2025
2025
Khotbah (2) Minggu II Adven - 7 Desember 2025
Khotbah Minggu II Adven – 7 Desember 2025 (Opsi 2)
RAJA DAMAI DAN KITA (Yes. 11:1-10)
Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus (Yes. 11:9a)
Salam dalam kasih Kristus.
Dalam Alkitab ada 300 lebih nubuatan kedatangan Yesus Raja Damai. Pada PL mulai Kej. 3:15 tentang kelahiran-Nya dari anak dara hingga Mal. 2:17-3:5; 3:1-6 tentang utusan-Nya untuk mempersiapkan kedatangan_nya. Pada awal kitab PB dituliskan pesan Yohanes Pembaptis dan Zakharia (Luk. 1:67-80).
Firman Tuhan bagi kita di Minggu II Adven ini diambil dari kitab Yes. 11:1-10. Judul perikopnya: Raja Damai yang akan datang. Pasal ini menggambarkan kebangkitan baru Israel yang akan penuh damai sejahtera, setelah Asyur kalah diporak-porandakan. Dan seorang keturunan Raja Daud akan tampil sebagai Raja Damai.
Damai adalah pengharapan dan sekaligus upaya. Sebuah kerinduan, yakni terwujudnya keadaan aman tenteram, saling mengasihi dan mendukung, tidak ada permusuhan, kebencian, dan niat jahat, seperti digambarkan nas minggu ini di ayat 6-9a: “Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, .... Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. “Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus.” Gambaran sorga yang indah (band. Rm. 14:17).
Menyambut kedatangan Yesus Raja Damai, diperlukan respon yang seirama dan senada dari kita. Untuk bisa menerima damai yang dibawa Yesus, maka hati dan pikiran (state of mind) kita juga harus dalam keadaan damai. Tidak mungkin menerima Yesus, tapi hati kita berisi kebencian, permusuhan, niat jahat, dan senang menyusahkan sesama (SMS).
Sama seperti mengikuti perjamuan kudus, selalu ditanya, apakah masih ada hati dan perbuatan kita yang tidak sesuai dengan firman-Nya? Kini menyambut Yesus, mari kita periksa diri, apakah layak menerima Dia? Jika betul damai bersemayam, pertanyaannya sederhana:
1. Apakah kita masih mendendam terhadap seseorang?
2. Apakah ada saat kita memalingkan muka bila bertemu seseorang?
3. Apakah kita tidak mau berjabat tangan dengan seseorang?
4. Apakah kita masih mau menyakiti hati orang lain?
Bila menginginkan damai, itu dimulai dari diri kita. Bilamana empat hal di atas masih ada di dalam hati, segeralah bereskan. Orang yang cinta damai pasti bukanlah pendendam dan pemarah, bukanlah yang suka menghujat. Keluarga kita juga ikut sebagai pembawa damai, penentang perpecahan, menjadi teladan dan ikut berupaya dengan segala cara agar tercipta damai sejahtera bagi sekelilingnya.
Pemeriksaan kedua, apakah kita berdamai dengan sesama, mulai dari keluarga lingkar kecil (orang tua dan kakak beradik) hingga lingkar besar (satu marga atau satu kumpulan). Agak susah merasakan dan mengatakan damai, tetapi kita tidak berdamai dengan mereka. Ini jelas tidak logis. Oleh karena itu, bereskanlah itu sebagai prioritas (band. 1Pet. 3:8-12) dalam menyongsong Natal ini.
Damai sejahtera merupakah tanggungjawab pengikut Yesus. "Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh” (Kol. 3:15a). Orang yang berbicara damai sejahtera tanpa hatinya dipenuhi damai, pastilah pembohong dan bermuka dua, seperti orang Farisi dalam nas paralel minggu ini (Mat. 3:1-10). Integritasnya tidak ada, tidak satunya kata dan perbuatan.
