Sunday, May 19, 2024

Khotbah (2) Minggu III setelah Epifani 21 Januari 2024

KHOTBAH (2) MINGGU III SETELAH EPIFANI – 21 Januari 2024

 

 KEKUATAN DAN PENGHARAPAN (Mzm. 62:6-13)

 

 Hanya pada Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku (Mzm. 62:6)

 

 

 

 

Kepada siapa iman Anda digantungkan; atau, kepada apa pengharapan Anda disandarkan dalam segala situasi? Saat ini virus Covid-19 merajalela, sungguh menyedihkan jika Anda lebih takut kepada Covid-19 daripada kepada Allah, dan menempatkan virus itu sebagai “iblis” pencabut nyawa.

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu ini, Mzm. 62:6-13 dengan judul perikop: "Perasaan tenang dekat Allah." Mazmur ini ditulis oleh Raja Daud di saat pelariannya, akibat pertentangan politik di kerajaannya. Raja Daud  begitu berkuasa, namun anaknya Absalom ingin merebut takhtanya, dan akhirnya ia melarikan diri. Zaman dahulu, tempat pelarian adalah gunung/bukit-bukit yang masih tandus dan gersang.

 

 

 

Oleh karena itu, Daud memakai istilah gunung batu dan keselamatan, serta kota benteng untuk gambaran Allah tempat perlindungannya. Imannya tetap teguh, Allah saja sebagai sumber kekuatan baginya; bukan anaknya, bukan hartanya, kekuasaannya, bahkan alam sekalipun. “Aku tidak akan goyah,” demikian tuturnya di ayat 7.

 

 

 

Dalam menghadapi situasi saat ini, juga demikian. Angka kematian pandemi terus meningkat secara menakutkan. Ada yang parno berlebihan, tidak wajar, dan rasa takutnya bahkan melebihi kepada Allah. Tentu kita juga jangan menganggap sepele pandemi ini. Presiden, menteri, pengusaha, atlit, tokoh-tokoh, banyak yang terpapar dan tidak sedikit yang mati. Orang kaya raya dan yang miskin, semua sama saja bagi virus ganas ini.

 

 

 

Firman Tuhan mengajarkan, “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” (Ams. 1:17). Artinya rasa takut akan Allah lebih mendahului, dan dengan pandemi ini kita diajarkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya. Uang dan harta kadang tidak berguna. Iman kitalah yang tetap bersandar pada Dia, pelindung dan pertolongan kita. Dengan pimpinan-Nya dan firman-Nya, kita diajar untuk bersabar, rendah hati, tidak sombong, tidak merasa diri hebat, tetapi taat dan tetap berserah.

 

 

 

Hal kedua dalam Mazmur ini tentang pengharapan. Raja Daud mengatakan, “curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya” (ayat 9). Ini dapat melalui doa atau nyanyian. Tetaplah terhubung dengan Dia yang membuat hidup kita tidak lepas dari kasih-Nya. Percayalah kepada-Nya setiap waktu.... Allah tempat perlindungan kita. Ia selalu ada, Mahahadir, berkuasa, dan Ia baik (ayat 9, 12). Tidak ada yang bisa menyangkal itu. Bila saat ini ada yang merasa Allah tidak baik, periksa diri; kelak dibukakan-Nya semua.

 

 

 

Pengharapan tidak dapat kita berikan kepada manusia. Manusia bagaikan angin yang mudah tertiup ke mana saja (ayat 10). Tetapi pemazmur juga mengingatkan, agar kita jangan berpikir untuk menempuh jalan yang salah: merampas, pemerasan, pembalasan, jalan kekerasan, yang menjadikan kita sebagai hakim. Allah adalah hakim. Dia yang membalas setiap orang menurut perbuatannya (ayat 13).

 

 

 

Ketika kita dalam pergumulan atau bahaya, maka bersama Allah selalu ada pengharapan. Seperti orang yang mau jatuh, saat selalu berupaya menggapai sesuatu. Raja Daud ingin lepas dari kemelut dirinya, ia serahkan kepada Allah. Namun, pengharapan juga dapat menjadi impian yang ingin dicapai. Pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibr. 6:19a). Mazmur 119:116 mengatakan, pengharapan itu harus ditopang oleh janji Allah, agar bisa terwujud. Maka terus kenali Dia, dan ikatlah dalam janji dari kita dan pegang janji-Nya. Setialah menanti.

 

 

 

Menghadapi pandemi atau pergumulan lainnya, Allah adalah andalan dan tempat kita menggantungkan iman setiap hari. Jika pergumulan semakin besar, semakin kuatlah bersandar pada-Nya. Iman tidak harus dimengerti akal seluruhnya, tetapi berserah sesuai dengan kebaikan-Nya. Tetap tenang. Rasa kuatir apalagi takut tidak akan menolong, tidak akan menambahkan apapun juga (Mat. 6:25-34).

 

 

 

Pengharapan juga demikian, kita dan keluarga sehat-sehat selamat melewati pandemi ini. Dekat-dekatlah kepada Allah agar hati kita tenang, aman tenteram, dan damai sejahtera. Tetap ikut Dia. Kita hanya berharap pada kasih setia-Nya yang telah terbukti dari abad ke abad (ayat 13).

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 16 guests and no members online

Login Form