2025
2025
Kabar dari Bukit, Minggu 1 Juni 2025
Kabar dari Bukit
NASIB AKHIR MANUSIA (Why. 22: 12-14, 16-17, 20-21)
“Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Why. 22:12 TB2)
Setiap dosa akan mendapat hukuman dari Tuhan (Rm. 6:23). Agama lain dan pandangan filosofis secara umum juga meyakininya; setiap tindakan buruk pasti punya konsekuensi. Bedanya, doktrin kekristenan tidak langsung memperhitungkan perbuatan baik sebagai dasar mengurangi hukuman. Banyak hal yang menjadi pertimbangan Allah dalam menetapkan “keadilan” saat seseorang menghadapi pengadilan Tahta Kristus. Kekristenan lebih mempertimbangkan pemberian anugerah yang merupakan hak mutlak Allah (Ef. 2:8-9).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Why. 22: 12-14, 16-17, 20-21. Tema nas terakhir Alkitab ini yakni pesan Tuhan Yesus akan segera datang (kembali), dan kita orang percaya diminta berharap dan berseru agar Ia segera datang: "Ya, Aku datang segera. Amin. Datanglah, Tuhan Yesus!” (ay. 20). Oleh karenanya dalam liturgi gereja kadang kita mengumandangkan Maranatha, Hosiana, selain Haleluya!
Dunia ini pasti berakhir, yang dapat dimengerti dari dua sudut pandang. Pertama, keseluruhan umat manusia, yakni "kiamat" besar. Bumi baru dan langit baru (Why. 21:1) akan hadir, meski bukan berarti pengertian planet kediaman baru, melainkan sebuah tatanan baru. Kekristenan mengimani Kristus akan memerintah sebagai Raja, Yang Pertama dan Yang Terkemudian (ay. 13). Pengertian ini juga sudah berlaku saat ini, ketika kita menjadikan Kristus sebagai Raja dalam hidup. Bagi kita yang sudah menjalaninya, kerajaan sorga telah dialami. "Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Rm. 14:17).
Pengertian kedua, akhir dunia seseorang, tatkala ajalnya tiba. Ini "kiamat" kecil. Meski tubuh kembali menjadi debu tanah (Kej. 3:19), roh manusia hidup dan kembali ke Pencipta. Alkitab berkata, "Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah" (Rm. 14:12). Inilah pembalasan yang disebut ayat 12, dapat bersifat negatif yakni hukuman, dan bersifat positip yakni upah. "Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman (Rm. 2:6b-8). Dan hukuman bukanlah pelampiasan murka Allah, melainkan menegakkan keadilan demi melindungi ciptaan dan kasih-Nya kepada yang setia.
Nas minggu ini mengingatkan agar setiap orang bertobat, membasuh jubahnya. Yang melakukannya akan memperoleh hak atas pohon kehidupan dan masuk lewat pintu gerbang (ay. 14). Namun bagi yang tidak mau bertobat, yakni "anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar," tidak memperoleh upah mahkota kehidupan (ay. 15; bdk. Yak. 1:12; Why. 2:10). Setiap pengikut Kristus mesti memberitakan hal ini, mengajak setiap orang bertobat, dan berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, .... hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!" (ay. 17).
Kini pilihan nasib akhir ada pada kita sendiri. Sia-sia menunggu akhir zaman; hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam (1Tes. 5:2; Mat. 24:42-44). Jangan menjadi gadis yang bodoh melainkan gadis bijaksana yang menyalakan pelita dan membawa minyak dalam buli-buli mereka (Mat. 25:1-13). Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar (Mat. 11:15).
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin (ay. 21).
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu VII Paskah - 1 Juni 2025
Khotbah Minggu VII Paskah – 1 Juni 2025
SUPAYA SEMUA MENJADI SATU (Yoh 17:20-26)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 16:16-34; Mzm 97
Pendahuluan
Ini adalah doa Tuhan Yesus sebelum penyaliban-Nya. Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya dan juga bagi dunia. Tuhan Yesus pada masa akhir pelayanan-Nya berdoa bagi kesatuan umat percaya dan gereja-gereja, menandakan betapa hal ini merupakan pokok yang penting bagi kita semua. Kita memang kadang kala melihat orang percaya terpisah, saling membenci dan gereja sering terpecah karena alasan yang sepele atau bahkan karena perebutan aset atau harta duniawi. Ini jelas mendukakan Allah kita. Tuhan Yesus juga berdoa bagi kesatuan orang percaya dan gereja karena Roh Kudus siap bekerja untuk mempersatukan kita. Dari nats minggu ini kita diberikan pencerahan sebagai berikut.
