2025
2025
Kabar dari Bukit, Minggu 16 Februari 2025
Kabar dari Bukit
KEBANGKITAN KITA DAN JAMINAN (1Kor. 15:12-20)
”Kalau pengharapan kita kepada Kristus terbatas pada hidup kita di dalam dunia ini saja, maka dari seluruh umat manusia di dalam dunia ini, kitalah yang paling malang!” (1Kor. 15:19 BIS)
Minggu lalu renungan kita tentang kebangkitan Yesus (1Kor. 15:1-11). Tentu ada perbedaan antara kebangkitan Yesus dengan kisah kebangkitan manusia di dalam Alkitab. Kitab PL mencertakan Nabi Elia menghidupkan anak janda di Sarfat (1Raj. 17:21-22), Nabi Elisa menghidupkan anak perempuan Sunem (2Raj. 4:32-36, serta orang yang hidup kembali setelah tersentuh tulang-tulang Elisa (2Raj. 13:21). Demikian juga dengan kebangkitan di PB yakni putri Yairus (Mat. 9:24-25), pemuda dari Nain (Luk. 7:14-16), Lazarus (Yoh. 11:43-44), Dorkas dan Eutikhus (Kis. 9:40-41; 20:9-12). Perbedaan ini jelas yakni mereka yang bangkit memiliki tubuh seperti semula, sementara Yesus bangkit dengan tubuh kemuliaan. Perbedaan lainnya, manusia yang bangkit mati kembali, sementara Yesus tetap hidup dan terangkat ke sorga. Kebangkitan Yesus juga atas kuasa-Nya sendiri tidak melalui nabi-nabi.
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah lanjutannya, yakni 1Kor. 15:12-20. Judul perikopnya: Kebangkitan kita. Rasul Paulus menjelaskan tentang kebangkitan pada jemaat Korintus, sebab ada yang tidak percaya akan kebangkitan orang mati sebagaimana golongan Saduki (ay. 12; Mat. 22:23-24).
Melalui nas minggu ini kita belajar tentang kebangkitan kita manusia. Pertama, dasar kebangkitan adalah adanya hukum sebab-akibat, aksi dan reaksi, yakni setiap tindakan manusia pasti memiliki konsekuensi. Apa yang ditabur itu yang akan dituai (Gal, 6:7) dan orang yang menabur angin akan menuai badai (Hos. 8:7; 2Kor. 5:10). Dasar lainnya adalah Allah Mahaadil. Manusia dapat menyembunyikan perbuatan jahatnya di dunia, namun keadilan Allah harus ditegakkan dan semua akan dibukakan kelak dan diperhitungkan (Mrk. 4:22; Mzm. 37:28-29). Kematian fisik di dunia bukanlah akhir segalanya, sebab tubuh dari tanah kembali ke tanah namun roh/nafas manusia yang dihembuskan Allah tetap hidup dan kembali kepada Allah (Kej. 2:7; Rm. 14:7-9).
Tujuan kebangkitan yakni agar manusia memahami dan mengerti semua perbuatan mempunyai konsekuensi. Perbuatan baik wajar mendapatkan upah dan perbuatan jahat mendapatkan hukuman. Ini secara otomatis akan membentuk dan mendidik manusia dengan karakter yang seturut dengan kehendak Allah. Kadang hukuman itu dilakukan di dunia sebagaimana Daud dan Batyseba dihukum akibat perbuatan jahatnya dengan kematian anak mereka (2 Sam. 12). Semua itu perlu dilakukan agar manusia siap dalam menghadapi kehidupan pasca kematian fisik dalam bentuk kehidupan bersama Allah Bapa. Tanpa kebangkitan orang mati, iman kita akan menjadi sia-sia (ay. 13-19)
Melalui kebangkitan Yesus, Allah memiliki rencana dalam kehidupan manusia yakni memulihkan hubungan dengan-Nya yang telah dirusak oleh dosa. Melalui iman dan kebangkitan Yesus, maka kematian telah dikalahkan dan kebangkitan-Nya merupakan kemenangan atas dosa. Dengan percaya kepada Yesus akan kebangkitan-Nya maka orang percaya akan memiliki kehidupan baru. Oleh karena itu dalam ayat 19 dituliskan, pengharapan kita akan Kristus tidak hanya untuk hidup di dunia ini, tetapi juga saat kebangkitan nanti (versi BIS).
