Sunday, May 19, 2024

Kabar dari Bukit Minggu 28 April 2024

Kabar dari Bukit Minggu 29 April 2024

 

 

KASIH DAN KETAKUTAN (1Yoh. 4:7-21)

 

 ”Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan" (1Yoh. 4:18a)

 

 

 

Setiap orang memiliki rasa takut, ada yang sebentar lalu hilang, tapi ada juga yang berkepanjangan bahkan menjadi beban sepanjang hidup. Tentu semua ada penyebabnya, namun ada keyakinan iman bahwa semua persoalan dapat diselesaikan. Tidak ada masalah yang abadi.

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini adalah 1Yoh. 4:7-21. Perikop ini menjelaskan kembali pentingnya saling mengasihi. Dan ada dasarnya. Pertama, Allah adalah kasih, kita lahir dan berasal dari Allah, dan menjadi anak-anak Allah (ay. 2, 7). Kedua, kita sadar Allah mengasihi terlebih dahulu sehingga kita layak untuk mengasihi orang lain (ay. 10, 19).

 

 

 

Ketiga, jika tidak mengasihi berarti kita tidak mengenal Allah (ay. 8). Hanya mereka yang mengasihi dan tetap dalam kasih, membuktikan bahwa ia berada di dalam Allah, Allah di dalam dia, dan itu buah dari iman pengakuan Yesus adalah Anak Allah (ay. 13-16).

 

 

 

Hal keempat, tentunya kita banyak berinteraksi dengan orang lain. Selain hal yang membuat hati senang, kadang muncul sikap dan perbuatan orang lain yang kurang layak, membuat hati kita dapat galau, sedih dan bahkan kesal. Tapi dampaknya tergantung kita, sebab respon kitalah yang menentukan dampaknya, menyimpannya di hati seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan (Kis. 8:23), atau mengambil hikmat untuk kebaikan diri.

 

 

 

Respon yang terbaik adalah memaafkan dan melupakannya. Anggaplah bahwa setiap manusia bisa berbuat lalai, khilaf, atau ada faktor latar penyebab yang tersembunyi. Sebaliknya jika kita malah sakit hati, kecewa berat berkepanjangan, dendam, bahkan ingin membalas kejahatan dengan kejahatan, maka itu kesalahan besar. Kita bukanlah hakim, kita tidak berhak, sebab penilaian kita bisa salah.

 

 

 

Firman-Nya minggu ini mengingatkan konsekuensi jika kita tidak berespon mengasihi. Kita telah diminta hidup seperti Kristus dan kelak harus dipertanggungjawabkan (ay. 9). Kesadaran ini perlu, tidak ada tindakan kita di dunia yang lolos dari pengamatan Tuhan.

 

 

 

Dengan tidak mengasihi, kita membangun sendiri ketakutan, baik kepada Tuhan maupun kepada manusia. Kita akan memanggul beban yang tidak perlu, yang semakin berat dan menjauhkan kita dari Tuhan. Kita tidak lagi mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, sebab kasih Allah tidak sempurna dalam diri kita (ay. 17). “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (ay. 18).

 

 

 

Tidak seorang pun kita yang pernah melihat Allah. Kita mengenal hati dan pikiran-Nya, harapan dan kehendak-Nya, Pribadi-Nya di dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu, pesan penting lainnya dalam perikop minggu ini, “Jikalau seorang berkata: 'Aku mengasihi Allah,' dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya” (ay. 20).

 

 

 

Mari kita jalani hidup ini bebas dari rasa takut, kecuali takut akan Allah yang membuang rasa takut lainnya. Buanglah kebencian, sakit hati, dendam, ingin membalas, dan perasaan senang jika orang lain susah. Biarlah Roh yang memimpin dan berkuasa, bukan hati dan emosi. Sebaliknya, berserah dan mengucap syukurlah, Allah Mahatahu dan Mahaadil, yang bekerja dalam segala cara agar kita semakin serupa dengan Dia (Rm. 8:28-29). Teruslah mengasihi; hidup dalam kasih sebuah bukti hidup bersama Allah (ay. 13, 15).

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 15 guests and no members online

Login Form