Saturday, May 03, 2025

2025

Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus

Khotbah (2) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus

 

 TUMPANG TANGAN (Kis. 8:14-17)

 

 

Minggu I setelah Epifani adalah Minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus. Firman Tuhan yang menjadi renungan kita diambil dari Kis 8:14-17. Nas ini berbicara tentang kisah tanah Samaria yang telah menerima firman Allah, tetapi Roh Kudus belum turun di atas seorang pun di antara mereka. Padahal, dua rasul yakni Petrus dan Yohanes telah berdoa bagi mereka supaya orang-orang Samaria itu beroleh Roh Kudus. Mereka bahkan sudah dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kedua rasul menumpangkan tangan di atas orang-orang Samaria, lalu mereka menerima Roh Kudus (ayat 14-17).

 

 

 

Mungkin muncul pertanyaan, mengapa harus ada tumpang tangan? Apakah dengan doa saja tidak cukup untuk mendapatkan kuasa sehingga Roh Kudus berdiam dan bekerja pada seseorang?

 

 

 

Tumpang tangan sudah berlaku sejak zaman PL. Itu dilakukan oleh para imam dalam pelbagai upacara khususnya untuk berdoa (1Raj. 8:54), dan memohon berkat Tuhan (Im. 9:22; Luk. 24:50). Tetapi orang tua terhadap anaknya juga sering tumpang tangan, seperti ketika Yakub memberkati anak-cucunya (Kej. 48:8-20). Tuhan Yesus juga melakukan penumpangan tangan ketika memberkati anak-anak yang dibawa kepada-Nya (Mrk. 10:16; Mat. 19:13-15) dan kepada orang sakit (Mrk. 5:23; Mat. 9:18; Luk. 4:40).

 

 

 

Kita juga sering melihat penumpangan tangan dalam peneguhan panitia dan pejabat gerejawi. Ini sama dengan Musa yang menumpangkan tangannya saat Yosua diteguhkan sebagai penggantinya (Bil. 27:18-23; Ul. 34:9, band. 2Tim. 1:6).

 

 

 

Maka terlihat bahwa fungsi dan makna penumpangan tangan sangat penting sejak dahulu, dan merupakan simbol adanya kuasa dan berkat rohani yang turun dari Allah kepada orang yang ditumpang tangan (band. Mrk. 5:30).

 

 

 

Tujuan dari semua itu yakni Roh Kudus berdiam dan bekerja dalam diri orang tersebut. Maka kita yang sudah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus oleh hamba Tuhan, perlu mengingat dan memahaminya dengan baik. Tidak ada yang dapat memindahkan atau menghalau kuasa yang telah diberikan. Terlebih bagi para pengerja gereja atau organisasi yang menyatakan dirinya Kristiani dan melakukan tumpang tangan, maka buah-buah karya Roh Kudus harus terlihat dalam kehidupan sehari-hari yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal. 5:22-23). Bila itu tidak terlihat maka kuasa Roh Kudus yang diberikan melalui tumpang tangan menjadi sia-sia.

 

 

Orang yang hidup oleh Roh Kudus mestinya tidak suam-suam kuku; tidak terlihat semangat dan kuasa yang bekerja dalam dirinya. Ini teguran kepada orang-orang Kristen di Laodikia yang tidak panas dan tidak dingin (Why. 3:14-22). Mereka tidak menjadi sumber berkat dan kesegaran bagi orang lain; tidak menjadi pendorong semangat, sukacita, dan pengharapan bagi sesama. Allah sangat tidak menyukainya. Maka tetaplah bersemangat dan terus berbuah, sebab Roh Allah berdiam dan bekerja dalam diri kita.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Pembaptisan Tuhan Yesus

Khotbah (3) Minggu 12 Januari 2025 - Minggu I Setelah Epifani & Peringatan Pembaptisan Tuhan Yesus

 

 BERHARGA DAN MULIA (Yes. 43:1-7)

 

 “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku… Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yes. 43:1b, 4)

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita hari ini, di Minggu I setelah Epifani dan sekaligus minggu peringatan pembaptisan Tuhan Yesus, diambil dari Yes. 43:1-7. Judul perikopnya: Allah adalah satu-satunya penebus. Sebuah pesan yang kuat dan indah di awal tahun, bagi kita saat memasuki tahun yang baru ini; tahun yang masih penuh dengan ketidakpastian, baik pandeminya maupun pulihnya ekonomi yang telah menyusahkan banyak orang.

