Tuesday, June 17, 2025

2025

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

Khotbah (2) Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

 

 SEGALA SESUATU TELAH DILETAKKAN DI BAWAH KAKI KRISTUS

 

(Ef. 1:15-23)

 

 Bacaan lainnya: Kis. 1:1-11; Mzm. 47 atau Mzm. 93; Luk. 24:44-53

 

 

 

 

Pendahuluan

 

Pada minggu ini kita diberi gambaran tentang kekuasaan dan kemuliaan Kristus sebagaimana Rasul Paulus telah melihat karya nyata-Nya di dalam jemaat Efesus. Ini semua didahului oleh rasa syukur dan dukungan doa terus menerus bagi jemaat tersebut dan adanya pengharapan pada setiap panggilan-Nya. Panggilan itu datang dari Kristus Raja yang telah duduk di sebelah kanan Allah Bapa dan semua telah diletakkan di bawah kaki-Nya. Melalui bacaan minggu ini kita diberi pengajaran sebagai berikut:

 

 

 

Pertama: Doa syukur atas pengenalan Allah yang benar (ayat 15-17)

 

Bagaimana kita mengetahui tentang orang lain? Apakah dengan membaca riwayat hidup atau keterangan lain tentang dia? Tentu itu membantu informasi tentangnya, tetapi kita tetap tidak mengenali orang tersebut dengan sesungguhnya. Jika kita ingin mengetahui seseorang, kita harus menghabiskan waktu yang cukup dengan orang itu, sebab tidak ada jalan singkat. Kita orang percaya bagaikan sebuah buku terbuka yang dapat dilihat dan dibaca orang lain dengan mudah. Semua tercatat dan dapat dinilai (dan kelak oleh Kristus). Bagi mereka yang tidak suka isi buku itu meski dengan alasan yang tidak jelas, mereka tidak belajar menarik manfaat dan malah menjelek-jelekkan. Ini cara pandang yang jelas salah. Tetapi bagi mereka yang menyukai hal yang tertulis, akan bersikap bersyukur dan mengambil manfaat dari isi buku itu. Itulah pelajaran universal pada kehidupan.

 

 

 

Demikianlah halnya dengan Rasul Paulus. Ia tinggal di Efesus bersama jemaat selama tiga tahun dan kemudian saat ia berada di penjara ketika surat ini ditulis, ia mendapat laporan bahwa jemaat Efesus semakin bertumbuh iman mereka dengan baik dan memberikan buah kasih yang nyata (band. Kol. 1:4). Buah iman ini diwujudkan dalam bentuk dukungan mereka bagi orang-orang kudus, yakni mereka yang sudah percaya kepada Yesus tetapi membutuhkan dukungan materi dan juga pelayanan. Ini kepedulian Rasul Paulus terhadap jemaat binaannya. Sebab itu Rasul Paulus mengatakan, ia bersyukur apa yang dilihatnya, bersyukur atas apa yang telah Allah lakukan untuk jemaat Efesus tersebut. Demikian juga dengan dengan pengenalan kita akan Allah. Membaca Alkitab, belajar teologi yang bagus, atau membaca brosur-brosur yang mengesankan, semua itu tidak dapat menggantikan pengenalan dengan berjalan dalam kehidupan bersama Pribadi Allah. Alkitab, buku teologi dan brosur atau informasi apapun juga, tidak bisa menggantikan Pribadi Allah yang perlu kita kenal lebih dalam, yakni dengan cara berinteraksi dengan-Nya.

 

 

 

Sikap bersyukur akan lebih baik bila didukung dengan berdoa bagi pertumbuhan yang lebih baik lagi bagi mereka. Doa syafaat Rasul Paulus dalam nas ini adalah untuk kesejahteraan rohani orang percaya agar mereka lebih mengenal Allah (band. Ef. 3:16). Pengenalan pertama yang diharapkannya yakni Pribadi Allah tersebut dalam Yesus Kristus. Pengenalan Pribadi ini sangat penting untuk mengetahui hal lainnya yang terdapat dalam Pribadi tersebut. Kini pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita mengenal Pribadi Allah? Atau kita hanya mengetahui tentang Dia? Perbedaannya pengenalan ini terletak pada berapa banyak waktu yang kita berikan untuk bersekutu dengan Allah (band. Ayb. 42:5. Belajar tentang Yesus melalui kehidupan-Nya sebagaimana dituliskan dalam Alkitab, tentang apa yang dikatakan dan dilakukan-Nya selama tiga tahun di dunia ini sekitar 2000 tahun yang lalu, akan membuka jalan bagi kita untuk mengenal Pribadi Allah lebih dekat dan menerima berkat-berkat atau kekayaan Ilahi-Nya. Lakukanlah pengenalan awal melalui doa saat ini juga. Pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus pasti mengubah hidup kita selamanya.

 

 

 

Kedua: Pengharapan dalam panggilan-Nya (ayat 18-20a)

 

Doa Rasul Paulus kedua bagi jemaat Efesus yakni agar mereka mengenal panggilan Allah. Panggilan Allah dalam hal ini adalah pengharapan untuk mengikut Kristus. Pengharapan yang kita miliki bukanlah suatu perasaan yang samar-samar bahwa masa depan kita baik, melainkan suatu jaminan kemenangan pasti di dalam Allah yang hidup. Kepastian yang utuh datang pada kita melalui Roh Kudus yang bekerja di dalam hati kita. Oleh karena itu, Rasul Paulus meminta agar Tuhan membuka mata hati mereka menjadi terang, yakni tempat pusat pengolahan perasaan batin, pikiran, dan kemauan yang terang pada setiap orang percaya. Mata hati yang gelap tidak mampu melihat karya Allah bagi dunia ini dan bagi setiap insan manusia melalui sejarah dan Tuhan Yesus (2Kor. 4:6; Ibr. 6:4). Pengharapan itu sangat penting sebab pengharapan yang memberikan dorongan kepada kita untuk hidup penuh semangat dan berdaya juang (tentang pengharapan ini dapat dibaca juga pada Rm. 8:23; Ef. 4:4; Kol. 1:5; 1Tes. 1:3; 1Pet. 3:15).