Pertama: Yesus berdoa bagi kita semua (ayat 20)
Tuhan Yesus berdoa karena berada dalam pergumulan yang berat. Kalimat yang panjang dari Tuhan Yesus dalam doa-Nya mengungkapkan makna yang dalam. Ada perasaan galau dan sedih sebab Tuhan Yesus telah melihat kecendrungan murid-murid dan pengikut untuk berselisih dan terpecah-pecah. Egoisme dalam diri manusia membuat kasih bisa dikesampingkan, malah memicu pertikaian yang membawa kepada dosa. Hal itu sudah terlihat sejak percakapan tentang siapa yang lebih besar di antara murid-murid. Pasa masa para rasul juga keadaan itu tampak, ketika Paulus "berselisih" dengan Barnabas tentang Markus (Kis 15:35-41). Ada juga perselisihan antara Paulus dengan Petrus dan kawan-kawannya (Gal 2:7-14).
Perselisihan dan pertentangan juga terjadi pada sejarah gereja. Sejak awal terbentuknya gereja bahkan sebelum dikanonkannya Alkitab, perselisihan itu sudah mulai tampak, seperti dalam hal pemahaman ke-Allah-an Yesus dan juga soal baptisan. Saat itu bahkan sudah ada hukuman “kutuk” bahkan hukuman mati apabila terjadi perbedaan pendapat. Demikian juga setelah dikanonkannya Alkitab, perselisihan besar dimulai antara gereja Barat (Khatolik) dengan gereja Timur (Orthodox). Perpecahan besar (schism, skisma) terjadi lagi ketika protestanisme dideklarasikan yang diawali oleh protes Martin Luther, yang menjadikan umat Katholik dan Protestan menjadi terbagi dua. Hal ini terus berlanjut ke masa kini ketika umat protestan dipicu lagi oleh pemikiran dan aliran pentakosta dan pentakosta baru dan berpisah dari pemikiran main stream. Kita belum tahu bagaimana arah ke depannya dan semoga tidak sering terjadi dan tidak bertambah buruk.
Memang ada hal yang positip dari perselisihan dan perpecahan tersebut. Pada waktu masa rasul, mereka dengan berpikir positip mengambil jalan masing-masing. Sebagaimana Paulus dan Barnabas serta Petrus, mereka mengambil jalan penginjilan yang berbeda targetnya. Mareka semakin dewasa dan tetap saling menghormati (1Kor 9:6; 2Tim 4:11). Hal ini juga terjadi pada tubuh gereja, yakni dengan semakin banyak denominasi maka semangat untuk melayani dan menginjili dunia juga semakin besar. Kita harus bisa mengambil sisi positip dari perbedaan dan perselisihan, sepanjang itu bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok dan meninggikan dan membesarkan nama manusia. Alkitab berkata, "biarlah saya menjadi kecil dan Engkau yang menjadi besar". Untuk itulah Yesus berdoa bagi para murid dan juga bagi kita supaya kita hidup dalam kasih, bersatu dengan Dia dan bersatu dengan sesama.
Kedua: Yesus menginginkan kita menjadi satu (ayat 21-22)
Yesus berdoa untuk kesatuan hati, pikiran, dan kehendak agar kita dapat secara bersama-sama mengabdi sungguh-sungguh kepada-Nya. Kesatuan yang diminta Tuhan Yesus bukan dalam pengertian segi administrasi dan organisasi, akan tetapi yang lebih utama adalah dalam kesatuan kasih, kesatuan rohani yang berlandaskan Kristus (Yoh 17:23), dan kesatuan satu misi bagi dunia. Sebuah analisis mengatakan pengertian menjadi "satu" (dalam terjemahan bahasa Indonesia), dimaksudkan adalah "satu adanya", yang dalam bahasa Yunani lebih menekankan tindakan yang berkesinambungan, terus-menerus, dan kesatuan yang berlandaskan kesamaan dalam hubungan.
Allah menciptakan perbedaan, keragaman dan pluralisme (Kis 10:34-35). Perbedaan membentuk mosaik yang artistik. Warna-warna adalah keindahan. Tetapi perbedaan yang indah adalah perbedaan yang diikat oleh kasih, disatukan oleh tujuan untuk kasih kepada Allah dan sesama, serta bertujuan meninggikan dan memuliakan Allah. Perbedaan dan keragaman dibuat oleh Allah bukan untuk pemicu konflik atau pertentangan yang menjurus kepada cacian dan kekerasan. Perbedaan haruslah sebagai proses pembauran tesis dan antitesis yang menghasilkan sintesis.