Damai sejahtera yang sejati, hanya dapat kita miliki di dalam Yesus Raja Damai. Tidak ada damai dalam diri seseorang, jika ia tidak menyerahkan hidupnya ke dalam tangan-Nya. Tidak ada Kristus, tidak ada damai; kenal Kristus, maka tahu akan damai. “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu” (Yoh. 14:27), itulah yang kita pegang dan perlukan menyambut sukacita Natal ini.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu II Adven - 7 Desember 2025
Khotbah Minggu II Adven – 7 Desember 2025 (Opsi 3)
PERTOBATAN (Mat. 3:1-12)
Kini kita masuk ke dalam Minggu Adven kedua. Firman Tuhan bagi kita sesuai leksionari, Mat. 3:1-12, berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Ia berseru-seru sebagai pembuka jalan atau voorijder akan datangnya Tuhan Yesus. Pesannya kuat dan jelas, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! ...Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya” (ayat 2, 3b). Pesan ini juga yang pertama disampaikan oleh Tuhan Yesus saat masuk ke dalam pelayanan-Nya (Mat. 4:17).
Seruan bertobat mungkin membuat kita sedikit risih atau takut. Kenapa orang percaya diminta bertobat? Bertobat yang bahasa Yunani aslinya Metanoeo, memang lebih mengartikan berbalik, seperti tentara berbaris, diminta berbalik. Putar arah. Pesan pertobatan sangat kuat disampaikan pada saat minggu adven dan minggu sengsara, dua peristiwa besar dalam kehidupan Kristiani: Natal dan Paskah.
Pertobatan tidak selalu dari tidak percaya menjadi percaya pada Tuhan Yesus. Pertobatan dapat berupa permintaan kita berbalik dari cara hidup yang sekarang ini tidak berkenan kepada Allah. Bentuk pertobatan pertama, pemulihan atau penyegaran hubungan sehari-hari kita dengan Allah. Apakah kuat rasa kasih dan kerinduan hubungan sehari-hari dengan Tuhan, dan tetap menyala-nyala? Atau hubungan yang suam-suam kuku saja: membaca firman dan renungan ogah-ohahan, berdoa pendek-pendek saja. Beribadah tidak bersemangat. Semua itu saatnya dipulihkan, disegarkan, dibarui.
Pertobatan kedua tentang penetapan pemimpin dalam hidup kita. Apakah selama ini kita lebih mengandalkan pikiran atau kemampuan kita dalam setiap usaha? Bagaimana keseharian kita dalam penyerahan diri dan selalu mengatakan: kehendak-Mu-lah yang jadi. Allah membenci orang yang sombong, seperti orang Farisi dan Saduki dalam nas ini, yang disebut keturunan ular beludak (ayat 7). Bentuk pertobatan ketiga tentang hidup yang berbuah.
Nas minggu ini mengatakan agar dihasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan (ayat 8). Bila tidak dilakukan hukumannya jelas, "Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api" (ayat 10). Itulah yang mesti terlihat dari momen adven ini, dan membuat kita terhindar dari hukuman yang berat: dibakar bagai debu jerami dalam api (ayat 12).