 

 

 

Selanjutnya doa Rasul Paulus meminta agar jemaat mengenal kekayaan Allah yakni kemuliaan yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus (Flp. 1:9; Kol. 1:9-10). Dalam mengenal kekayaan tersebut, yakni janji masa depan yang indah pada akhir zaman dan kekekalan. Janji tersebut bahkan sudah berwujud sejak kita mengaku Yesus adalah Juruselamat dengan pemberian Roh Kudus di dalam hati kita yang memiliki kuasa demikian besar, khususnya berupa damai sejahtera dan kekuatan serta penghiburan dalam menjalani kehidupan ini (Rm. 5:5; 2Kor. 1:22; Gal. 4:6). Kekayaan Allah berupa hikmat dan janji itu akan digenapkan nanti dalam kemuliaan yang sudah diterima oleh Tuhan Yesus dan juga menjadi bagian orang percaya. Gambaran kemuliaan ini tidak dapat terpikirkan oleh manusia, sebagaima dalam firmam-Nya: "Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor. 2:9).

 

 

 

Doa keempat atau yang terakhir untuk jemaat Efesus dari Rasul Paulus adalah agar mereka dapat mengenal kuasa Allah. Perihal kuasa ini kadang ada sebuah ironi. Dunia ini takut terhadap kekuatan bom atom, yang sebenarnya atom adalah bagian alam semesta milik dan ciptaan Allah. Sementara kuasa Allah tidak terbatas bahkan meliputi pengendalian alam raya semesta dan kuasa ini juga yang dipakai untuk membangkitkan Yesus dari kematian; kuasa kebangkitan-Nya itu juga yang diberikan pada kita sebagai ahli waris-Nya. Memang masih banyak orang takut akan kematian sebab masih berpikir itu sebagai misteri dan kegelapan, namun dengan kebangkitan yang dijanjikan dan telah terbukti pada Yesus, maka setiap orang percaya tidak perlu lagi takut sebab "kematian" itu bersifat sementara dan jalan menuju ke kehidupan kedua yakni kekekalan (band. 1Pet. 1:5). Kuasa Allah yang tak terbandingkan ini juga tersedia bagi orang percaya untuk menolong kita dalam menghadapi setiap kesulitan, sehingga tidak ada yang terlalu sulit bagi Dia.

 

 

 

Ketiga: Duduk di sebelah kanan Allah (ayat 20b-21)

 

Kuasa Allah yang kedua setelah membangkitkan Yesus adalah mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya (band. Mrk. 16:19). Pengertian duduk di sebelah kanan dalam hal ini ekspresi alegoris orang Yahudi sebagai simbol kekuasaan dan bukan dalam pengertian fisik orientasi seperti Allah Bapa bersebelahan di sebelah kiri Tuhan Yesus, sebab Allah adalah Roh dan mengatasi segala tempat. Pengertian duduk memiliki dua makna: Pertama, sebagai metafora "Kepercayaan" atau "Wakil" dalam melaksanakan kuasa dan Pribadi Allah menghadapi seluruh ciptaan Allah sekaligus ungkapan kemuliaan dan penghormatan. Istilah populernya Yesus sebagai “Tangan Kanan”. Pengertian duduk di sebelah kanan ini sekaligus penguatan hal yang dinyatakan dalam kitab Perjanjian Lama, "Mazmur Daud. Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu" (Mzm. 110:1). Dalam Mzm. 80:18, dituliskan "Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu". Dengan kedudukan di sebelah kanan itu maka Yesus sebagai Anak Allah menjadi Representasi Pribadi Allah yang Maha Tinggi untuk menjadi Penguasa dan Pemerintah atau Raja di dunia dan alam semesta ini.

 

 

 

Arti kedua duduk adalah tinggal atau bersemayam (band. Luk. 24:49 dan Ams. 20:8 yang memakai kata Yunani yang sama - kathizo). Pengertian duduk berarti Tuhan Yesus tinggal secara kekal dalam kebahagiaan Allah Bapa (band. Mzm 16:11). Dengan Yesus sudah merupakan Representasi dan tinggal bersama Allah, kita tidak perlu takut pada seorang diktator, sebuah bangsa, atau pada kematian dan bahkan pada setan. Kekuasaan Yesus tidak terbatas dan jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut. Kita tahu tentang penguasa dunia atau raja-raja seperti Nebukadnesar, Daud, Rhiza Pahlevi dan lainnya, bahkan presiden yang sangat berkuasa seperti Suharto, demikian juga dengan dinasti-dinasti di Tiongkok atau Jepang, namun semua itu tidak ada yang abadi, runtuh tidak berbekas. Kerajaan dan kekuasaan mereka tidak kekal sebagaimana kerajaan Yesus yang bertahan dan terus meluas hingga saat ini (Flp. 2:9, 10).

 

 

 

Kuasa Allah yang dinikmati oleh orang percaya di dunia ini tidak berhenti disini saja. Segala kuasa di sorga maupun di bumi telah dilimpahkan kepada Yesus (Mat. 28:18-20). Kekuasaan manusia sebagaimana disebutkan di atas pasti berakhir. Dunia baru dengan bumi dan langit baru memerlukan pemerintahan dan kuasa yang abadi dan tidak sama dengan dunia yang kita lihat dan diami saat ini. Semua ini merupakan paket dalam perjanjian ketika kita menerima Tuhan Yesus dan menjadikan-Nya sebagai Juruselamat dan Raja dalam hidup kita. Yesus yang dihakimi di dunia 2000 tahun lalu akan menjadi Hakim yang dipilih Allah untuk mengadili yang hidup dan yang mati dan kita akan menjadi orang yang dibela dan dibenarkan sesuai dengan janji-Nya. Perjanjian telah dimeteraikan; kita hanya sesaat untuk menunggu penenuhannya. Rasul Paulus mengatakan, sebagaimana juga pada kitab Rm. 8:37-39, tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dan kasih-Nya.