Namun pada dasarnya Allah tidak menginginkan perpecahan di dalam gereja (1Kor 11:2-16). Umat percaya dan gereja harus berusaha tetap dalam satu visi, satu misi, satu baptisan dan satu tujuan. Allah apabila perlu dapat melihat waktu dan cara terjadinya perbedaan, bukan dengan jalan pikiran manusia sendiri. Ini mungkin yang terjadi pada zaman Perjanjian Lama, bahwa Allah menciptakan perbedaan yang baik untuk manusia (Kel 34:28-35). Apa yang terjadi dalam sejarah gereja itu pasti ada dalam kehendak Allah, seperti perpisahan umat protestan dan umat khatolik, sebab saat itu gereja Khatolik memang telah menyimpang dari ajaran gereja yang benar. Akhirnya semua diluruskan dan kita melihat buah positipnya. Oleh karena itu jangan dengan mudah mencari justifikasi atau pembenaran bahwa perbedaan dan perpecahan adalah baik adanya, melainkan Allah tetap menginginkan kita bersatu.
Ketiga: Yesus di dalam kita untuk membuat kita sempurna (ayat 23-24)
Inilah yang menjadi tantangan kita saat ini. Sebab jika melihat kenyataan yang ada di sekitar kita, baik pada tingkat lokal, kelompok, suku, bangsa, dan bahkan gereja, perselisihan dan perpecahan mudah terjadi. Amuk massa bahkan kini menjadi tontonan rutin di TV. Kita agak miris melihat semua itu. Kesatuan hati dan tujuan seolah-olah menjadi sesuatu yang sulit dicapai dan perbedaan tidak dilihat sebagai bunga-bunga kehidupan. Orang Kristen dan gereja harus menjadi teladan dalam situasi yang demikian itu. Jangan menjadi contoh yang buruk, atau bahkan menjadi provokator yang membuat damai sejahtera dan kedamaian tidak tercipta.
Luk 6:13-16 menceritakan para murid mampu bekerja sama walau mereka berbeda-beda dan inilah yang diinginkan Yesus bagi kita. Falsafah bangsa kita Bhineka Tunggal Ika juga bisa dijadikan pegangan; berbeda-beda tetapi tetap satu dalam ikatan negara kesatuan RI. Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu. Umat percaya dan gereja-gereja berbeda sekaligus bersatu dalam semangat saling mengasihi dan mengasihi dunia, mengasihi mereka yang belum mengenal Dia. Allah mempercayai Yesus melalui pencobaan di gurun dan Yesus percaya kepada Allah, dan Dia juga percaya kepada manusia untuk memberikan yang terbaik bagi kesatuan dan persatuan, sepanjang ada kemauan. Itu telah diperlihatkan para murid.
Di dalam kesatuan gereja misalnya, kita tidak perlu beribadat dengan cara dan pola yang sama. Kita tidak perlu mempertentangkan liturgi, cara berdoa, pengakuan iman mana yang terbaik, urutan lagu, dan sebagainya. Kalau kita melihat gereja mula-mula juga demikian. Mereka menemukan jalan bagaimana mereka menyelesaikan perbedaan yang terjadi (Kis 15:31). Harus ada pemikiran dan prinsip bahwa yang lebih utama adalah kesatuan kita dan itu menjadi buku yang terbuka dan mudah dibaca oleh banyak orang. Kita dilihat orang lain diikat oleh satu iman, satu baptisan, satu pengharapan dan satu kasih. Adanya perbedaan tidak perlu membuat kita kecewa dan menimbulkan rasa sakit (Rm 14:1-2; 1Kor 1:10-11). Mari kita anggap itu sebagai hal yang wajar. Jadi yang lebih diutamakan adalah bagaimana memperlihatkan Tuhan Yesus telah bekerja dalam diri kita dan membuktikan bahwa Yesus juga bekerja dalam tubuh gereja dan menjadikan kita sempurna.
Keempat: Mengenal Bapa melalui kasih-Nya (ayat 25-26)
Yesus mendapat kemuliaan dari Bapa dan Ia ingin memberikan kemuliaan itu kepada kita orang percaya. Kemuliaan yang diberikan oleh Bapa kepada Yesus melalui salib, maka kemuliaan bagi kita hanyalah apabila kita juga memikul salib yang diberikan kepada kita dan menerimanya dengan rendah hati (Flp 2:2-11). Tetapi itu semua dilakukan oleh Allah Bapa karena kasih-Nya kepada Yesus dan kasih-Nya kepada kita. Melalui jalan penderitaan dan pengorbanan itu kemuliaan diberikan-Nya.
Hal itu juga sama dengan kita orang percaya. Kemuliaan yang bisa kita dapatkan jika orang dapat melihat dan persaksikan apa yang kita lakukan, yakni kita bersedia berkorban dan menderita demi persatuan dan kesatuan itu. Berusaha untuk selalu menang dan mendapatkan keuntungan dari setiap situasi pasti menyulitkan untuk terjadinya kesatuan. Dan orang juga bisa melihat bahwa kita melakukannya bukan karena kehebatan diri kita, tetapi semata-mata karena kasih Allah kepada kita yang kemudian kita wujudkan bagi orang lain. Kerendahan hati, penyangkalan diri, dan kesediaan untuk menderita bagi Tuhan Yesus menjadikan persatuan orang percaya dan gereja serta akan membawa kepada kemuliaan sejati bagi gereja dan Tuhan kita.