Bagian terakhir nas minggu ini memberi kita kekuatan bahwa kebangkitan Yesus merupakan jaminan bahwa kita orang percaya juga akan dibangkitkan (ay. 20). Dengan memelihara iman dan pengharapan yang kuat, menjalani kehidupan seturut kehendak-Nya, maka melalui kebangkitan kita akan hidup bersama Allah selamanya. Terpujilah Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah Minggu 16 Februari 2025 - Minggu VI Setelah Epifani
Khotbah Minggu 16 Februari 2025 – Minggu VI Setelah Epifani
TUBUH DAN JIWA (Luk. 6:17-26)
Firman Tuhan bagi kita pada Minggu VI setelah Epifani ini diambil dari Luk. 6:17-26. Nas ini terdiri dari dua bagian: pertama, tentang Yesus mengajar dan menyembuhkan banyak orang (ayat 17-19); dan kedua tentang ucapan bahagia dan peringatan (ayat 20-26). Tetapi penyusun leksionari membuatnya dalam satu kesatuan. Itu dimaksudkan untuk menyatakan bahwa Tuhan Yesus memiliki kuasa menyembuhkan penyakit tubuh dan juga jiwa.
Orang banyak dari berbagai daerah datang kepada-Nya untuk memohon kesembuhan. "Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan" (ayat 18). Iman mereka begitu kuat dan percaya "...berusaha menjamah Dia, maka ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (ayat 19). Iman memang dapat mengalahkan segalanya dan membuat terjadi sesuatu yang semula dikira mustahil.
Tetapi Tuhan Yesus tidak hanya bicara penyakit tubuh atau pengaruh roh jahat. Ia juga memulihkan penyakit kejiwaan yang menjerat orang ke dalam masalah dan membuat hilangnya kebahagiaan. Bahagia itu enak dan perlu. Bahagia tidak tergantung pada ada atau tidak adanya masalah. Bahagia tergantung pada keyakinan bahwa Tuhan dapat menyelesaikan masalah. Bahagia tidak tergantung pada keadaan di luar, tetapi pada kekuatan sikap kita dalam menghadapi segala hal.
Berbahagialah yang miskin, yang lapar, menangis, dibenci, ditolak dan dikucilkan terutama oleh karena pekerjaan Tuhan (band Mat. 5 Khotbah di Bukit). Perasaan nestapa itu semua akan hilang bila kita mengetahui bahwa Tuhan mengasihi dan menjaga kita. Itu memberikan kita sukacita karena ada jaminan kita akan dimuliakan, dipuaskan, dikasihi selama-lamanya oleh Tuhan yang telah menebus kita.
Tuhan Yesus juga memberi peringatan kepada mereka dan kita semua, dengan mengatakan: celakalah bagi mereka yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan, yang selalu kenyang, terlalu banyak tertawa dan menerima banyak pujian (ayat 24-26). Kita perlu waspada. Menggantungkan hidup pada hal-hal seperti itu adalah sesaat serta palsu. Sebab sesungguhnya kebahagiaan sejati terletak pada kedekatan hubungan kita dengan Bapa. Kedekatan hubungan dengan Bapa itulah yang menjaga agar tubuh dan jiwa kita sehat, menikmati perjalanan hidup ini dengan rasa penuh syukur, dan memegang janji teguh Bapa bahwa kelak kita akan menikmati upah besar dan kehidupan kekal bersama-Nya.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (3) Minggu 16 Februari 2025 - Minggu VI Setelah Epifani
Khotbah (3) Minggu 16 Februari 2025 - Minggu VI Setelah Epifani
JALAN ORANG BENAR (Mzm. 1)
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemoh (Mzm. 1:1a)
Firman Tuhan di Minggu VII Paskah ini diambil dari Mzm. 1 yang berisi 6 ayat. Judul perikopnya “Jalan orang benar dan jalan orang fasik”. Mazmur ini dibuka dengan tujuan kehidupan, yaitu berbahagia. Hidup bahagia itu pilihan, mengambil jalan benar atau jalan orang fasik. Sangat jelas dan kontras yang mesti dipilih.