 

 

 

Keempat: Segalanya diletakkan di bawah kaki-Nya (ayat 22-23)

 

Musuh yang paling kuat bagi manusia adalah iblis dengan segala bentuk pengikutnya. Meski dikatakan tubuh dan daging juga disebut sebagai musuh, namun banyak orang telah berhasil mengalahkan keinginan daging dan tubuh dengan cara puasa, tapa atau selibat. Namun sejak awal dikisahkan bahwa manusia dapat mudah mengalahkan keinginan tubuh, namun begitu menghadapi godaan hati, manusia sangat lemah dan mudah jatuh. Kisah Hawa yang digoda iblis dalam bentuk ular dan kemudian Adam, Kain, dan ratusan kisah manusia terbukti dikalahkan oleh iblis sehingga akhirnya jauh dari Allah. Oleh karena itu satu-satunya kuasa yang dapat mengalahkan iblis hanyalah kuasa dari Allah. Apabila manusia menghadapi iblis dengan kekuatannya maka pasti takluk, akan tetapi apabila menghadapinya bersama dengan kuasa Allah, maka pasti menang (Kol. 2:10). Pengertian bersama dengan kuasa Allah ini bukan harus dalam bentuk tengkingan, berteriak, melainkan sikap hidup sehari-hari dengan tunduk berserah dipimpin Roh Kudus dan menatap lurus ke depan tanpa tergoda ke kanan atau ke kiri (Yos. 1:7).

 

 

 

Dalam Mzm. 110: 1 di atas juga disebutkan, "sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu", arti yang sama dengan “meletakkan semuanya di bawah tapak kaki-Nya.” Ungkapan ini berasal dari sikap seorang Raja atau pemenang yang menempatkan kakinya di atas leher atau kepala orang yang ditaklukkannya dalam sebuah perkelahian atau pertempuran. Dengan sikap ini, artinya, segala yang mengaku kuasa dan pemerintahan, harus tunduk bertekuk lutut di bawah kuasa dan pemerintahan Kristus (Mat. 22:44; 1Kor. 15:25-27; Ibr. 2:8). Yesus adalah Mesias; Ia Yang Diurapi. Dia adalah Allah yang ditunggu umat Israel, Allah yang membangun kembali dunia mereka yang sudah hancur. Sebagai orang Kristen, kita harus percaya bahwa Allah pasti menang dalam peperangan akhir dan mengendalikan segalanya di bawah kuasa-Nya. Demikian pula dengan kuasa-kuasa kegelapan dalam bentuk tahyul, setan, sinkretisme, dan alat-alatnya semua pasti takluk dengan penguasa tertinggi alam semesta.

 

 

 

Setelah dibangkitkan dari kematian, kuasa diberikan pada Kristus sebagai Kepala Gereja. Yesus Kristus adalah Pendiri Gereja (Mat. 16:18) dan siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh-Nya. Gereja dalam hal ini bukanlah bangunan atau denominasi, melainkan setiap orang yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan hidupnya (Yoh. 3:16; 1Kor. 12:13). Dalam keseharian, kumpulan orang ini disebut dengan gereja lokal dan kemudian menjadi sebuah gereja universal sedunia dengan Yesus sebagai Kepala. Kedudukan Kepala bukan sekedar gelar kemuliaan atau kehormatan umum tetapi mengandung arti penuh dalam kepemimpinan yang berhubungan dengan sistem, pemerintahan, dan kuasa-Nya dalam tubuh Gereja (1Kor. 11:3; Ef 4:15; 5:23; Kol 1:18; 2:10). Tubuh tidak berdaya tanpa kepala demikian pula Gereja tidak akan berdaya tanpa Kristus. Sebagai Kepala, Kristus memenuhi jemaat dan kepenuhan ini mengacu pada pemberian karunia-karunia rohani dan berkat-berkat pada gereja (band. Yoh. 1:16; 1Kor. 12:11; Ef. 3:19; 4:10). Kepenuhan Dia untuk memenuhi semua dan segala sesuatu (Ef. 3:19; 4:13), Kristus sungguh-sungguh memberdayakan dan mengarahkan gereja dan untuk itu pula gereja harus mengekspresikan sepenuhnya Kristus. Dengan demikian maka gereja menempatkan Kristus sebagai Raja yang kita peringati dan teguhkan melalui nas minggu ini.

 

 

 

Penutup

 

Doa sejati penuh dengan ucapan syukur dan dapat melihat dengan mata hati yang terang tentang karya Tuhan Yesus dalam hidupnya atau hidup orang lain serta jemaat-Nya. Doa yang lebih dalam adalah kepedulian akan sesama orang percaya untuk terus diberikan jalan pengenalan Allah yang benar, sehingga mampu berkarya melalui kuasa Roh Kudus. Roh kebenaran ini kemudian memberi hikmat untuk memahami rencana Allah dan menerapkannya demi pengharapan dalam panggilan-Nya. Yesus sebagai Raja dan pemegang otoritas memimpin dan memerintah dan Ia duduk di sebelah kanan Allah, tinggal dan berkuasa atas sorga dan bumi saat ini dan dalam kekekalan. Dengan kedudukan dan kuasa itu maka segala kuasa yang ada baik yang ada di bumi dan di awan-awan dan angkasa telah diletakkan di bawah kaki Yesus yang telah menjadi Pemenang. Inilah yang menjadi doa dan pengharapan kita, agar kita sebagai anggota tubuh-Nya semakin mengenal melalui mata hati yang terang akan Allah yang benar dalam Kristus yang telah menjadi Raja, sehingga kekayaan Allah dalam hikmat dan berkat merupakan penggenapan janji nyata yang kita terima dalam pengalaman hidup sehari-hari.