Disini perlu ada kepatuhan kepada Bapa. Perlu ada penyerahan diri bahwa melalui jalan yang kita tempuh Allah bekerja untuk menjadikannya lebih baik dan itulah yang diminta dari kita. Allah akan meminta seberapa besar kita sudah memberi andil dalam kesatuan kasih itu; baik melalui doa, menghindari hujatan dan gosip, menghindari kubu-kubuan, mendukung gerakan oikoumene dan kebersamaan, dan meninggikan Kristus sebagai Kepala Gereja. Itulah harusnya menjadi sukacita kita dan sukacita kita saat ini hanya pembuka sukacita yang lebih besar kelak di sorga.
Mari kita nyanyikan PKJ 118, “Agar Semua Orang Percaya” ayat 1 yang berlirik demikian: “Agar semua orang percaya, menjadi satu di dalam Bapa, seperti Yesus di dalam Bapa, seperti Bapa di dalam Yesus; Itulah doa Tuhanku Yesus, agar bahagia orang percaya, Itulah doa yang sangat tulus, agar bahagia orang percaya”.
Kesimpulan
Minggu ini kita dingatkan tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam kehidupan orang percaya dan juga di dalam tubuh gereja. Yesus telah berdoa bagi kita dan Roh Kudus siap untuk berkarya bagi kita untuk kemuliaan Yesus dan Allah Bapa. Kita harus memperlihatkan bahwa Yesus ada dalam hidup kita dan mampu membuat kita menjadi sempurna. Kasih Bapa telah dinyatakan-Nya melalui Yesus dan melalui jalan penderitaan dan kasih Bapa itulah yang kita perlihatkan pada dunia, dengan kerelaan kita berkorban untuk mewujudkan kita memang mampu bersatu dan Ut Omnes Unum Sint, supaya semua menjadi satu.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu VII Paskah - 1 Juni 2025
Khotbah Minggu VII Paskah – 1 Juni 2025
Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu layak kudus, ya TUHAN, untuk sepanjang masa (Mzm. 93:5)
Firman Tuhan bagi kita adalah dari Mzm. 93. Ada lima ayat, judul perikopnya: Tuhan, Raja yang kekal. Tema ini cocok di Minggu Kristus Raja hari ini, penutup kalender gerejawi tahun ini. Minggu depan kita masuk ke masa Adven yang penuh pengharapan dan sukacita.
Kita tahu akan Allah karena Ia memperkenalkan diri-Nya. Ia memberi wahyu kepada manusia, untuk menyingkapkan selubung diri-Nya. Jika sebelumnya pada masyarakat tradisional, Allah dikenal sebagai petir, pohon, matahari atau benda dan peristiwa unik. Maka dengan pewahyuan, Allah ingin lebih dikenal oleh manusia dengan jelas dan benar. Tetapi wahyu tidak hanya milik umat Kristen, tapi juga milik semua agama khususnya yang bersifat umum, dan bersifat khusus, yakni tertulis menjadi Kitab Suci yang juga ada pada umat Yahudi dan Islam.
Teolog terkenal John Stott mengatakan, "Masuk akallah bila Allah mengambil prakarsa untuk mengungkapkan hal yang terdapat dalam pikiran-Nya, kita tidak akan mungkin menemukannya. Kecuali Allah memperkenalkan diri-Nya, kita tidak mungkin mengenal Dia.” Pewahyuan merupakan tindakan Allah, menyingkapkan diri-Nya dan menyampaikan kebenaran kepada hati dan pikiran, sehingga melalui hal itu, makhluk ciptaan-Nya dapat mengenal-Nya.”
Wahyu dituliskan menjadi Kitab Suci Alkitab, jelas mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Harun Hadiwijono menyebutkan sebagai berikut:
· Membuat manusia tidak berdalih, mencari-cari alasan;
· Memberikan pengetahuan tentang kuasa, kemuliaan, dan kekekalan Allah sebagai pencipta dan pengelola alam semesta (Mzm. 19:2-7);
· Mempersiapkan kita manusia untuk menerima wahyu khusus berupa jalan keselamatan di dalam Pribadi Yesus Kristus.
Bagi kita orang percaya, Yesus adalah Tuhan, Mesias dan Anak Allah. Jelas. Begitu banyak bukti tentang semua itu, mulai dari banyaknya nubuatan, tubuh-Nya bukan dari benih laki-laki, perjalanan hidup yang singkat namun mengesankan, kuasa membelah laut dan ombak (band. ayat 3-4), kuasa mukjizat yang sangat banyak, dan terutama hanya YESUS yang bersedia mati di kayu salib untuk membela dan menyelamatkan para pengikut-Nya. Tidak ada kasih yang sedemikian besar diperlihatkan oleh pemimpin agama lainnya (1Pet. 2:21-25; Yoh. 15:13).