Mari kita evaluasi kembali iman percaya kita, apakah landasannya hanya ingin berkat, aman dengan egoisme, tetapi sebenarnya tidak siap menjadi berkat dan berbuah bagi sesama? Keengganan memberi, perlu diubah dengan kesediaan berbagi. Baptisan air perlu, tetapi baptisan Roh yang membuat kita lebih hidup dan bersemangat. Itulah buah pertobatan. Allah kita pun sangat senang.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu I Adven - 30 November 2025
Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025
HENDAKLAH KAMU JUGA SIAP SEDIA (Mat. 24:36-44)
Bacaan lainnya: Yes. 2:1-5; Mzm. 122; Rm. 13:11-14
(khotbah Rm.13:8-14 juga dapat ditemukan pada Minggu XIII Setelah Pentakosta)
Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui, kalender gerejawi diawali dengan minggu adven selama empat minggu berturut-turut menjelang hari natal. Kata adven (adventus=Latin) berarti kedatangan. Minggu adven sendiri bermakna ganda, yakni minggu perayaan atas kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali pada 2000 tahun yang lalu, dan sekaligus adven merupakan minggu peringatan akan Kedatangan Kristus kedua kalinya (K4) ke dunia. Biasanya pada minggu adven pertama dan kedua, tema khotbah memberikan gambaran kedatangan-Nya yang kedua dengan gambaran eskatalogis, dan minggu adven ketiga dan keempat lebih kepada sambutan sukacita perayaan kelahiran-Nya 2000 tahun lalu, untuk keselamatkan orang berdosa. Kalau dalam peristiwa kedatangan di Betlehem digambarkan Tuhan Yesus datang sebagai Bayi Kudus yang lemah lembut, lahir di kandang domba dengan segala kerendahannya, maka kedatangan Yesus Kristus yang kedua digambarkan penuh dengan kemuliaan sekaligus sebagai akhir dari dunia dengan segala penghukuman dan penggenapan janji bagi yang percaya dan taat kepadaNya.
Bacaan Mat. 24:36-44 dalam minggu pertama adven leksionari tahun A ini memberikan gambaran yang eskatalogis tersebut. Kita memperoleh beberapa pelajaran hidup sebagai berikut.
Pertama: Tentang hari Tuhan (ayat 36-39a)
Dalam bacaan yang paralel Luk. 21:25-38 tentang hari dan saat itu (hari Tuhan) ada diberikan tanda-tanda perubahan alam semesta yang mendahului kedatangan-Nya yakni pada matahari, bulan dan bintang-bintang. Gangguan alam juga terjadi pada bumi sebab kuasa-kuasa langit akan goncang, yang disertai dengan deru dan gelora laut serta menimbulkan katakutan pada umat manusia. Dalam kitab Matius 24 ini diberikan gambaran lain, yakni tanda-tanda umum berupa datangnya mesias palsu dan adanya pertentangan antar bangsa (ayat 3-14), kemudian siksaan yang berat (ayat 15-28), serta tanda-tanda alam yang menakjubkan mengiringi kedatangan Tuhan Yesus di atas awan penuh dengan kekuasaan dan kemuliaan (ayat 29-35).
Kalau kita telaah dari seluruh Alkitab, memang ada banyak uraian dan gambaran mengenai tanda-tanda K4 atau disebut dengan akhir zaman atau hari akhir. Meski banyak yang mencoba meramalkan tibanya hari itu dengan beberapa peristiwa alam dan sosial politik sesaat, namun sampai saat ini belum ada yang mampu mengartikan semua nubuatan Alkitab tersebut dengan penuh kepastian. Akan tetapi sangat baik juga kita tidak mengetahui kedatangan Kristus kedua kalinya. Apabila kita mengetahui tanggal atau tahun yang pasti, maka mungkin sikap kita akan berubah banyak, seperti kita akan bermalas-malasan dalam bekerja, memanfaatkan waktu yang tersedia untuk kesenangan diri sendiri, atau kecenderungan berbuat kejahatan dan berpikir tepat pada saat akhir-akhir waktunya kita akan bertobat.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang tahu waktunya. Ia sendiri sebagai Anak dan Utusan Allah tidak mengetahui waktu tersebut. Ini mungkin membingungkan, sebab bagaimana mungkin yang menyebut sama dengan Allah Bapa tidak mengetahuinya? Di sini yang perlu kita lihat adalah adanya kerendahan hati Yesus sebagai manusia (band. Dan. 12:9). Tuhan Yesus merasa perlu mengatakannya sebab tidak ada gunanya juga mengungkapkan nubuatan yang pasti. Yang kita tahu pasti, kemuliaan itu ada pada-Nya maka Ia mengetahui tanggal yang pasti itu (band. Yoh. 17:4-8). Tuhan Yesus memberikan gambaran tanda-tanda agar kita tetap siaga dalam masa penantian ini dan semakin banyak melakukan seturut dengan kehendak-Nya, baik melalui gereja maupun kehidupan di luar gereja. Ini adalah jalan terbaik untuk mempersiapkan kedatangan Kristus dan hari Tuhan itu, yakni ketika semua orang diminta mempertanggungjawabkan kehidupan yang dijalaninya, baik mereka yang masih hidup maupun mereka yang sudah mati.