 

 

 

Nas minggu ini bercerita tentang kelepasan bangsa Israel dari pembuangan di Babel. Sungguh berat penderitaan mereka setelah runtuhnya Kerajaan Israel dan Yehuda. Mereka dibuang ke negeri lain. Bait Suci Allah telah dirobohkan. Situasi yang membuat putus asa. Tetapi, Allah mempunyai rencana dan bekerja atas semua itu. Bangsa Israel sebelumnya telah diingatkan oleh nabi-nabi untuk kembali ke jalan Allah, jangan melenceng menjauh. Tetapi, yang terjadi adalah sebaliknya sehingga hukuman pembuangan pun terjadi.

 

 

 

Segelap dan seterjal apa pun jalan di depan, hidup harus dijalani dan lebih bagus jika banyak diisi dengan berita pengharapan. Oleh karena itu, misalnya, pada saat puncak pandemi yang lalu, disarankan agar tidak terlalu sering memposting atau membaca kisah-kisah dan bahaya yang terdampak Covid. Itu sama saja dengan sering menonton film horror, pikiran akan penuh dengan hantu ketakutan yang membuat diri sendiri tidak nyaman. Dalam menghadapi pandemi, ikuti saja prinsip utamanya yakni taat prokes 5M, ditambah menjaga makanan sehat dan vitamin. Jadi tidak harus mengurung diri di rumah.

 

 

 

Untuk dapat bersikap positif dalam situasi yang buruk, kunci utamanya adalah jangan merasa sendirian menghadapinya. Hidup tidak selalu bisa dikalkulasi dengan pikiran. Itulah gunanya hidup dalam iman. Iman bekerja dengan hati. Ada jalan dan kuasa yang tidak masuk dalam pikiran, yang bekerja sehingga situasi buruk berubah menjadi sebaliknya. Dalam peristiwa pembuangan bangsa Israel, Allah bekerja yang membuat situasi membalik, menggerakkan Raja Koresh dan memberi izin mereka pulang dan membangun kembali bait yang telah runtuh (2Taw. 36:22).

 

 

 

Menjalani tahun 2022 yang baru ini kita pun demikian. Firman-Nya menjanjikan semua akan baik-baik saja. “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau” (ay. 2).  Kini kepada kita yang telah ditebus-Nya, seberapa berharga kita menilai hidup kita di tengah situasi yang Allah berikan? Janganlah ragu dan takut membuat tantangan di 2023, tahun ini dengan menyatakan resolusi impian. Susunlah keinginan hidup yang berarti bagi keluarga, Tuhan dan sesama. Pasti ada banyak peluang dan kesempatan. Jadi semua kembali kepada kita, ingin kehidupan seperti apa yang kita akan jalani.

 

 

 

Pesan utama nas minggu ini, kasih Allah selalu mengalahkan segalanya. Kadang perlu melewati badai, dihukum, tetapi hati-Nya tetap berbalik berlimpah kasih. Sama seperti anak kita yang “tidak taat”, kadang harus "menghukumnya". Tetapi ketika mereka memperlihatkan penyesalan dan kesedihan hati, hati kita orangtua berbalik. Allah Bapa kita telah menyatakan kita berharga di mata-Nya dan mulia, mari kita respon kasih-Nya itu dengan menilai diri kita sungguh berharga, dan siap melakukan kehendak-Nya; maka berkat-berkat pun mengalir ke semua sisi kehidupan (ay. 5-7).

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

Khotbah Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

 

TERANG YANG BERCAHAYA (Yoh. 1:1-9)

 

 “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (ayat 4-5).

 

 

 

Minggu ketiga adven hari ini bagaikan jembatan yang menghubungkan situasi peringatan tentang datangnya akhir zaman yang maha dahsyat, menuju situasi sukacita pengharapan akan datangnya cahaya baru peristiwa 2000 tahun lalu di kota mungil Betlehem.

 

 

 

Firman Tuhan yang menjadi rujukan renungan kita hari minggu ini, Yoh. 1:1-9, berbicara tentang kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus Sang Terang. Manusia membutuhkan terang yang secara umum tidak suka pada kegelapan. Allah pun, menciptakan terang di hari pertama (Kej. 1:3). Dengan terang, manusia merasa lebih aman dan nyaman. Terang membimbing seseorang terhindar dari kejatuhan, terperosok dalam, bahkan dapat menyelamatkan dari kematian.