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

Khotbah (3) Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga - 29 Mei 2025

 

 ROH KUDUS DIJANJIKAN (Kis. 1:1-11)

 

Dan (dua orang yang berpakaian putih) berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga" (Kis. 1:11)

 

 

 

Setiap orang akan kembali ke asalnya. Manusia dari tanah akan kembali ke tanah. Orang tua saya dari Samosir Sumatera Utara, dan banyak orang seusia mereka yang dibesarkan di sana, berpesan ingin dimakamkan di kampung halamannya. Alamiah. Demikian pula Yesus, Ia datang dari sorga (Yoh. 3:16), maka kembali ke sorga. Ia kembali kepada Bapa yang mengutus-Nya.

 

 

 

Selama tiga tahun lebih pelayanan-Nya, Ia telah membuat gempar para pemimpin Yahudi dan juga kekaisaran Romawi. Tiga puluhan mukjizat dilakukan untuk membuktikan bahwa Ia memang dari sorga utusan Allah (ayat 1-2). Bahkan Ia bangkit dari liang kubur, mengalahkan kematian, dan selama 40 hari memperlihatkan diri-Nya dengan kuasa yang tetap ada kepada semua murid dan pengikut-Nya (ayat 3).

 

 

 

Pesan utama tujuan Yesus menjadi manusia dan datang ke dunia telah disampaikan, yakni agar manusia bertobat karena kerajaan sorga telah dekat (Mat. 4:17; Mrk. 1:15). Ia datang untuk menjadi tebusan bagi orang-orang yang berdosa dan percaya kepada-Nya (Mat. 20:28; 1Tim. 2:6). Pesan kedua-Nya, agar kaum miskin, janda-janda dan yatim piatu, mereka yang tertindas dan teraniaya, serta orang asing kaum pendatang, diberi perhatian. Memberi kasih yang tulus kepada mereka, membagikan damai sejahtera sehingga dunia ini penuh dengan sukacita (Luk. 4:18-19; Yoh. 14:27, Mat. 25:31-46). Dan pesan ketiga, Ia datang untuk memberi hidup dan kelimpahan bagi kita orang yang percaya dan taat (Yoh. 10.10).

 

 

 

Dua belas rasul dan sebagian umat Yahudi pengikut setia yang telah menerima-Nya masih berharap bahwa kerajaan dunia akan dibangun Yesus. Pertanyaan mereka rasanya wajar: “Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?” (ayat 6). Dalam benak mereka, Yesus menjadi raja seperti Daud dan Mesias yang ditunggu. Mungkin terbersit juga gambaran mereka dapat menduduki jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan kerajaan tersebut.

 

 

 

Namun sejak awal Yesus sudah menjelaskan tentang Kerajaan Allah yang dimaksudkan adalah kerajaan rohani, sebagaimana dituliskan dalam awal kitab-kitab Injil. Maka Yesus pun menjawab: Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Artinya murid tidak usah pusing. Jalankan saja pesan dan perintah yang diberikan, dan janji-Nya akan ada Roh Kudus yang membaptis mereka (ayat 5). Dan terbukti, para murid kemudian memahami semua hal itu.

 

 

 

Yesus menyampaikan pesan terakhir: kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (ayat 4, 8), sebagaimana Amanat Agung di Mat. 28:18-19. Gambarannya semakin mengarah keluar, sentripetal. Tugas yang tidak mudah. Dan Yesus berkata, mereka melakukan itu sebab akan menerima kuasa, Roh Kudus turun ke atas mereka. Tuhan Yesus mengetahui, untuk tugas berat manusia tidak bisa berjalan sendirian.

 

 

 

Lantas Ia pun pergi, terangkat ke sorga. Tugas dan misi singkat dari Bapa telah selesai. Para murid kecewa dengan pertanyaan di benak: Siapa yang mendampingi mereka dalam menjalankan misi tersebut? Memang disebut akan ada Roh Kudus. Tetapi, apa dan siapa itu?

 

 

 

Dalam hidup ini kita pun kadang-kadang kecewa, sebab pertanyaan tidak terjawab atau pengharapan tidak terwujud. Semangat melemah dan pikiran kacau. Itu wajar.

 

 

 

Tetapi kita perlu meneladani para murid. Mereka hanya percaya perkataan Tuhan Yesus meski tidak mengerti apa yang akan terjadi. Iman lebih bekerja saat pikiran sudah mentok. Dan janji Tuhan memang terbukti. Dalam pasal berikutnya dijelaskan, para murid akhirnya menunggu dengan berkumpul di sebuah rumah menanti janji Tuhan itu, dan Roh Kudus dicurahkan. (Kis. 2:1-13). Janji-Nya digenapi.

 

 

 

Mari kita menjalankan misi mulia yang diberikan Tuhan Yesus. Mengabarkan Injil ke seluruh pelosok. Bila waktu dan tenaga kita tidak memungkinkan, maka berikan kemampuan yang lain agar misi itu tetap berjalan. Tuhan memberi talenta dan tempat yang berbeda kepada semua orang untuk ikut mengambil bagian dalam perintah bersaksi tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Kita ingat saja, bahwa Tuhan Yesus kelak akan datang ke dunia, tentu sebagai hakim meminta pertanggungjawaban kita. Ia terangkat ke sorga dan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga (ayat 11). Bersiaplah.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah Minggu VI Paskah - 25 Mei 2025

Khotbah Minggu VI Paskah - 25 Mei 2025

 

 KETAATAN PADA FIRMAN DAN DAMAI SUKACITA (Yoh 14:23-29)

 

 Bacaan lainnya menurut Leksionari: Kis 16:9-15; Mzm 67; Why 21:10, 22-22:5

 

 Pendahuluan

 

Minggu ke-VI Paskah ini memberikan gambaran Tuhan Yesus akan segera meninggalkan murid-murid-Nya untuk naik ke sorga. Oleh karena itu, Ia banyak memberikan petunjuk bagi para murid tentang bagaimana mereka akan bertindak dan berperilaku dalam mengemban misi yang diberikan-Nya. Para murid belum bisa membayangkan bagaimana sebenarnya Yesus akan meninggalkan mereka, waktu dan caranya, dan belum memahami makna ucapan bahwa Ia akan kembali ke Bapa-Nya. Tuhan Yesus juga menyatakan para murid tidak perlu kuatir, sebab dengan kepergian-Nya maka pengganti-Nya akan datang yakni Penghibur, Penolong, Roh Kebenaran yang sama kuasa-Nya dengan Dia.