Kedua: Kedatangan Anak Manusia (ayat 39b)
Yang perlu kita ingat adalah akan ada masa yang berat bagi isi dunia dan masa itu tidak bersifat lokal, sebagaimana peristiwa tsunami di Aceh pada tahun 2006 atau badai topan Hayan di Filipina baru-baru ini. Mereka yang mencoba menarik itu sebagai nubuatan dan menyerukan agar pengikutnya bersiap-siap dan menyerahkan seluruh hartanya adalah jelas mesias palsu. Ini yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam nubuatan tersebut. Yang penting untuk kita sadari, kedatangan Tuhan itu tiba-tiba dan seketika. Tidak cukup saat-saat yang ada untuk pertobatan dan memohonkan pengampunan. Pilihan hidup yang kita lakukan saat ini merupakan arah dari tujuan akhir hidup kita: neraka atau sorga. Tuhan juga mengetahui pasti kalau sikap kita itu hanya berupa kepura-puraan saja atau kemunafikan yang sejatinya tidak dikehendaki oleh-Nya.
Ada yang mencoba menafsirkan bahwa kedatangan Tuhan melalui tahapan dengan bertakhta di atas awan-awan untuk sementara waktu berdasarkan Mat. 24:30 (band. Mat. 26:64; Mrk. 13:26; 14:62; Why. 1:7). Tuhan Yesus digambarkan seolah-olah datang namun “singgah” sementara dan bertakhta dari awan-awan. Demikian juga penafsiran tentang masa seribu tahun yang kemudian dicoba dikaitkan dengan dengan masa kesengsaraan tribulasi (Mat. 24:21), termasuk adanya periode sebelum (pra-tribulasi), mid-tribulasi dan pasca (post) tribulasi (band. Why. 20:2-7). Adapula penafsiran tentang adanya pengangkatan orang kudus atau gereja yang mendasarkan pada ayat-ayat dalam 1Tes. 4:16-17. Namun saya kira kita tidak perlu memikirkan hal itu atau menjadikan sebuah skenario yang diciptakan manusia. Hal pokoknya adalah: Ia akan datang kembali, dan kedatangan-Nya tiba-tiba bagaikan pencuri malam, ada kejutan dan ketakterdugaan. Jangan sampai kita terlelap tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Memang di sini perlu kita cermati ayat yang menjelaskan peristiwa air bah di masa Nabi Nuh yang melenyapkan semua yang berdosa. Ada pesan mendahului dan Nabi Nuh diselamatkan bersama keluarganya (beserta hewan dan tumbuhan), sebab hanya mereka yang berkenan pada Tuhan di masa itu. Mungkin demikian pula digambarkan halnya akan terjadinya K4. Semua orang jauh dari Tuhan dan melupakan pentingnya pertobatan dan pengampunan. Maka ada penafsiran bahwa pada kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya, akan ada orang yang mengetahui atau menerima pesan atau tanda-tanda itu sebagaimana diberikan pada Nabi Nuh, sebelum Tuhan Yesus mengakhiri semua zaman ini. Bagaimana pun itu merupakan kerinduan bagi kita yang percaya dan taat kepada-Nya, sehingga kita lebih baik lagi dalam melakukan tugas dan panggilan yang diberikan kepada kita dalam kehidupan sehari-hari, khususnya menjadi berkat dan pertolongan bagi orang lain. Nabi Nuh tidak menerima tanggal yang pasti datangnya air bah itu, tapi ia bertekun mempersiapkan bahtera dan tetap mengumandangkan pertobatan bagi semua orang.