 

 

 

Kehidupan rohani manusia juga memerlukan terang. Jiwa yang penuh terang akan berisi sukacita, dan jiwa yang gelap akan berisi kekuatiran dan ketakutan. Dan jelas, terang Ilahi akan melampaui terang dari hikmat pengetahuan dunia. Yesus memberi terang Ilahi pada manusia. Pribadi dan hidup-Nya membebaskan manusia dari kegelapan. Tidak hanya di dunia ini, tetapi juga dasar bekal bagi hidup yang kekal. Tuhan Yesus adalah terang sejati. Manusia dengan Terang Yesus, membuat hidup lebih bermakna sesuai dengan kehendak Bapa.

 

 

 

Natal mengingatkan kita akan kehadiran Terang ke dalam dunia. Menyongsong natal berarti menyambut Sang Terang. Dia adalah Firman yang mencerahkan dan sumber segala inspirasi. Dia adalah Firman hidup yang memberi Roh penuntun. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:4).

 

 

 

Peringatan akan lahirnya Juruselamat merupakan sukacita bagi kita bersama. Sukacita di dalam hati, bukan hanya tanggapan bersifat alamiah, tetapi juga bersifat adikodrati sebagai akibat tindakan penebusan Allah yang terjadi di dalam hidup kita. Namun, kita tidak sekedar bersukacita atas kedatanganNya, karena kita juga dipanggil untuk menyiarkan Dia, sehingga orang lain pun memiliki Terang itu dan hidup mereka juga penuh dengan sukacita.

 

 

 

Tetapi kadangkala, itu tidak mudah bagi mereka yang sedang dalam kegelapan dosa, atau situasi kemiskinan yang membuat hidup menjadi perih. Bagi yang dalam kegelapan dosa, membuat rasa takut menjadi tampak nyata dan terbuka, tanpa mengetahui ada perdamaian dan pengampunan. Ini perlu usaha ekstra. Bagi yang dalam kemiskinan, khususnya di wilayah Kristiani lainnya yang masih rata-rata di atas 10% penduduk miskinnya, usaha lebih ekstra lagi. Perlu tindakan nyata. Bawalah dan siarkan Terang itu.

 

 

 

Mari membawa Kristus kepada mereka, melepaskan ikatan dosanya dan membebaskan kemiskinan yang tanpa pengharapan, dan menjadikan Terang memimpin hidup mereka. Seperti dikatakan dalam nas hari ini oleh Yohanes Pembaptis: ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Kitab Filipi menyampaikan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat (Flp. 4:5). Maranata.

 

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Kabar dari Bukit, Minggu 5 Januari 2025

Kabar dari Bukit

 

 KEKAYAAN DI DALAM YESUS (Ef. 1:3-14)

 

 ”Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef. 1:14)

 

 

 

Semua orang ingin hidup dalam kekayaan, termasuk materi. Memang ada ungkapan: uang bukanlah segala-galanya, tapi tanpa uang, akan susah segala-galanya. Namun uang/harta tidak dapat membeli keselamatan, kedamaian dan kebahagiaan sejati; bahkan akan menyirami "cinta uang akar segala kejahatan" dan berujung maut (1Tim. 6:10; Rm. 6:23a).

 

 

 

Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Ef. 1:3-14; sebuah pujian syukur yang dalam bahasa aslinya (Yunani) berupa puisi kalimat panjang, tanpa koma. Judul perikopnya: Kekayaan orang-orang yang terpilih. Ada enam kekayaan besar yang diterima dari Allah Bapa, bila kita "Di dalam Dia", Yesus Kristus.

 

 

 

Kekayaan pertama, "Di dalam Dia" kita telah dipilih sebagai milik-Nya; mengenal diri sendiri. Yesus berkata: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Juga tertulis, iman adalah pemberian, karunia rohani, bukan atas dasar pikiran dan kehebatan manusia (1Kor. 12:9; Rm. 12:3). Tentang kita dipilih sebelum dunia dijadikan (predestinasi), memang masih misteri, sebab konsep ini bisa bersifat pribadi, kelompok atau bangsa, misalnya, bangsa Israel; dan semua kelak akan dibukakan. Dipilih tentunya untuk dikhususkan, kudus, dan tak bercacat di hadapan-Nya (ay. 4-5).