Kekuasaan dan kemuliaan Yesus Kristus telah berjalan dua ribu tahun. Banyak para filsuf mengatakan bahwa Tuhan sudah mati, Kitab Suci akan punah. Meski sikap atheis mulai menurun, tetapi sikap agnostik semakin menaik. Itu tantangan. Sebab kenyataannya, ucapan Yesus masih eksis: "...langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu!" (Mat. 24:35; band. nas ayat 5 di atas).
Maka mari kita teguhkan di hati, Kristus adalah Raja dan akan terus kita muliakan dan kabarkan. Ia pengendali dan batu penjuru kita. Sayangnya, justru tidak sedikit kita pengikut-Nya yang menjadi batu sandungan, penyebab orang tidak percaya kepada DIA. Ada yang masih suka tenggelam dalam kebiasaan dan dosa lama, dan bahkan tega membuat susah sesama. Itu ibarat menyalibkan kembali Tuhan Yesus (Ibr. 6:6), seolah-olah penyaliban Yesus di Golgota tidak lagi bermakna.
Hal lainnya, umat percaya masih senang perpecahan, mulai dari beda tafsir doktrin atau sejarah, yang belum tentu semua mutlak benar; atau perbedaan ritual ibadah yang mestinya memperkaya pujian dan penyembahan umat. Untuk itu mari kita tatap Tuhan Yesus, Raja kita yang kekal. Jangan ajaran atau ekspresi ibadah membuat kita semakin menjauh dari hakikat ibadah dan kasih sebagai pokok ajaran-Nya. Dengan demikian, semakin banyak orang melihat, “TUHAN (Yesus) adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, ...berikat pinggang kekuatan. Sungguh, telah tegak dunia, tidak bergoyang; takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada” (ayat 1-2). Haleluya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu VII Paskah - 1 Juni 2025
Khotbah (2) Minggu VII Paskah – 1 Juni 2025
KUASA DAN PENGINJILAN (Kis. 16:16-34)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VII Paskah ini diambil dari Kis. 16:16-34. Nas ini bercerita tentang kuasa dan penyertaan Tuhan dalam pelayanan Rasul Paulus, masih di Makedonia. Penduduk masih banyak yang percaya dan mengandalkan roh tenung sebagai penolong dalam kehidupan sehari-hari, terutama ramalan akan masa depan yang sia-sia. Biasanya mereka ini perempuan. Dengan tenungan-tenungannya, juragan tuan-tuannya mendapat penghasilan besar.
Mereka juga menawarkan kepada Rasul Paulus dan terus mengganggunya, padahal sudah dijelaskan mereka hamba Allah, penunjuk jalan keselamatan yang benar. Paulus kemudian memperlihatkan kuasa dari Tuhan yang lebih dahsyat dengan hardikan, mengusir roh jahat yang masuk ke tubuh hamba perempuan itu: "Demi nama Yesus Kristus aku menyuruh engkau keluar dari perempuan ini." Seketika itu juga keluarlah roh itu (ayat 18) dan bahkan bertobat. Tuan-tuannya pun marah karena kehilangan penghasilan. Mereka menangkap Rasul Paulus dan Silas, lantas bersaksi palsu dengan tuduhan mengajarkan adat istiadat yang asing (ayat 20–21). Sesuatu yang dilarang kekuasaan Romawi saat itu. Keduanya pun ditangkap, didera, kaki dibelenggu dan dimasukkan ke penjara.
Niat dan perbuatan baik tidak selamanya seketika berbuah baik. Tanggapan buruk kadang-kadang dapat terjadi, jika sekeliling memiliki nilai-nilai yang berbeda dan bahkan jahat. Tetapi menghadapi kesulitan itu, Rasul Paulus dan Silas tidak kecewa dan putus asa. Mereka terus berdoa dan menyanyi sukacita di dalam penjara dan menjadi kesaksian bagi tahanan lain. Sikap itu sejatinya cermin mental pemenang. Tangan Tuhan tidak diam. Kuasa-Nya bekerja menolong orang-orang yang setia mengasihi-Nya. Kemudian, gempa bumi hebat pun datang dan mukjizat terjadi. Sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua (ayat 26).
Sebenarnya Paulus dan Silas punya kesempatan lari, tetapi mereka tidak melakukannya. Kepala penjara yang terjaga, ketakutan melihat pintu-pintu penjara terbuka. Ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, menyangka orang-orang hukuman itu telah melarikan diri. Tetapi Rasul Paulus berseru: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!" Sebuah sikap Kristiani sejati yang spesial, perlu diteladani. Kasihilah musuhmu (Mat. 5:44). Kepala penjara pun gemetar, tersungkur di hadapan Paulus. Ia telah melihat kuasa nyata selain dari negara dan dewa-dewi mereka, dan bertanya: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?"