Ketiga: Seseorang dibawa dan yang lain ditinggalkan (ayat 40-41)
Hal yang dimaksud Tuhan Yesus dalam memberikan tanda-tanda bukanlah bertujuan berspekulasi untuk kepentingan diri sendiri, melainkan agar kita selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Memang ada yang mengatakan bahwa sorga adalah tujuan hidup manusia yang ditafsirkan sebagai akhir dunia, tetapi itu bukanlah semata-mata tujuan hidup kita, apalagi dengan mengasingkan diri atau melakukan askese (pertapaan). Kita juga tidak menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir dan menikmatinya. Kita harus bekerja di dunia ini dan terus berkarya hingga ajal datang menjemput kita, atau bilamana secara tidak terduga Kristus hadir untuk menjemput kita orang-orang percaya maka kita tetaplah orang yang siap dan waspada.
Tuhan Yesus juga mengingatkan bahwa tujuan sorga itu tidak bisa didasarkan pada kelompok atau ikatan dunia dalam bentuk keluarga, kerabat atau kelompok bangsa. Memang ada pemikiran pada bangsa Israel bahwa mereka adalah bangsa yang terpilih sehingga ada sikap arogansi keterpilihan itu. Namun melalui ayat yang kita baca, Tuhan Yesus mengingatkan bahwa keselamatan itu bersifat individu, pribadi lepas pribadi, sesuai dengan iman dan perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya. Seseorang diselamatkan bukan karena ia keturunan raja atau pejabat, bukan karena suku bangsa, bukan pula karena memiliki harta banyak dan telah menyumbangkan banyak bagi banyak orang, melainkan keselamatan didasarkan pada iman kepada Tuhan Yesus dan iman itu berbuah pada ketaatan dan perbuatan yang menyenangkan hati-Nya.
Keistimewaan Israel sebagai bangsa sudah tidak berlaku lagi sepanjang mereka tidak taat, dan demikian juga keistimewaan orang beriman juga tidak menjadi prioritas apabila dalam kehidupannya segala perbuatan dan tindakannya jauh dari imannya. Firman Tuhan berkata, banyak orang terpanggil tetapi sedikit yang terpilih. Kita yang keluar dari kegelapan kepada terang menjadi bagian dari bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani, hanya terjadi apabila kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (1Pet. 2:9). Meskipun kebersamaan kita di dunia ini ada di dalam ikatan keluarga yang kuat atau emosional yang tinggi, semua itu tidak ada artinya, sebab Tuhan akan membawa mereka yang taat, setia dan berbuah, dan akan meninggalkan mereka yang lupa akan panggilan keberadaannya di dunia ini. Apakah kebersamaan itu di ladang, di batu kilangan, bahkan di tempat tidur (sebagai suami istri), maka itu tidak berarti apa-apa.
Keempat: Berjaga-jagalah dan siap sedia (ayat 42-44)
Tawaran dunia ini memang bisa membuat kita lupa dan lalai dalam menghayati panggilan hidup di dunia ini. Banyak orang akhirnya tidak siap sedia menghadapi akhir zaman yang dalam pengertian sempit ketika hidup kita selesai dan dipanggil Tuhan menghadap-Nya melalui kematian, maupun dalam pengertian luas yakni K4. Dunia memang menawarkan kenikmatan jasmani dan kesenangan hati yang bersifat sesaat sehingga kita bisa tidak sadar terus menerus masuk dalam jeratan itu, melupakan Tuhan dan sesama manusia yang membutuhkan pertolongan kita. Kita hanya sibuk dengan urusan makan dan minum, kawin atau mengawinkan, dan membuat semua menjadi ajang meninggikan diri kita sendiri dan melupakan Dia yang memberi semuanya kepada kita.