 

Pedoman yang diberikan Tuhan Yesus dalam percakapan di ruang atas itu memberikan pelajaran kepada kita minggu ini sebagai berikut.

 

 

 

Pertama: Mengasihi berarti menuruti firman dari Bapa (ayat 23-24)

 

Bagi orang Kristen, kasih adalah yang hal yang pertama dan sekaligus terutama. Kasih adalah dasar dan sekaligus selubung penutup. Kehadiran Tuhan Yesus telah memperlihatkan Allah mengasihi dunia, sekaligus membuktikan Allah mengasihi Yesus. Yesus juga memperlihatkan Ia mengasihi manusia dan manusia akhirnya mengasihi Yesus, sekaligus mengasihi Allah. Oleh karena  Yesus mengasihi manusia, maka manusia harus mengasihi sesama dan lingkungannya. Pola hubungan kasih inilah menjadi dasar sekaligus terutama.

 

 

 

Manusia memahami kasih bisa dari penglihatan yakni dari contoh keteladanan yang diberikan. Murid-murid melihat dan merasakan bagaimana Yesus mengasihi mereka dan sesama, kemudian keteladanan itu mereka tuliskan (bekerjasama dengan Roh Kudus) dalam kitab-kitab. Tuhan Yesus memberikan pengajaran, hikmat dan kata-kata yang dalam dan indah, kemudian para murid menuliskan sebagian dari yang mereka ingat dan dapatkan (band. Yoh 21:25). Manusia bisa lupa dan lalai, maka tulisan firman Tuhan itu dimaksudkan untuk menyegarkan kita bahwa kasih itu memang nyata dan harus menjadi pola hidup orang percaya. Untuk bisa menjadi pola hidup maka haruslah ada pemahaman dan ketaatan pada firman itu, kepatuhan, serta keinginan untuk menjaga dalam rel perjalanan hidup sehari-hari. Sebagaimana dikatakan-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku” (Yoh 8:31).

 

 

 

Keseluruhan metode itu, baik dari penglihatan, pembacaan dan pendengaran yang berdasarkan indra manusiawi, termasuk perenungannya, menjadikan firman itu merasuk ke dalam pikiran membentuk nilai dasar (basic value), inti (core), budaya (custom), sekaligus menjadi visi dalam diri kita. Nilai dasar dan visi ini kemudian yang harus berubah menjadi aksi konkrit (turning value and vision into action) dalam keseharian kita. Hal itu akan menjadi lebih cepat dan efektip apabila kita menyadari bahwa ketaatan dan kepatuhan itu membawa jalan kepada tujuan hidup, yakni kedamaian dan keselamatan abadi. Ini menambahkan bahwa kita juga digerakkan oleh tujuan disamping oleh nilai dan visi tadi. Proses ini akan menjadi lebih nikmat dan menarik, apabila kita juga menyadari bahwa dalam proses "merasuk dan menjiwai" itu, ada proses belajar dan peningkatan diri, ada keinginan bahwa semakin hari kita semakin berhikmat dan lebih baik.

 

 

 

Semua itu terjadi hanya kalau kita mencintai firman Ilahi itu, yang kata Yesus adalah dari Bapa, dan kita senang dan rajin membaca dan merenungkannya, mendengar khotbah dan renungan, kemudian menjadikan diri kita sebagai pelaku (Yak 1:22). Keinginan Tuhan Yesus dalam nats ini bahwa kita mengasihi karena firman akan menjadi sempurna wujudnya, terlebih adanya janji Tuhan kepada kita sebagaimana dikatakan-Nya, yakni: “Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Sungguh indah.

 

 

 

Kedua: Roh Kudus yang mengajar dan mengingatkan (ayat 25-26)

 

Dalam proses melihat, membaca, dan mendengar itu ada keterbatasan indra manusia dalam mencerna. Terlebih kita yang secara alami sudah berdosa dan cenderung melakukan dosa, maka pemahaman firman itu bisa menjadi lebih sulit. Iblis juga bekerja ketika kita membaca dan mendengar firman. Perhatian kita akan dialihkan dan otak kita seolah dibuntukan. Hati kita ditutupi. Oleh karena itu Tuhan Yesus mengatakan, bahwa Penghibur yang akan datang itu, yakni Roh Kudus akan mengajar kita untuk lebih memahami maksud dan tujuan firman itu. Alkitab berkata, bahwa “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim 3:16).