Kejahatan jangan dibalas kejahatan (Rm. 12:17). Itu sering berbuah pahit. Balaslah kejahatan dengan kebaikan. Lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Firman Tuhan mengajarkan, "Hal yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka" (Luk. 6:31). Itu akan berbuah manis. Roh Kudus bekerja dan kepala penjara melihat kasih itu. Ia pun bertobat dan seluruh keluarganya menjadi percaya dan dibaptis.
Perbuatan kasih Kristus mengikuti pemberitaan firman selalu lebih dahsyat. Akhir yang indah. Buah penginjilan Paulus: Lidia penjual kain ungu dari Asia, perempuan roh penenung orang Yunani, dan kepala penjara orang Romawi kemudian menjadi perintis gereja di Filipi. Terpujilah Tuhan.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus menyertai kita sekalian, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025
Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025
YESUS ADALAH PENGGENAPAN PERJANJIAN LAMA (Luk 24:44-53)
Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 1:1-11; Mzm 47; Ef 1:15-23
Pendahuluan
Pada hari ini kita memperingati peristiwa besar dalam kehidupan orang Kristen, yakni naiknya Tuhan Yesus ke sorga. Alkitab menceritakan bahwa saat naiknya Tuhan kita itu, ada banyak orang yang melihat dengan kasat mata bagaimana Yesus terangkat ke sorga yang merupakan kejadian luar biasa. Kesaksian itulah yang mereka tuliskan dalam kitab-kitab yang menjadi pegangan kita saat ini. Sebelum terangkat, Yesus memberi pesan-pesan penting yang sebagian kita baca sebagai nats renungan minggu ini. Dari bacaan itu kita mendapatkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama: Penggenapan firman dalam perjanjian lama (ayat 44-45)
Tuhan Yesus mengatakan semua yang ada tertulis tentang Dia dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur harus digenapi. Artinya, apa yang ditulis dalam kitab Perjanjian Lama (PL) yang pada saat itu sudah dikanonkan (dibukukan) digenapi di dalam Tuhan Yesus Kristus. Yesus hadir dalam kitab-kitab PL itu. Hal itu terlihat dalam nubuatan di PL tentang Tuhan Yesus, seperti kedatangan-Nya sebagai nabi (Ul 18:15-19), penderitaan-Nya (Mzm 22; Yes 53), dan tentang kebangkitan-Nya (Mzm 16:9-11; Yes 53:10,11). Oleh karena itu, ketika kita membaca kitab PL, sebenarnya kita harus membaca dan mengerti dengan mata dan pikiran yang tertuju kepada Tuhan Yesus.
Pernyataan yang ditulis dalam 44 ini (dan ayat 43 sebelumnya) diduga tidak berupa kejadian yang berlangsung dalam sesaat, melainkan dalam beberapa hari, sebab Tuhan Yesus bersama murid-murid-Nya terlebih dahulu pergi ke Galilea dan kembali lagi sebelum Ia naik ke sorga (Mat 28:16; Yoh 21). Dalam kebersamaan dan percakapan itulah para murid lebih memahami apa sebenarnya yang telah terjadi pada diri Tuhan Yesus dan keberadaan-Nya dalam kaitannya dengan Perjanjian Lama, dan juga tentang maksud kedatangan-Nya ke dunia yang kemudian dituliskan dalam Perjanjian Baru (PB). Kitab PB ditulis oleh murid-murid yang rela memberikan nyawanya bagi kebenaran yang diajarkan oleh Yesus. Mereka tentu tidak akan mau mengambil resiko untuk menulis tentang Yesus jikalau mereka tidak yakin akan kebenaran dan ke-Allah-an Tuhan Yesus (band. 1Kor 15:12-19).
Demikian juga dengan kita. Kebersamaan dengan Tuhan Yesus akan membuat kita semakin memahami apa yang telah dilakukan-Nya dalam hidup kita dan kemudian tentang rencana Allah dalam hidup kita ke depan. Pembacaan firman dan kebersamaan dengan Tuhan Yesus melalui firman-Nya yang sepintas lalu dan terpotong-potong, akan menyulitkan dalam memahami maksud dan rencana kebaikan-Nya dalam hidup kita. Sebab, untuk memperoleh pikiran yang terbuka dan pengertian Kitab Suci, itu hanya terjadi kalau beroleh pertolongan dari Allah belaka. Itulah mengapa kita harus memohon pertolongan Roh Kudus bila ingin membaca dan mengerti Firman Tuhan. Roh Kudus bekerja bagi kita hanya bila kita bertekun dan berkesinambungan untuk membuka semua itu (2 Kor 3:14-16). Pertanyaannya adalah: apakah kita pernah mengalami kesulitan dalam memahami firman Tuhan dalam kaitannya dengan hidup kita? Bagaimana kerasnya usaha kita untuk bisa memahaminya, baik melalui bertanya kepada hamba Tuhan, membaca buku-buku, dan berdoa agar Roh Kudus membuka tabir pemahaman itu, sehingga kita dapat bersuka cita karena tersibaknya dan memahami rencana Allah yang indah dalam hidup kita.