Tuhan Yesus kembali tidak hanya untuk orang percaya saja, melainkan kepada seluruh umat manusia. Ia akan datang memperlihatkan kemuliaan yang Allah berikan kepada-Nya dan menjadi hakim atas bangsa-bangsa. Kita akan mengetahui dan memahami bagaimana semua yang terjadi di dunia ini dengan banyaknya misteri berupa ragamnya suku bangsa, keberadaan dan perpecahan bangsa-bangsa, kaya miskin, yang sakit dan sehat, adanya nabi-nabi dan agama serta kepercayaan, maka kebenaran yang hakiki akan disampaikan kepada kita yang taat dan percaya kepada-Nya. Pertanyaan-pertanyaan yang ada saat ini tidak harus membuat kita apatis, apalagi menjauh dari sikap percaya kepada Yesus Tuhan yang menjadi manusia 2000 tahun yang lalu. Kembalinya Yesus ke dunia adalah kemenangan bagi kita orang percaya. Dunia ini pasti menuju suatu titik akhir yakni kemusnahan dalam menyongsong bumi baru dan langit baru yang dijanjikan-Nya. Ia akan datang untuk mengumpulkan orang-orang yang percaya dan dikasihi-Nya.
Nasihat Tuhan Yesus ini sangat penting bagi kita di tengah-tengah persiapan sukacita kita dalam menyongsong natal dan tahun baru yang tiba sebentar lagi. Musim pesta akan hadir dan semua orang bersuka cita dengan perayaan yang menghabiskan daya dan dana yang besar. Atau mungkin saat ini kita sedang diterpa oleh pergumulan yang berat dan membuat kita menjauh dari Tuhan. Semua itu merupakan pilihan hidup yang harus kita lakoni dalam menyongsong pengadilan yang akan terjadi. Pertanyaannya adalah: Apakah kita sudah siap seandainya Ia datang? Pilihan yang aman dan pasti adalah tetaplah taat setia kepada-Nya serta tabah dan berbuah bagi banyak orang untuk meninggikan Dia. Alangkah bahagianya ketika Yesus datang, kita sudah bertobat dan menjadi manusia baru serta sigap melakukan tugas pelayanan yang disampaikan. Sikap berjaga-jaga merupakan ekspresi iman, penguasaan diri, dan merupakan pengharapan yang kuat bagi Dia.
Penutup
Minggu adven datang membawa pesan agar di samping sukacita perayaan memperingati lahirnya Sang Juruselamat ke dunia ini, sekaligus juga mengingatkan bahwa kedatangan-Nya kedua kali merupakan hari Tuhan dengan segala kuasa dan kemuliaan yang menyertai-Nya. Kita diminta membaca tanda-tanda alam dan zaman yang memperlihatkan Tuhan Yesus pasti datang kembali yang merupakan penggenapan janji-Nya. Sebagai orang percaya yang diminta taat kepada firmanNya maka kita perlu untuk siap sedia dan berjaga-jaga sehingga kita luput dari penghakiman dan masuk ke dalam sorga yang akan digenapkan-Nya. Kita rindu sebagai orang percaya mengetahui Tuhan akan datang untuk menjemput beserta dengan orang-orang yang kita kasihi, bukan hanya diri kita sendiri, melainkan banyak orang sebagai buah dari pemberitaan kita melalui kesaksian dan perbuatan, dan Tuhan kita yang Maha baik itu akan menyambut: "Berbahagialah engkau, hai hamba yang setia". Siap sedialah dan berjaga-jagalah, sebab waktu-Nya tidak kamu tahu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 30 November 2025
Kabar dari Bukit
YERUSALEM, GEREJA DAN YERUSALEM BARU (Mzm. 122)
”Berdoalah untuk damai sejahtera Yerusalem, kiranya orang-orang yang mencintaimu hidup sentosa” (Mzm. 122:6, TB2)
Yerusalem, sering disebut kota suci bagi tiga agama: Yahudi, Kristen dan Islam. Yerusalem sendiri bukan kota bisnis. Kota ini menjadi penting saat Raja Daud memindahkan pusat kerajaannya dari Hebron ke Yerusalem, dengan pertimbangan lebih sentral. Ia memindahkan tabut Allah ke kota ini dan putranya Salomo membangun Bait Allah yang besar di atas bukit Moria tempat tabut tersebut (2Taw. 3:1). Jadilah Yerusalem sebagai kota pusat politik dan rohani.