 

 

 

Keterbatasan akal pikiran manusia menjadikan pemahaman firman itu tidak sempurna. Tetapi berkat kuasa Roh Kudus yang kita undang untuk menolong dalam memahami firman, akan memberikan iluminasi (penerangan) yang lebih baik lagi di luar kemampuan akal pikiran kita. Dengan iluminasi, peran Roh Kudus tidak mengambil keberadaan kita sebagai individu yang merdeka, melainkan Roh Kudus menolong membuka tabir kegelapan pemahaman dan menanamkan kebenaran firman itu kedalam hati dan pikiran kita. Selubung mata rohani kita terbuka. Roh Kudus adalah Guru penafsir Alkitab kita yang maha pandai (1Kor 2:10). Bahkan, melalui pemahaman firman secara khusus Roh Kudus menjelaskan apa kehendak Allah dalam hidup kita sehingga tidak menyimpang dari firman yang dituliskan. Dalam hal inilah peran Roh Kudus mengembangkan kemampuan kita untuk memahami maksud firman itu. Ada ciri khas ketika kita belajar firman dan kemudian Roh Kudus bekerja, yakni adanya sukacita dan damai sejahtera saat kita selesai belajar firman itu. Seolah-olah ada kuasa baru, pemahaman baru, dan buahnya kita semakin mengasihi Yesus dan ingin berbuat sesuatu bagi Dia.

 

 

 

Tetapi manusia sering lupa dan lalai. Tubuh kita lemah meski roh kita kadang kuat. Terlebih ketika ada godaan dari si jahat, maka rohani kita akan tertutup dan membuat apa yang sudah kita pelajari dan sukai dari firman sering menjadi hilang. Tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus akan mengingatkan apabila kita dalam kesulitan. Meski iblis membuat seolah-olah firman itu tidak bisa maksimal berperan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi Roh Kudus terus bekerja dan berkata-kata dalam hati kita sepanjang kita berseru memanggil-Nya (1Yoh 2:20).

 

 

 

Dalam kerangka inilah apa yang dimaksudkan Tuhan Yesus, bahwa Penghibur kita yakni Roh Kebenaran itu akan mengajar dan mengingatkan kita. Kesadaran akan peran Roh Kudus membuat justifikasi akan kebenaran firman itu sendiri.

 

 

 

Ketiga: Menerima damai sejahtera dari Yesus (ayat 27)

 

Tuhan Yesus berkata, Ia meninggalkan dan memberikan damai sejahtera kepada kita, dan tidak sama dengan damai sejahtera yang diberikan dunia. Damai sejahtera dari-Nya memiliki ciri yakni memberi ketenangan hati yang permanen, menghasilkan buah kebaikan ke dalam dan keluar. Damai sejahtera yang diberikan Tuhan Yesus adalah kesiapan menerima datangnya masa depan, dalam bentuk apa pun, baik segala sukacita dan penderitaan atau dukacita. Dosa, ketakutan, ketidakpastian, keraguan, dan berbagai kuasa jahat merupakan perang yang terus menerus dalam diri kita. Akan tetapi damai sejahtera dari Allah akan menyingkirkan semua itu dari hati dan pikiran kita, sepanjang kita memberi tempat damai sejahtera itu dalam hati kita, menjadikan ia berkuasa dalam hidup sehari-hari (Flp 4:6-7). Inilah model damai sejahtera dari Allah.

 

 

 

Damai sejahtera yang diberikan Yesus tidak sama dengan yang diberikan oleh dunia, dalam arti damai sejahtera yang diberikan dunia tidak permanen, pasang surut, dan bersyarat (conditional). Damai di dunia adalah rasa aman yang mungkin karena adanya polisi, tentara atau senjata, atau mungkin hanya ditafsirkan sebagai tidak adanya konflik. Damai sejahtera dunia adalah kecukupan makanan dan materi, kesenangan jasmaniah. Seolah-olah semua itu adalah damai sejahtera yang tampak dari luar.

 

 

 

Damai sejahtera dari Tuhan Yesus berbeda karena lebih terlihat di dalam, di hati dan di wajah sebagai jendela hati. Damai sejahtera Yesus memiliki kuasa, yakni mampu mengalahkan godaan dan kejahatan. Damai dari Yesus adalah damai yang mengasihi, damai yang memberi dan siap berkorban,  sebab kita sadar menerima dari Dia yang telah berkorban bagi kita. Sikap pandang ini penting, sebab apabila kita sudah dalam tahap damai sejahtera dengan tahapan seperti itu, maka seyogianya membuat kita dalam ketentraman dan ketenangan bathin tanpa ada ketakutan dan kekuatiran. Inilah yang  disebut bisa mengalahkan itu baik godaan dari siapa pun.

 

 

 

Keempat: Sukacita karena semua digenapi (ayat 28-29)

 

Ada puisi ditulis Ramadhan KH yang sangat bagus, bahwa kebahagiaan yang paling nikmat adalah selesai kerja. Selesai dalam pengertian waktu tugas sudah tiba dan kerja yang dihasilkan juga memuaskan. Apalagi kalau kerja itu benar selesai dalam pengertian tuntas, bukan selesai dari satu bagian, meski itu juga memiliki kebahagiaan tersendiri. Itu bisa kita rasakan setiap sore hari, atau setiap hari Jumat sore. Oleh karena itu ada istilah “TGIF, Thanks God It's Friday”, dalam arti sudah akhir masa kerja mingguan dan masuk dalam akhir pekan yang biasanya diisi dengan santai atau liburan. Memang ada yang bilang, itu tidak baik, lebih bagus kalau “TGIM, Thanks God It's Monday”, artinya itu mulai kerja lagi. Tapi itu boleh juga dalam pengertian karya baru dimulai lagi. Akhir pekan tetap kegembiaraan yang dinantikan.

 

Itulah yang terjadi pada Tuhan Yesus. Misi-Nya selesai dan Ia akan pergi kembali ke Bapa yang mengutus-Nya. Ini juga ciri khas yang lazim dalam kehidupan, yakni selalu adanya sebuah awal dan perhentian, sebuah pola yakni ada awal dan ada akhir. Yesus berbicara kepada para murid tentang tujuan-Nya Ia pergi, yakni membawa pesan dan kesan bahwa murid-murid-Nya mengasihi Dia dan Bapa, serta mereka siap untuk meneruskan misi-Nya.

