuat kita bergumul, bersedih, dan merasa sakit dan susah.  Keadaan yang menekan ini dapat terjadi pada diri kita dalam lingkup pribadi dan keluarga (penyakit, ekonomi, hubungan keluarga, dsb), atau gereja dan persekutuan lainnya, bahkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai orang percaya, kita percaya Allah tidak akan membiarkan kita sendirian dengan kekuatan yang terbatas untuk menghadapi persoalan hidup yang kadang komplek. Ketika kita tidak memahami persoalan yang ada, kita ingin memanjatkan doa, namun kadang kita tidak memahami situasi atau tidak tahu bagaimana meminta penyelesaian sebab masalahnya sendiri masih kabur atau tidak terjangkau akal pikiran. Kita hanya ingin berdoa, tidak tahu hal yang terjadi dan kita tidak tahu yang terbaik kita lakukan. Kadang kita juga kebingungan, apakah kita mau meminta kekuatan dalam menghadapinya atau meminta Tuhan melepaskan kita dari masalah itu, akibatnya yang timbul bisa hanya napas panjang atau sesunggukan.

Melalui firman minggu ini kita dikuatkan bahwa menghadapi hal itu tidak perlu risau dan galau, sebab Roh Kudus akan menolong kita dalam menjelaskan kepada Allah Bapa sepanjang kita tetap dalam suasana doa.  Kita tidak perlu khawatir dan takut sebab keluh-kesah kita yang tanpa ucapan, akan diterjemahkan Roh Kudus kepada Allah sebagai doa kita. Sebab itu selalulah datang kepada Allah untuk menyampaikan yang menjadi pergumulan hidup, pengharapan, dan permohonan, meski dengan kata-kata yang terbatas. Roh Kudus berdoa bagi kita sebagaimana Yesus juga selalu berdoa bagi kita anak-anak-Nya dan Allah akan menjawab (Rm. 8:34; 1Yoh. 2:1; Ibr. 7:2). Mintalah Roh Kudus untuk menyampaikan permasalahan kita dan memohon pertolongan dan jawaban agar sesuai dengan jalan dan kehendak-Nya dan bukan kehendak kita. Ketika kita membawa permasalahan tersebut, meski dengan kata-kata yang terbatas, percayalah bahwa Allah akan melakukan yang terbaik bagi kita untuk memberi pertolongan. Dengan iman kita terus bertekun dalam doa dan beribadah kepada Tuhan, agar keadaan yang menekan dapat kita lewati dengan kemenangan. Prinsip kita sebagai anak-anakNya ada tiga hal, yakni: (1) keadaan yang menekan itu tidak lebih besar dari kemampuan kita (1Kor. 10: 13); (2) segala perkara (apapun) dapat kita tanggung di dalam Dia (Fil. 4: 13); serta doa dan Ibadah memiliki kuasa (2Tim. 3; Yak. 5: 15-16).