Umat Yahudi sangat mengagungkannya dengan dasar Yerusalem adalah pilihan Allah (Ul. 12:5-7; Mzm. 132:13). Agama Islam menempatkannya sebagai kota suci ketiga, setelah Mekah dan Medinah. Ada berdiri masjid Al-Aqsa dan masjid Umar. Agama Kristen menempatkan Yerusalem sebagai kota penting, namun hanya bagian dari sejarah, tempat para rasul mulai berkarya, Tuhan Yesus dihukum, disalibkan, dikuburkan, dan naik ke sorga. Yerusalem adalah tempat awal berdirinya gereja (Kis. 2).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia di Minggu I Adven hari ini adalah Mzm. 122. Judul perikopnya: Doa sejahtera bagi Yerusalem. Ini sebuah nyanyian ziarah, yakni ketika umat Israel datang beribadah ke kota ini pada hari-hari raya besar. Ada tiga pesan mazmur ini yakni, kegembiraan yang mereka alami saat berangkat ke Yerusalem. “Aku bersukacita ketika dikatakan kepadaku, “Mari kita ke Rumah TUHAN!” Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem” (ay. 1-2).
Kegembiraan itu wajar mengingat kebanggaan dan kemuliaan yang mereka dapatkan. “Yerusalem .... kota yang erat terpadu. Ke sana suku-suku berziarah, suku-suku TUHAN, ... Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi keluarga Daud” (ay. 3-5). Pada bagian akhir mazmur ini umat diminta: “Berdoalah untuk damai sejahtera Yerusalem, kiranya orang-orang yang mencintaimu hidup sentosa. Kiranya damai sejahtera ada di lingkungan tembokmu.... Oleh karena Rumah TUHAN, Allah kita, aku akan mengusahakan yang terbaik bagimu” (ay. 6-9).
Bagi umat Yahudi Yerusalem adalah pusat peribadahan, dari dahulu hingga saat ini. Bait Suci telah dihancurkan dua kali, kini menyisakan tembok ratapan dengan pengharapan Bait Allah akan terbangun kembali. Tetapi bagi kita umat Tuhan Yesus, Yerusalem hanya sebuah kenangan, bagian dari sejarah keselamatan. Tidak ada ajaran yang mengatakan bahwa berdoa di Yerusalem, maka Tuhan akan lebih mendengar dan mengabulkannya.
Namun mazmur ini mengingatkan kita akan pentingnya gereja sebagai tempat beribadah. Meski tidak spesifik Alkitab menyebutkan gereja adalah pusat peribadahan orang percaya, tetap ada sukacita ketika kita bersekutu bersama teman-teman seiman di dalam Yesus. PB menuliskan agar, “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita" (Ibr. 10:25). Selain dapat saling menasihati dan menguatkan pada ayat ini, di gereja kita bersekutu bersama, menaikkan doa syafaat bagi pihak-pihak lain, mewujudkan simbol pemersatu umat (1Kor. 12:12-27), dan tentunya tempat melayani bersama lebih baik.
Tetapi kita perlu berdoa bagi Yerusalem ibukota Israel saat ini, berdoa bagi ketentraman dan damai di kawasan tersebut. Serangan Hamas dua tahun lalu masih memberi sinyal belum ada damai sejahtera di sana. Tetapi kita orang percaya, mata kita lebih tertuju kepada Yerusalem Baru, yakni kota kudus Allah yang akan turun dari sorga, kediaman umat-Nya kelak bersama Allah dan kita dapat melihat wajah-Nya, sebuah realitas akan hidup kekal, tiada kematian, dukacita, air mata dan ratap tangis, kemuliaan Allah nyata sebab Allah sendiri adalah baitnya (Why. 21-22). Ke sanalah tertuju pandangan rohani kita.