 

 

 

Tuhan Yesus mengatakan bahwa apa yang dikatakan-Nya pasti akan terjadi. Itu betul, sebab Yesus memang pergi dengan cara yang tidak terbayangkan oleh murid-Nya, yakni terangkat naik ke sorga. Inilah yang dikatakan Yesus, bahwa kalau itu terjadi maka murid-murid-Nya akan percaya. Mereka pun percaya dan karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak percaya. Tetapi apa yang lebih penting adalah, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia akan kembali. Ini penting sebab kemenangan yang Tuhan Yesus sudah alami dan buktikan melewati penderitaan dan kematian, akan Dia perlihatkan juga kepada kita bagaimana kita melewati kematian itu kelak. Hal ini juga memberi pelajaran kepada kita agar tidak takut pada kematian, sebab kematian adalah pintu berkat kebahagiaan. Rinciannya kebahagiaan itu tidak perlu, tetapi intinya adalah: Kita akan menang dan kita adalah pemenang!! Sebagai orang menang maka kita haruslah bersukacita.

 

 

 

Itulah yang Tuhan Yesus maksudkan, betapa kita bersukacita atas semua kejadian itu. Kita bersukacita Tuhan Yesus kembali ke Bapa dan Ia akan kembali menjemput kita orang percaya dan itu  semua akan digenapi. Selengkapnya puisi Ramadhan KH itu sebagai berikut:

 

 

 

“Mega mega yang disentuh pudar/Karena keagungan kerja/Badai-badai yang ditentang nyisih/Karena keagungan jiwa/Tiadalah kebahagiaan sebesar/Kebahagiaan selesai kerja/Tiadalah kelapangan sebesar/Kelapangan kemenangan jiwa/Dan semua pengabdian/Untukkan bagi keagungan bangsa/Dan semua kelelahan/Diuntukkan bagi kemuliaan manusia.”

 

 

 

Kesimpulan

 

Minggu ini kita diberi firman Tuhan tentang bagaimana pentingnya ketaatan dan patuh pada firman yang dari Allah Bapa itu. Walaupun Yesus telah kembali, tetapi Roh Kudus beserta kita dalam mengajar, memahami, dan mengingatkan kita agar selalu menjadi pelaku firman. Buah dari ketaatan itu adalah menerima pemberian damai sejahtera dari Tuhan Yesus yang bersifat kekal. Damai sejahtera itu berbeda dengan damai sejahtera dunia, sebab damai sejahtera itu juga akan diakhiri dengan penggenapan janji-janji Tuhan kepada kita orang percaya. Karena itu, tetaplah taat dan patuh pada firman, maka sukacita akan menanti.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Kabar dari Bukit, Minggu 25 Mei 2025

Kabar dari Bukit

 

 JALAN PANJANG PENDERITAAN (Yoh. 5:1-9)

 

 “Kata Yesus kepadanya: "Bangunlah, angkatlah tikarmu, dan berjalanlah." Pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tikarnya dan berjalan” (Yoh. 5:9 TB2)

 

Mengapa ada penderitaan yang panjang? Ada beberapa kisah perjalanan hidup orang-orang yang lama menderita karena penyakit, penindasan, kemiskinan, perceraian, harapan yang pupus, bahkan dari kepicikan diri, kesombongan dan kecemburuan. Dari semua yang kita baca, tidak sedikit yang kalah, putus asa, menyerah dengan berganti iman bahkan bunuh diri; namun banyak juga yang berhasil melewatinya dengan kemenangan. Kisah Anne Frank yang menuliskan catatan harian tentang situasi mereka harus bersembunyi dari Nazi dan lantas ditangkap Gestapo, dimasukkan ke kamp konsentrasi dan akhirnya meninggal. Catatan hariannya dibukukan oleh ayahnya, Otto Frank dan menjadi buku yang terkenal.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Yoh. 5:1-9. Ini kisah penyembuhan seorang yang lumpuh selama 38 tahun! Ia menanti dapat masuk ke kolam Betesda, berharap sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air untuk kesembuhannya; sayangnya, ia selalu kalah cepat (ay. 4). Namun ia setia dan berharap terus pada Tuhan. Maka ketika Yesus lewat dan melihatnya, Yesus bertanya kepadanya: "Maukah engkau sembuh?" (ay. 6).

 

 

 

Ada beberapa pengajaran yang kita dapatkan dari nas ini. Pertama, Tuhan kadang memerlukan respons kita untuk menerima kebaikan-Nya. Ini dasar mengapa Yesus perlu bertanya: maukah engkau sembuh? Ya, kasih Tuhan ingin diberikan kepada semua orang agar mereka lepas dari penderitaan. Namun tidak semua orang mau menerimanya. Alkitab mencatat ada dua tokoh yakni Raja Saul yang ingin diselamatkan, namun ia menolak dan meminta peramal (1Sam. 28:3-20). Juga orang kaya yang tidak mau mendengar pesan Tuhan melalui Lazarus yang miskin di depan rumahnya, akhirnya dihukum (Luk. 16:19-31).

 

 

 

Kedua, kuasa Tuhan Yesus sungguh tidak terbatas dan pilihan mutlak-Nya untuk menyatakan mukjizat. Penyakit 38 tahun bisa disembuhkan-Nya hanya dengan ucapan semata. Percayalah, mukjizat dapat terjadi.

 

 

 

Ketiga, jangan lupa berterima kasih. Sebuah ucapan singkat yang memberi dampak besar, sama seperti kita tambahkan kata "maaf" bila ada hal yang salah atau kurang berkenan, atau kata "tolong" jika itu memang bukan kewajibannya. Orang lumpuh itu setelah sembuh langsung mengangkat tikarnya, pergi tanpa mengucapkan terima kasih. Bahkan ketika orang-orang Yahudi mencercanya karena disembuhkan pada hari Sabat, ia seolah menjadikan Yesus sebagai kambing hitam (ay. 10-11).