Kedua: Penderitaan dan pengampunan harus diberitakan (ayat 46-48)
Tuhan Yesus mengatakan bahwa kita sebagai murid dan pengikut-Nya haruslah menjadi saksi. Nubuatan dalam Perjanjian Lama dan tulisan para murid dalam Perjanjian Baru adalah kesaksian tentang penderitaan Tuhan Yesus untuk penebusan dan pengampunan dosa-dosa kita. Perjanjian Lama mengajarkan bahwa pengampunan dosa harus dilakukan dengan membawa korban penghapus dosa atau penghapus salah. Darah hewan yang dibawa oleh umat Yahudi sebagai persembahan korban penebusan dosa kemudian dipercikkan sebagai tanda dosa mereka telah diampuni. Tetapi kini kita tidak perlu melakukan hal itu, sebab melalui penderitaan-Nya yang berat darah Yesus telah tercurah dan terpercik sebagai jalan penebusan dan pengampunan atas dosa-dosa kita. Ia telah menggantikan kita dengan membayar lunas semua hutang-hutang dosa kita.
Ini adalah sebuah revolusi cara berpikir dan tindakan tentang pengampunan. Tuhan Yesus mengatakan semua itu melalui murid-Nya untuk mereka yang berbahasa Yunani. Yesus menginginkan bahwa pesan itu tidak dibawa kepada bangsa Yahudi saja, tetapi kepada seluruh dunia, bahwa penebusan dan pengampunan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus itu berlaku bagi semua orang. Tidak hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga otang Yunani dan semua bangsa. Allah menginginkan semua orang bertobat, berhenti dan berbalik dari jalan yang salah, dan menjadi murid-Nya sehingga dapat bersekutu dengan Dia dalam sukacita yang baru.
Para murid tidak boleh memberitakan pengampunan dosa tanpa tuntutan pertobatan. Ini sangat penting. Pengampunan hanya ada kalau didahului pertobatan dan meninggalkan cara hidup yang lama. Pengkhotbah yang menawarkan keselamatan atas dasar iman yang gampang, atau menawarkan keselamatan tanpa adanya suatu penyerahan diri untuk taat kepada Kristus dan Firman-Nya, itu adalah pemberitaan injil yang palsu. Pertobatan meminta agar kita meninggalkan dosa; ini selalu merupakan unsur yang penting.
Penebusan dan pengorbanan itu juga sekaligus membawa persekutuan dan damai sejahtera yang baru. Tidak ada lagi kecurigaan dan hasutan. Tidak perlu ada lagi kekerasan dan pemaksaan agar orang perlu bertobat. Beritakan saja penderitaan Tuhan Yesus itu dan tawarkan pengampunan yang diberikan-Nya. Terus dukung dalam doa. Biarlah Roh Kudus yang bekerja apakah mereka terpanggil atau mau membuka diri untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya, dalam kehidupan kini dan kelak nanti. Semua orang hanya perlu tahu, tidak ada yang lebih besar di dunia ini dari anugerah diampuninya dosa-dosa kita dan diangkat menjadi anak-anak-Nya, serta akan hidup kekal bersama dengan Dia dalam berkat damai sejahtera sorgawi.
Ketiga: Menantikan Roh Kudus dengan setia (ayat 49, 53)
Tubuh Yesus telah terangkat dan para murid melihatnya dengan jelas. Ada dua sikap yang muncul saat itu, yakni ketidak jelasan akan apa yang terjadi dan pengharapan yang kuat akan janji Tuhan. Yesus mengatakan bahwa Penolong itu akan datang, tetapi tidak ada gambaran kapan, bagaimana, dan dimana akan datangnya. Tetapi akhinya para murid percaya janji Tuhan dan mengikuti perintah-Nya dengan memilih tinggal di kota itu untuk menantikan diperlengkapinya mereka dengan kuasa dari tempat tinggi (ayat 49; band. Yoel 2:28). Apa yang dijanjikan Bapa yakni agar "diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi", tentu menunjuk kepada pencurahan Roh Kudus yang dimulai pada hari Pentakosta. Para murid bertekun dalam doa sementara mereka menunggu penggenapan janji itu (Kis 1:14).