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu I Adven - 30 November 2025
Khotbah Minggu I Adven – 30 November 2025 (Opsi 2)
JALAN DI KEGELAPAN (Yes. 2:1-5)
Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem (Yes. 2:3b)
Salam dalam kasih Kristus.
Dalam buku Jhon S. Feinberg Masih Relevankah PL di Era PB, salah satu penulisnya mengatakan bahwa Alkitab paling baik dipahami dalam lingkup gereja. Sisi lainnya, Yesus Kristus adalah puncak kebenaran rohani (Ibr. 1:1-3). Ia adalah sarana menuju kesatuan dengan Allah. Sebagai Tuhan, Dia juga merupakan tujuan kita. Amin.
Firman Tuhan bagi kita di Minggu I Adven ini, diambil dari kitab Yes. 2:1-5. Judul perikopnya: Sion sebagai pusat kerajaan damai. Ini adalah nubuatan Yesaya tentang datangnya Mesias, puncak pengharapan umat Yahudi. Pada saat kedatangan-Nya, “rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana. Dan banyak suku bangsa akan datang” (ay. 2-3a).
Gambaran ini berbeda dalam Perjanjian Baru. Mesias itu telah datang, yakni Yesus Kristus. Rumah Tuhan bukan lagi berupa bangunan menjulang megah di gunung, tetapi berada di dalam hati setiap orang percaya, tempat Roh Kudus bersemayam dan memimpin hidup orang percaya. “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1Kor. 3:16).
Demikian juga rumah Tuhan atau gereja, selain dalam pengertian fisik bangunan, gereja juga merupakan organisme hidup, kumpulan orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, untuk memberitakan perbuatan-perbuatan-Nya yang besar (Ef. 5:8; Kol. 1:13; 1Pet. 2:9).
Pada bagian lain buku Feinberg di atas yang ditulis oleh Willem Van Gemeren dengan mengutip Ursinus, disebutkan adanya perbedaan PL dan PB. Beberapa diantaranya adalah, ibadah dalam PL bersifat seremoni, sementara PB ibadahnya bersifat rohani. Kasih karunia yang diberikan kepada umat, dalam PL itu mendahului kedatangan Mesias, tetapi dalam PB kasih karunia yang diberikan DEMI Mesias. Selain itu, pencurahan Roh Kudus dalam PL bersifat terbatas termasuk waktunya, sementara dalam PB pencurahan Roh Kudus bersifat penuh dan selamanya. Dialah yang mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya (ay. 3).
Namun selain ada perbedaan, ada banyak kesamaan PL dan PB yang digambarkan Van Gemeren, beberapa diantaranya adalah adanya pengampunan, ada kehidupan kekal, ada iman, dan keduanya meminta tuntutan kepatuhan. Sebagaimana dijelaskan dalam nas minggu ini, kesamaan lainnya yakni Mesias akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa, dan ajaran-Nya lebih kepada damai dan bukan perang (ay. 4, band. Mat. 25:31-46; Yoh. 5:22).
Poin terakhir paling penting, kesamaan PL dan PB adalah umat diminta berjalan di dalam terang TUHAN! (ay. 5). Jalan terang inilah yang dibawa Tuhan Yesus, Sang Mesias yang kita akan sambut dan rayakan nanti. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12).
Jalan terang dan damai yang dibawa Tuhan Yesus, bukan mengajak orang memakai pedang, melainkan pedang diubah menjadi mata bajak untuk berproduksi (ay. 4). Jalan terang menyingkirkan permusuhan, menghalau rasa benci dan dendam hilang kendali, tetapi menawarkan kasih sayang dan damai sejahtera. “Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan” (Luk. 11:35). Itulah jalan terang yang diminta kita terus lalui, bukan jalan di kegelapan.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu III Adven - 14 Desember 2025Khotbah Minggu III Adven – 14 Desember 2025 BERSABAR DAN BERTEGUH...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu III Adven – 14 Desember 2025Khotbah Minggu III Adven – 14 Desember 2025 (Opsi 2) MENGHALAU...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 63 guests and no members online