 

 

 

Tuhan Yesus Mahabijak dan Pengampun. Ia tahu orang lumpuh itu kurang bertanggungjawab. Ketika mereka bertemu kembali, Yesus berkata, "Ingat, engkau telah sembuh. Jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan terjadi yang lebih buruk lagi padamu" (ay. 14). Mungkin kita juga: berdoa di pagi hari tapi lupa berterima kasih di malam hari. Atau, saat kita mengalami hal buruk, kita memohon ampun dan pertolongan. Ketika Tuhan memberi kebaikan-Nya, kita lupa bersyukur dengan memberi dan hidup yang lebih baik. Ingatlah perkataan Yesus ini, agar tidak terjadi hal yang lebih buruk.

 

 

 

Keempat, bila jalan penderitaan berkepanjangan, baik karena kesalahan kita maupun karena cobaan iblis atas seizin Tuhan sebagaimana pengalaman Ayub, mari kita jadikan sebagai peperangan rohani, jalan kemenangan, sumber inspirasi dan motivasi memperbarui diri. Tuhan ingin kita terus mengembangkan iman, memperbesar pengharapan, menebalkan keteguhan hati, percaya akan waktu terbaik Tuhan bertindak; tetapi jangan lupa, tetaplah rendah hati.

Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

 

Khotbah (2) Minggu VI Paskah - 25 Mei 2025

Khotbah (2) Minggu VI Paskah - 25 Mei 2025

 

 

BERSYUKUR DAN DIBERKATI (Mzm. 67:1-8)

 

 

“Allah memberkati kita; kiranya segala ujung bumi takut akan Dia” (Mzm. 67:8)

 

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu hari yang indah ini bagi kita dari Mzm. 67:1-8. Judul perikopnya: Nyanyian syukur karena segala berkat Allah; sebuah ungkapan syukur umat Israel mengingat kebaikan Allah atas panen dan juga berkat lainnya. “Tanah telah memberi hasilnya; Allah, Allah kita, memberkati kita” (ay. 7). Nas pilihan pada Minggu VI Paskah hari ini, mengingatkan kepada para murid pada masa itu, sangat bersyukur karena 40 hari mereka bersama Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya. Sepuluh hari lagi, kita memperingati kenaikan-Nya ke sorga.

 

 

 

Bagaimana dengan hidup kita? Apakah selalu mengucap syukur dan merasa diberkati? Selain kita telah diselamatkan oleh penebusan Tuhan Yesus, kita layak mengucap syukur atas segala kebaikan-Nya. Jika kita belum dapat membuat daftar yang panjang semua kebaikan itu, rasanya ada yang salah dengan mata rohani kita. Mungkin mata jasmani kita berfungsi baik, tetapi mata rohani sangat diperlukan untuk melihat dan mensyukuri semua kebaikanTuhan yang diterima dalam hidup ini.

 

 

 

Melihat dengan hati dan mata rohani perlu dilakukan, agar hari-hari kita tidak diisi dengan mengeluh, kecewa, marah, benci, iri, dan pikiran buruk lainnya. Hal mendasar yang dilakukan adalah: "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1Tes. 5:18). Setiap beban pergumulan hanya dilihat sebagai jalan Tuhan untuk memurnikan dan meneguhkan iman kita. Kedua, cara bersyukur dengan selalu merasa cukup. Hilangkan kecenderungan tidak pernah puas dan ingin lebih. Alkitab mengajarkan, “... cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu” (Ibr. 13:5b).

 

 

 

Contoh mudah, janganlah membuat hutang, apalagi demi memuaskan nafsu. Membeli barang bukan primer dengan kartu kredit atau cicilan, sebenarnya itu jeratan keinginan dan obsesi. Mencukupkan dan menyesuaikan penghasilan dan pengeluaran akan membuat orang merdeka, bukan budak keinginan. Ingatlah kata Amsal Salomo, “…, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi” (Ams. 22:7b). Maka bila saat ini masih ada hutang, bekerja keraslah untuk segera melunasinya. Jangan malah membuat hutang baru.

 

 

 

Ketiga, tetaplah murah hati, terutama bagi yang lebih memerlukan. Yesus berkata, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati" (Luk. 6:36). Tetapi, murah hati harus bijak memilih dan tepat sasaran. Jangan murah hati hanya kepada orang tertentu, mengikuti perasaaan, tetapi pelit terhadap orang yang membutuhkan. “Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin” (Ams. 22:9). Peganglah prinsip: “adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis. 20:35). Sebagaimana Abraham, kita dipanggil diberkati untuk menjadi berkat (Kej. 12:2; 28:14).

 

 

 

Hal terakhir, persiapkan masa depan yang lebih baik terutama untuk anak. Ingatlah, tidak ada yang mudah dan sekejap, lakukan dengan iman dan pengharapan. Ini membuat kita tidak takut gagal. “Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu” (Gal. 3:9). Demikian juga dengan pengharapan, jadikan itu sauh yang kuat dan aman dalam melaksanakan semua rencana (Ibr. 6:19).

 

 

 

Mazmur 67 hari ini mengajarkan semua berkat yang kita terima, tujuannya adalah untuk dipakai bagi kemuliaan Tuhan; bukanlah diri sendiri, kelompok atau bangsanya (ay. 3-6), apalagi menyombongkannya. Untuk itu mari menjalani hidup dengan mengubah mindset, pola pikir, yakni mengerjakan hal yang Tuhan inginkan, dengan rasa syukur, merasa cukup, murah hati, dan mempersiapkan masa depan yang lebih baik dengan keyakinan bahwa Tuhan akan bekerja untuk kebaikan kita (Rm. 8:28). Dan itulah kuncinya; yang diberkati Tuhan adalah mereka yang selalu bersyukur.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 30 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12328887
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
2971
4494
11049
12286367
75993
177003
12328887

IP Anda: 216.73.216.128
2025-06-17 20:42

Login Form