Pilihan muncul dari kebiasaan dan prinsip hidup yang konsisten, serta kedekatan hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Tentu, jalan yang benar tidak selalu jalan bahagia, kadang melewati tantangan berbatu. Namun, jika berjalan bersama Tuhan, maka kebahagiaan selalu datang meruak merekah. Oleh karena itu, selalulah pegang prinsip pokok untuk tidak mengambil jalan orang fasik yang penuh kesengsaraan dan ujungnya penghakiman dan kebinasaan (ay. 5-6). Kebahagiaan tidak akan pernah diperoleh dari jalan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Mazmur ini mengajarkan untuk dapat berbahagia dan berada di jalan yang benar, perlu menyukai firman Tuhan dan rajin merenungkannya. Hidup memang perlu panduan, penuntun, dan Alkitab sudah sangat lengkap dan sempurna. Rambu-rambunya sungguh jelas. Memang jalannya tidak semua mudah, tetapi tidak perlu dirasakan berat. Belajar dan berlatihlah agar menjadikannya mudah. Ambil sarinya, intinya, seperti tentang kasih: Kasihilah Tuhanmu dan kasihilah sesamamu. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka (Mat. 7:12).
Jadi, sederhananya janganlah hidup dibuat rumit, apalagi merasa berat untuk melakukan firman-Nya. Mulailah dengan selalu berusaha berbuat kebaikan dan tidak berbuat hal yang orang fasik lakukan. Berusaha terus berjalan dalam kebenaran firman Tuhan, menjalankan prinsip mengasihi, dan tidak sesekali ingin menyakiti hati orang lain. Dengan begitu kita akan terus tegak berdiri, tidak tergoyahkan. “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil” (ayat 3). Haleluya.
Orang yang tidak kita sukai pasti ada; orang yang tidak suka pada kita juga pasti ada. Tetapi tidak perlu menjadikan mereka musuh, apalagi menghukumnya. Ciri orang fasik mudah dikenali, yakni tidak bisa diberi nasihat, maunya mementingkan diri sendiri, suka mencemoh, sombong, penuh dengki dan amarah, tamak, tidak menjadi teladan, dan berjalan tanpa aturan yang berkenan kepada Tuhan. Maka, hindarilah bergaul dengan mereka. Jauhi. "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1Kor. 15:33). Anggap saja sudah tidak ada urusan. Toh orang seperti itu tidak akan bertahan, karena mereka itu kosong, hampa, seperti sekam yang ditiupkan angin (ayat 4-5).
Hidup orang yang mengandalkan Tuhan dan berlandaskan firman-Nya akan selalu disayangi-Nya. Tuhan mengenal anak-anak-Nya yang rindu untuk dituntun dan ingin berbuah menjadi berkat (ayat 6a). Berkat tidak harus berupa materi, bisa dengan banyak senyum sukacita dan selalu rendah hati. Jika pun suatu saat tersandung, berdosa, pintu pengampunan terus terbuka bagi anak-anak-Nya. Tidak dibiarkannya kita binasa seperti orang fasik.
Maka melalui nas minggu ini, mari kita tegaskan pilihan: aku mau hidup di jalan orang benar. Aku mau memegang prinsip, hidup mesti dibuat berbahagia berjalan bersama Tuhan dan terus berbuah.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Khotbah (2) Minggu 16 Februari 2025 - Minggu VI Setelah Epifani
Khotbah (2) Minggu 16 Februari 2025 – Minggu VI Setelah Epifani
KUTUK DAN BERKAT (Yer. 17:5-10)
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yer. 17:7)
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu ini dari Yer. 17:5-10. Nas ini berbicara tentang kutuk dan berkat. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk” (ayat 5-6).
Sebaliknya ayat 7-8 menuliskan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Berkat dan kutuk merupakan dua hal gamblang yang sejak awal dipaparkan dalam Alkitab. Kejadian 1 ayat 22 dan 28 berbicara tentang berkat, tetapi kejadian 3 dan 4 telah berbicara tentang kutuk kepada ular dan manusia. Kedua kata ini memang memiliki kekuatan dan kuasa, menjadikan sesuatu baik atau buruk, tergantung latar belakang dan yang mengungkapkannya. Berkat dan kutuk kemudian dituliskan panjang lebar sebagai pilihan bagi bangsa Israel, agar selalu mendengarkan suara Tuhan dan setia (Ul. 28).