Sikap iman yang menyerahkan sepenuhnya dalam kendali Allah itu tidak harus dengan kata-kata, sebab sikap berdiam diri dalam ketenangan dan memusatkan pikiran pada Allah adalah sikap berdoa. Yang penting bukan menyerah, mengeluh atau malah menggerutu. Sikap diam dan tenang dalam suasana doa tetap ekspresi penyembahan dan hal itu tidak menyalahi iman kita, dan tidak perlu khawatir dituduh seolah-olah semacam semedi menurut agama lain. Sepanjang dalam pikiran kita bahwa hidup kita ini dipimpin oleh Roh Kudus dan kita telah diselamatkan oleh iman melalui Yesus Kristus, maka sikap diam tenang dengan hati yang terarah kepada-Nya adalah sikap yang dibenarkan. Dalam proses doa ini Allah juga menyelidiki hati nurani dan keseriusan setiap orang yang berdoa (Why. 2:23). Dalam hal ini diperlukan fokus hati dan fikiran yang tertuju pada Yesus sebagai Imam Agung. Salah satu alasan gereja memberikan persetujuan gambar Tuhan Yesus dan lambang salib dalam kehidupan Kekristenan adalah dengan maksud tujuan itu, agar hati kita lebih mudah fokus terhadap jalan yang diberikan melalui Yesus. Kita tahu bahwa gambar Tuhan Yesus yang kita kenal selama ini pada dasarnya adalah imajinasi seorang pelukis, dan bukan berdasarkan "snapshot" atau lukisan/pahatan wajah Yesus pada saat itu. Poin penting dalam iman: ada keyakinan jaminan Roh Kudus akan menolong kita berdoa (Rm. 8: 26); Akan dikabulkan sepanjang dalam nama Yesus (Yoh. 14: 13-14; 16: 23); Memintanya sesuai dengan rencana dan kehendak Allah; Yang diberikan dapat lebih banyak dari yang kita doakan (Ef. 3: 20-21); Alkitab juga mengajarkan, berpuasa akan memperlihatkan ”keseriusan” doa kita dalam meminta (Mat. 17: 21). Di samping kita berdoa bagi diri sendiri, kita juga diminta melalui syafaat berdoa bagi orang percaya lainnya, sebagaimana dinyatakan dalam nas minggu ini orang Roma berdoa bagi orang-orang kudus yakni mereka yang ada di Yerusalem saat itu (band. Ef. 6:18).

 

Kedua: Allah bekerja dalam segala sesuatu (ayat 28-30)

Melalui nas minggu ini kita juga masuk dalam pemahaman teologis tentang konsep “dipilih” atau yang lazim dikenal dengan predestinasi (pre=sebelum dan destiny=takdir, atau ditentukan/ditetapkan sebelumnya). Ada yang menafsirkan Alkitab bahwa sebelum dunia diciptakan, telah ada dan disiapkan orang-orang yang akan dipilih untuk menerima kasih anugerah keselamatan. Pandangan predestinasi ini mengacu kepada ayat dalam Ef. 1:11 yang mengatakan, "... kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya." Dengan demikian, rencana Allah bagi orang pilihan-Nya bukanlah hasil renungan atau dipikirkan sesaat sebelumnya; melainkan sudah ditetapkan sebelum dasar-dasar dunia dan manusia diciptakan. Namun ada pandangan predestinasi lainnya yakni Allah cukup mengetahui sebelumnya (foreknew) mereka-mereka yang menerima-Nya dan bagi mereka ini diberikan tanda dan terpilih. Yang jelas , manusia diciptakan dan/atau dipilih adalah untuk melayani dan memuliakan Allah; itu intinya. Jika kita percaya dalam Kristus, kita bersukacita dengan kenyataan bahwa Allah telah mengenal kita secara pribadi dan menjadikan kita anak-anak pilihan-Nya.

Kasih Allah adalah kekal abadi. Hikmat dan kuasa-Nya adalah tertinggi. Ia akan membimbing dan melindungi kita hingga suatu saat nanti mampu berdiri di hadirat-Nya pada masa penghakiman. Bagi kita yang mengasihi Allah dan menyerahkan seluruh hidup kita kepada-Nya, Allah bekerja dalam segala sesuatu dan dalam nas ini berarti Allah hadir dalam setiap aktivitas kehidupan kita; Dia tidak hadir hanya kadang-kadang atau saat khusus saja. Kitab Roma memberikan gambaran beberapa proses yang dilakukan Allah terhadap mereka yang dipilih menjadi orang percaya. Kalau melihat urutan sesuai dengan rangkaian proses, maka urutannya sebagai berikut.