Kepergian Tuhan Yesus ke sorga juga dapat dilihat merupakan perubahan cara berfikir orang Yunani, yang lebih mementingkan aspek spritual dan tidak memahami makna spiritual dari dunia realitas ini. Bagi mereka orang Yunani, hal spiritual lebih penting dan utama dari pada segala aspek fisik dan tubuh. Tetapi apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yakni menjadi manusia dengan tubuh sejati dan sekaligus Allah sejati, merupakan penjungkir balikan atas pemahaman itu.
Ia pergi dan pekerjaan penyelamatan Yesus telah selesai dan kini Dia duduk di sebelah kanan Allah Bapa dengan penuh kuasa atas bumi dan sorga untuk menjadi hakim bagi semua orang. Bagi kita yang utama adalah seberapa besar usaha kita dalam penantian kuasa pertolongan Tuhan Yesus dalam realitas keseharian kita. Sebagai manusia biasa, kita pasti ada pergumulan dan kerinduan. Di sinilah pentingnya penantian itu sebagai wujud kesetian kita kepada-Nya. Dalam penantian itu tentu kita tidak diam berpangku atau berlipat tangan, melainkan berupaya untuk terus menerus lebih baik dan lebih berkarya bagi Dia. Untuk bisa mengetahui apakah kita sudah maksimal dalam upaya penantian dan pencarian itu, maka hidup Yesus merupakan keteladanan yang layak untuk diikuti.
Keempat: Menyembah Dia dan terus bersukacita (ayat 50-52)
Ketika Yesus naik ke sorga, tubuh-Nya adalah tubuh immortal yakni tubuh kemuliaan. Tubuh itu bisa kelihatan dan bisa tidak kelihatan. Hal yang membuat kita bersuka cita adalah Tuhan Yesus mengatakan tubuh kita saat dibangkitkan nanti dari kematian akan sama dengan tubuh kemuliaan itu (1 Kor 15:42-50). Ini memberikan gambaran bahwa nantinya ada saat tubuh kita itu bisa tampak secara kasat mata, tetapi ada kalanya tubuh kita itu nantinya tidak perlu tampak nyata, sebagaimana tubuh Tuhan Yesus ketika berbicara dengan dua murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk 24:13-33).
Peristiwa kenaikan itu mungkin "mengherankan" dalam arti bagaimana tubuh Yesus itu terangkat naik ke sorga dan hilang dibalik awan. Janji Yesus, begitu jugalah Dia akan datang ketika saatnya nanti kita juga diangkat ke sorga bersama-sama dengan Dia. Yohanes Calvin pernah berkata, pengertian sorga janganlah diasosiasikan dengan sebuah tempat, melainkan lebih kepada suatu “keadaan”, yakni situasi yang penuh kedamaian, keindahan dan kesejahteraan. Tuhan Yesus tidak lagi bersama-sama dengan para murid dan juga kita dalam pengertian fisik, tetapi "keberadaan-Nya" dalam keadaan yang baru itu lebih memungkinkan kita semua untuk dapat bersama-sama dengan Dia. Yesus hadir dan berada "di sini dan di sana" dan dengan sabar dan setia menantikan seruan dan permohonan kita.
Hal yang penting saat ini adalah bagaimana kita mampu menjadi saksi yang baik bagi Kristus. Yesus telah menjawab dengan tidak tergoyahkan atas keraguan kita, bahwa Ia telah mengampuni dosa bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Waktu kita sangat terbatas, namun kalau memiliki keinginan dan motivasi, Roh Kudus akan memampukan kita untuk menjadi saksi dan memaksimalkan akar dan motivasi kita itu. Untuk itu kita layak untuk terus menyembah Dia dan terus ada dalam sukacita karena Ia akan memampukan perjuangan kita.
Kesimpulan
Dalam memperingati hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus ini, melalui pembacaan dan perenungan nats yang diberikan, kita mendapatkan gambaran bahwa Yesus adalah penggenapan dari kitab Perjanjian Lama. Kita harus membaca kitab PL itu dengan pikiran yang tertuju pada Yesus Kristus. Nubuatan akan Dia ada di sana dan itu digenapkan dengan penderitaan-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Ini yang harus diberitakan dan sekaligus kita dalam penantian akan kuasa pertolongan Roh Kudus untuk memampukan kita sebagai saksi dan berkat bagi orang lain. Dalam penantian itu kita terus memuji dan menyembah-Nya sambil tetap bersuka cita akan anugerah yang sudah diberikan-Nya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu Kedua Setelah Pentakosta - 22 Juni 2025Khotbah Minggu Kedua Setelah Pentakosta - 22 Juni 2025 MENGALAHKAN...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu Kedua Setelah Pentakosta - 22 Juni 2025Khotbah (2) Minggu Kedua Setelah Pentakosta - 22 Juni 2025 IMAN...Read More...
-
Kabar dari Bukit, Minggu 15 Juni 2025Kabar dari Bukit MEMAHKOTAI YANG RENDAH HATI (Mzm. 8:1-10) “Ya...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 40 guests and no members online