Allah mengasihi manusia dan tidak ingin manusia berjalan dalam hukuman dan kegelapan. Kebaikan selalu mendahului maksud Allah terhadap manusia. Oleh karena itu, Allah memberikan petunjuk, dan manusia diminta patuh; kepatuhan yang didasari kasih, bukan rasa takut. Ketidakpatuhan perlu disadari akan berakibat kutuk, yakni penghukuman berkaitan dengan dosa, perbuatan melawan dan ketidaktaatan kepada Allah (Bil. 5:21-27; Yes. 24:6; Yer. 29:18), bahkan dapat terikut ke keturunan selanjutnya (Kel. 20:5; 34:7; Bil. 14:18; Ul. 5:9).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutuk merupakan doa atau kata-kata yang dapat mengakibatkan kesusahan atau bencana kepada seseorang. Ini berarti manusia juga mempunyai “hak” untuk memberikan kutuk. Ada beberapa kisah dalam Alkitab yang membenarkan hal tersebut, khususnya dalam PL. Nabi Zakharia mengutuki para pencuri dan pesumpah palsu melalui gulungan kitab yang diterbangkan (Za. 5:1-3). Goliat mengutuki Daud (1Sam. 17:43). Tetapi semua itu merupakan kedaulatan Allah, yang akan adil melihat latar belakang semuanya (Pkh. 8:9-13). Tanpa perkenaan Tuhan, tidak ada kuasa yang dapat menurunkan kutuk kepada umat-Nya. Ketika iman berada dalam Yesus Kristus, kita telah menjadi ciptaan baru (2Kor. 5:17), yang menghilangkan penghukuman dan kutuk masa lalu (Rm. 8:1)
Namun bagian terakhir nas minggu ini, mengingatkan kita tentang “betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu. Tetapi Tuhan yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan hasil perbuatannya (ay. 9-10). Oleh karena itu, mari kita menjaga hati dari godaan ego pikiran dan iblis si jahat, hidup seturut dengan firman-Nya, dan berusaha menyenangkan hati-Nya. Selalu ingat hukum tabur tuai (Gal. 6:7-9; 2Kor. 5:9-10). Perjanjian Baru mengajarkan kita untuk tidak mengutuk, melainkan menjadi berkat. Allah Mahaadil yang memberi penghukuman. Tetaplah taat dan percaya, mengandalkan dan menaruh harapan pada TUHAN, sehingga kita dan anak-cucu kita hidup dalam berkat dan bukan dalam kutuk.
Selamat beribadah dan selamat melayani.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Kabar dari Bukit, Minggu 9 Februari 2025
Kabar dari Bukit
KESIA-SIAN DALAM HIDUP (1Koe. 15:1-11)
”Tetapi karena anugerah Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan anugerah yang diberikan-Nya kepadaku tidak sia-sia” (1Kor. 15:10a)
Raja Salomo berkuasa, kaya, mempunyai 1.000 istri dan selir, namun merasa hidupnya sia-sia, tidak memberi kebahagiaan sejati. Dalam kitab Pengkhotbah yang ditulisnya: "Kesia-siaan belaka..., kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.... Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin" (Pkh. 1:2, 14). Apakah kita juga menjalani hidup yang sia-sia?
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah 1Kor. 15:1-11; nas tentang kebangkitan Kristus dan konsekuensinya bagi kita orang percaya. Kita tahu bahwa Yesus hidup-Nya singkat, mati kemudian bangkit, dan naik ke sorga (ay. 3-8). Lantas Roh Kudus dicurahkan sebagai Penolong, Penghibur, Pembaru, Pemimpin kita ke dalam kebenaran (Yoh. 16:13), dan sebagai meterai/jaminan (Ef. 1:13-14).