 

  1. Pemilihan (Rm. 9:10-13): Allah memilih seseorang atau sebuah suku bangsa untuk maksud tujuan tertentu;
  2. Pembenaran/Justifikasi (Rm. 4:25; 5:18): Allah menyatakan seseorang atau bagian dari suku bangsa yang dipilih itu "Tidak Bersalah", dan menyatakan kita "Benar" di dalam Dia;
  3. Pendamaian (Rm. 3:25): Peniadaan hukuman dari Allah atas dosa yang dilakukan melalui korban yang sempurna yakni Tuhan Yesus;
  4. Penebusan (Rm. 3:24; 8:23): Yesus Kristus telah membayar lunas tebusan kita atas dosa sehingga kita menjadi bebas,
  5. Pengudusan (Rm. 5:2; 15:16): Kita diperbaharui terus menerus menjadi serupa dengan  Yesus dengan pertolongan Roh Kudus;
  6. Pemuliaan (Rm. 8:18-19, 30): Keadaan akhir orang percaya setelah kematian tubuh dan dibangkitkan menjadi serupa dengan Yesus (1Yoh. 3:2).

Tetapi pilihan dan proses ini tidak terjadi bagi semua orang, melainkan hanya terwujud bagi mereka yang mengasihi Allah dan dipanggil sesuai dengan rencana-Nya. Mereka yang "dipanggil" adalah mereka yang merespon Roh Kudus dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat hidupnya.

Kita perlu sadari juga, meski Allah hadir di dalam kehidupan kita, itu bukan berarti bahwa jalan hidup kita akan penuh dengan hal-hal yang menyenangkan saja. Iblis itu sangat “populer” di dunia yang sudah penuh dosa ini, menjerat manusia; akan tetapi Allah sanggup untuk mengatasi dan memulihkan segala situasi untuk kebaikan kita dalam jangka panjang. Allah tidak hadir dalam hidup kita untuk membuat kita bersenang-senang, melainkan Allah hadir untuk memastikan hal yang kita lakukan sesuai dengan maksud dan rencana-Nya. Perlu juga kita sadari tentang adanya kehendak bebas yang dapat menolak peranan Roh Kudus dalam hidupnya, meski kita perlu ingat sebagaimana dikatakan Martin Luther bahwa kehendak bebas itu tidak ada, sebab Allah memiliki kuasa hak prerogatif untuk memanggil dan menetapkan jalan hidup seseorang. Mereka yang dipanggil jelas akan menerima perspektif baru, sebuah pola pikir yang baru dalam hidupnya. Mereka percaya sepenuhnya pada Allah, bukan pada dunia ini, ilmu pengetahuan atau harta benda; mereka akan mencari dan mengutamakan jaminan harta sorgawi; mereka belajar untuk menerima rasa sakit dan penderitaan, bukan merespon dengan marah atau kecewa, sebab Allah ada bersama mereka. Semua proses dalam rencana Allah memiliki tujuan akhir dalam hidup kita yakni menjadi serupa dengan Kristus (1Yoh. 3:2). Sepanjang kita terus berada dalam pembaharuan untuk menjadi serupa dengan Dia, kita akan menemukan hakekat diri sendiri, mengenal diri pribadi yang diciptakan Allah dengan tujuan khusus. Untuk bisa menjadi serupa dengan Dia, kita perlu rajin membaca dan mengindahkan firman Tuhan, mempelajari hidup Tuhan Yesus di dunia ini melalui kitab-kitab Injil, meneladani, dipenuhi oleh Roh Kudus, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya.

 

Ketiga: Siapa yang mampu menggugat kita? (ayat 31-34)

Bagian ketiga dan keempat nas ini mencoba menguak kebenaran posisi kita dengan lima pertanyaan dari Rasul Paulus, yakni:

  1. Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
  2. Ia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
  3. Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?
  4. Siapakah yang akan menghukum mereka?
  5. Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? 

Apabila kita telah ada di dalam Kristus dan seluruh hidup kita telah diserahkan kepada-Nya, dan dalam setiap pergumulan hidup kita ditolong oleh Roh Kudus untuk menyampaikan pengharapan dan langkah yang kita perlukan, maka pertanyaannya: apakah kita masih perlu takut dalam menghadapi hidup sehari-hari dan bahkan hidup setelah kematian dalam pengadilan Allah nanti? Allah jelas telah membebaskan dan menghapus dosa dan kesalahan kita, maka tidak seorang pun dapat mempersalahkan kita. Segala kekuatan dunia ini tidak mampu melawan kita ketika kita berdiri bersama dengan Kristus.

Kitab Roma merupakan penjelasan teologis tentang kasih karunia Allah yang sangat indah untuk meneguhkan dan meyakinkan bagi pembacanya. Kita tidak boleh berpikir bahwa karena kita telah begitu berdosa maka kita tidak layak diselamatkan. Kita juga jangan berpikir bahwa keselamatan itu hanya bagi orang yang tertentu saja, bukan bagi kita dan semua orang. Nas minggu ini diberikan bagi kita untuk meneguhkan bahwa pikiran seperti itu salah! Jika Allah telah menyerahkan Anak-Nya bagi kita, menebus dan membebaskan kita, maka Ia tidak akan menahan kasih anugerah-Nya bagi kita. Jika Kristus telah memberikan nyawa-Nya bagi kita, Ia pasti tidak akan berbalik dan kemudian menghukum kita. Ia tidak akan menahan atau "berpelit" terhadap apa yang kita butuhkan untuk dapat hidup dengan Dia dan membesarkan nama-Nya. Allah terus bekerja dalam setiap orang yang mengasihi-Nya untuk membuat kita jauh dari penghukuman. Kalau kita perhatikan, nas minggu ini jelas merupakan kalimat penting dalam Pengakuan Iman Rasuli kita yang menyatakan: "Ia disalibkan, mati dan dikuburkan; bangkit pada hari yang ketiga, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa."

Pengakuan Iman Rasuli kita mengatakan, "Dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati." Jadi, jika Kristus yang kita imani mati untuk menebus kita, dan kelak Ia menjadi hakim, apakah masih ada yang menuntut kita? Dengan Dia yang di dunia ini sebagai Penolong kita melalui Roh Kusus, apakah juga akan ada yang menghukum kita? Tak lain tak bukan, seperti dikatakan Rasul Paulus, Yesus adalah Pembela kita. Ia menjadi Penengah (intercede) kita di sorga nanti. Bisa saja ada setan yang akan mendakwa kita, tapi setan tidak memiliki kekuasaan untuk menghukum kita. Bahkan ketika Iblis mendakwa, Yesus yang diberi kuasa dengan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, akan bertindak sebagai Pembela dan pertahanan kita, menjelaskan status dan posisi kita. Bisa saja ada yang mendakwa kita karena perbuatan kita yang berdosa di dunia ini, akan tetapi Yesus akan membela bahwa kita sudah menyesal dan bertobat, dan dosa kita telah ditebus. Mereka yang masih merasa "dirugikan" di dunia, ketika melihat kita ada di sorga, tentu juga akan bersukacita, sebab kita sama-sama telah ditebus dan dimerdekakan dari dosa-dosa masa lampau. Sungguh, Yesus, Anak Allah itu, yang telah mati, bahkan lebih lagi yang telah bangkit, yang duduk di sebelah kanan Allah siap menjadi Pembela kita.

 

Keempat: Tidak ada yang dapat memisahkan kita (ayat 35-39)

Bagian terakhir nas ini berisi salah satu hal janji yang menguatkan di dalam Alkitab. Orang percaya harus siap menghadapi segala kesusahan dan penderitaan: keterasingan, penjara, penyiksaan, rasa sakit dan bahkan kematian. Ini bukan membuat kita pesimis dan takut bahwa Allah meninggalkan kita pada saat penderitaan. Pesan Tuhan dalam nas ini kepada gereja yakni mereka akan menghadapi penyiksaan dan penderitaan sebelum Panglima Nero menghancurkan kota Roma. Ternyata nubuatan ini menjadi kenyataan beberapa tahun kemudian, saat Nero menghancurkan kota itu. Penderitaan orang Roma pada saat itu digambarkan dalam ayat 36 mengutip kitab Mazmur “sebagai domba-domba sembelihan” (Mzm. 44:23). Maka pesan nas ini meneguhkan kembali tetang kasih Allah yang besar bagi umat-Nya. Manusia tetap diingatkan. Bahaya bisa mengancam, pedang bisa terhunus menjadi penganiayaan, penderitaan bisa datang, namun semua itu harus kita lihat sebagai proses yang menghasilkan kebaikan yakni kita menjadi semakin dekat dengan Dia dan semakin serupa dengan gambaran Anak-Nya.