Roh Kudus memberi kita talenta, karunia rohani. Alkitab menjelaskan ada 18 karunia rohani berbagai ragam dengan tiga katagori kemampuan: melalui mulut/berbicara, membuat tanda-tanda kuasa Allah, dan melayani melalui tangan dan hati. Setiap orang tentunya tidak mendapatkan semua, namun pasti memiliki beberapa karunia tersebut; sebab Tuhan mengenal kita, memberi sesuai keunikan, kapasitas dan rencana-Nya. Rasul Paulus yang hidupnya penuh dosa, penganiaya Jemaat Allah, ternyata diselamatkan, diberi kasih karunia Allah dan ia membuatnya tidak sia-sia (ay. 9-10).
Jika kita melihat nas ini lebih dalam, maka kunci agar tidak menjalani hidup sia-sia adalah dengan pengenalan diri, seperti ditulikannya: “sebagaimana aku ada sekarang” (ay. 10). Ia mengenali dan menyadari dirinya, alasan keberadaannya (raison d'etre, reason for being). Kita juga perlu menyadari bahwa Allah memberi kita hidup, memberi talenta dan karunia rohani, tentunya Allah memiliki rencana dalam hidup kita.
Setelah pengenalan diri, kita juga perlu mengenal Injil dengan baik. “Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan kepadamu --kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya” (ay. 2). Ini senada dengan yang dituliskan, “Andai kata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (ay. 14).
Dalam menggunakan karunia rohani, tidak semua berjalan mulus, langsung berhasil dan berbuah bagus; kadang melalui jalan terjal dan kegagalan sebelum keberhasilan. Semua itu mestinya tetap diterima dengan rasa syukur, bukan kekecewaan, sebab kesempatan masih ada dan Allah akan menyempurnakan-Nya (Flp. 1:6). Namun iblis menggunakan cara jahat yang berasal dari Dewa Dis, menambahkan kata-kata dis di depan kata, seperti dissatisfaction (tidak puas dari satisfy = puas), disqualification (tidak mampu), disadvantage (tidak beruntung), disbelief, discourage dan sebagainya.
Rasul Paulus mewujudkan rasa syukurnya dengan bekerja lebih keras (ay. 10-11), agar kita percaya dan meneladani dirinya. Dengan pengenalan diri, sadar akan pemberian karunia rohani, dan pemahaman Injil Kristus, ini mendorong kita menjaga motivasi dan semangat ke tujuan hidup sesuai rencana-Nya. Mari kita periksa karunia yang diberikan Tuhan, pergunakan dengan baik dan bijaksana, agar hidup tidak sia-sia, sebab kita harus mempertanggungjawabkan pemakaiannya sesuai perumpamaan talenta yang diberikan Tuhan (Mat. 25:14-30). Bila mengabaikannya, pesan-Nya sangat jelas: “Tentang hamba yang tidak berguna itu, campakkanlah dia ke dalam kegelapan di luar. Di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi” (Mat. 25:30). Ampun...!
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.
Berita Terbaru
Khotbah
-
Khotbah Minggu X Setelah Pentakosta - 17 Agustus 2025Khotbah Minggu 17 Agustus 2025 – Minggu X Setelah Pentakosta MEMBACA...Read More...
-
Khotbah (2) Minggu X Setelah Pentakosta - 17 Agustus 2025Khotbah (2) Minggu 17 Agustus 2025 – Minggu X Setelah Pentakosta IMAN...Read More...
-
Khotbah (3) Minggu X Setelah Pentakosta - 17 Agustus 2025Khotbah (3) Minggu 17 Agustus 2025 – Minggu X Setelah Pentakosta KEBUN...Read More...
- 1
- 2
- 3
- 4
Renungan
-
Khotbah Utube Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1Membalas Kebaikan Tuhan Bagian 1 Khotbah di RPK https://www.youtube.com/watch?v=WDjALZ3h3Wg Radio...Read More...
-
Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015Khotbah Tahun Baru 1 Januari 2015 Badan Pengurus Sinode Gereja Kristen...Read More...
-
Khotbah Minggu 19 Oktober 2014Khotbah Minggu 19 Oktober 2014 Minggu XIX Setelah Pentakosta INJIL...Read More...
- 1
Pengunjung Online
We have 60 guests and no members online