Ini yang kita pahami. Penderitaan tidak membuat kita jauh dari Allah, melainkan menjadikan kita lebih dikasihinya dan membuat kasih-Nya bekerja di dalam diri kita untuk memulihkan segala sesuatu. Rasul Paulus meneguhkan bahwa kita tidak mungkin dipisahkan dari Kristus. Ia telah mati bagi kita dengan kasih yang tidak terkalahkan. Tidak ada satupun yang menghentikan kehadiran Kristus di dalam diri kita. Allah telah menyatakan betapa besar kasih-Nya sehingga kita merasa aman penuh bersama Dia. Jika kita percaya terhadap jaminan yang luar biasa ini, maka kita tidak perlu merasa takut. Kuasa jahat adalah sesuatu yang tidak terlihat di dunia ini, seperti kuasa yang dimiliki setan dan malaikat pengikutnya (Ef. 6:12). Namun di dalam Kristus kita lebih dari pemenang dan kasih-Nya melindungi kita dari setiap kuasa jahat yang ada. Seseorang lebih bisa menghargai nilai sebuah kemenangan apabila ia merasakan pergumulan yang telah dialaminya menuju kemenangan itu. Kita, sekalipun harus menderita, semua itu adalah tuntunan menuju kemangan atas dosa dan kematian. Mereka yang berhasil melewati segala pergumulan dan penderitaan dengan tetap tegak dan setia di dalam Kristus, akan memperoleh kemuliaan sehingga dikatakan dalam lagu yang populer “Kita Lebih daripada Pemenang.”

Tidak masalah sesuatu terjadi pada kita, baik penderitaan atau maut sekalipun, itu tidak akan memisahkan kita dari kasih Allah. Penderitaan adalah jalan untuk kemenangan yang berharga dan maut adalah jalan untuk menuju pemuliaan. "Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan" (Rm. 14:8b). Kuasa jahat atau kuasa apapun termasuk pemerintahan di dunia ini, bahkan malaikat-malaikat sekalipun, tidak akan membuat kita jauh dari Allah.  Tidak masalah kapan dan dimana pun berada, kita tidak akan pernah kehilangan kasih Allah. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dengan-Nya. Inilah keyakinan iman kita yang membuat kita semakin teguh dalam berjalan mengarungi kehidupan yang penuh tantangan ini.

 

Penutup

Melalui nas minggu ini kita diyakinkan bahwa doa sangat penting bagi kehidupan orang percaya. Melalui doa kita menyatakan ketergantungan kepada-Nya. Perjalanan dan pergumulan hidup membuat kita perlu memohon pertolongan kekuatan dan petunjuk jalan yang kita tempuh dan sesuai dengan rencana Allah. Doa tidak harus penuh kata-kata diucapkan. Roh Kudus akan menolong kita berdoa menyampaikan keluh kesah yang kita alami. Kita yakin bahwa sepanjang kita menyerahkan hidup kepada-Nya dan mengasihi-Nya, maka Allah bekerja dalam segala sesuatu di hidup kita. Kita adalah orang yang “dipilih dan dipanggil”. Pemilihan dan panggilan selalu terjadi dalam hubungan Bapa dengan anak-anak-Nya. Predestinasi memberitahu kita tentang tujuan dan persiapan bagi yang dipilih-Nya. Dengan status itu maka tidak akan ada yang mampu menggugat kita dan menghukum kita. Kuasa iblis dan kuasa apapun tidak akan melebihi kasih Allah kepada kita, yang telah merelakan Anak-Nya untuk mati bagi kebebasan kita. Tidak akan ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah. Oleh karena itu, karena kasih-Nya itu, kita perlu bersyukur dan berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya dan khususnya bagi kemuliaan nama-Nya. Tuhan Yesus memberkati.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 10 guests and no members online

Login Form