 

 

 

Kedua, "Di dalam Dia" kita ditentukan dari semula untuk menjadi anak-anak-Nya (ay. 6). Firman-Nya menyatakan, "semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya" (Yoh. 1:12). Menjadi anak-anak Allah dilakukan dengan prinsip adopsi, diambil dan diangkat sebagai manusia baru di dalam Yesus Kristus.

 

 

 

Kekayaan ketiga, "Di dalam Dia" dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa (ay. 7; 1Pet. 1:18-19). Penegasan lain, "Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus,.. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita" (1Kor. 1:30). "Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus" (Ibr. 10:10).

 

 

 

Keempat, "Di dalam Dia" kita masuk persiapan dalam kegenapan yaitu dipersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi (ay. 10). Di bumi kita dipersatukan dalam gereja-Nya dan di sorga kita dipersatukan dalam persekutuan yang Am/universal dengan Kristus sebagai Kepala (Luk. 13:29; Why. 19:6-9).

 

Kelima, "Di dalam Dia" kita "mendapat bagian yang dijanjikan – yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah..., menurut keputusan kehendak-Nya" (ay. 11-12). Artinya, kita tidak dapat menuntut upah atau pahala, sebab semua adalah anugerah, bukan hasil usaha kita (Ef. 2:8-9).

 

 

 

Terakhir, "Di dalam Dia" kita diperlengkapi dan dikuatkan dengan Alkitab firman kebenaran - yaitu Injil keselamatan, yang menuntun kita menjalani kehidupan (ay. 13; 2Tim. 3:16). Selanjutnya kita dimeteraikan dengan Roh Kudus, Roh Allah yang hidup menyertai kita. Dengan setia membaca firman-Nya dan teguh percaya, maka Roh Kudus menjadi jaminannya (ay. 14).

 

 

Oleh karena itu Alkitab berkata, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi, ngengat dan karat merusakkannya" dan "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat. 6:19, 33). Semoga di tahun yang baru ini kita lebih kaya di dalam Dia.

 Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

Khotbah (2) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

Khotbah (2) Minggu 5 Januari 2025 - Minggu II Setelah Natal

 

 SPESIAL DI HADAPAN ALLAH (Mzm. 147:12-20)

 

 “Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal. Haleluya! (Mzm. 147:20)”

 

 

 

 

 

Firman Tuhan di Minggu kedua setelah Natal atau Minggu pertama di tahun baru, diambil dari Mzm. 147:12-20. Judul perikopnya: Kekuasaan dan kemurahan Tuhan. Ayat 1-11 sebelumnya menekankan kekuasaan dan kemurahan Tuhan, dengan karya-Nya yang besar dan ajaib bagi umat-Nya Israel. Tuhan baik dengan memulihkan mereka dari pembuangan di Babel, menyembuhkan yang patah hati, dan membalut luka-luka mereka (ayat 1-3). Kebaikan tersebut meneguhkan pengakuan Allah Mahakuasa, yang menciptakan bintang-bintang dan membuat awan-awan penutup langit. Ia membuat gunung-gunung dan menumbuhkan rumput (ayat 4, 8). Maka untuk itu Allah sungguh layak dimegahkan, disembah, serta dinaikkan puji-pujian bagi-Nya (ayat, 6-7).

 

 

 

Kita pun sebagai jemaat Israel baru, pengikut Kristus, tentu sudah merasakan kuasa dan kemurahan Tuhan sepanjang tahun lalu. Kita merayakan Yesus Kristus yang turun ke dunia, menebus dosa-dosa manusia, dan menjadikan Ia sebagai Juruselamat dan Raja yang memerintah hidup sehari-hari. Kita dapat menghitung hari-hari kemurahan Tuhan, membuat daftar besarnya, termasuk kemurahan-Nya, sehingga kita sehat selamat masuk ke tahun yang baru ini.

 

 

 

Tetapi, mungkin ada yang tidak dapat merasakan kebaikan Tuhan selama tahun lalu, atau sebelumnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Pertama, kita perlu menyadari bahwa kebaikan Tuhan tidak tergantung kepada keadaan kita atau seseorang. Dia Allah yang Mahabaik; itu karakter Allah. Tidak ada yang dapat mengubah itu. Mungkin kita merasa sudah meminta, bahkan mengklaim memintanya dengan iman, namun belum ada jawaban. Tentu hal yang perlu ditanyakan adalah: apakah kita memintanya dengan motivasi yang baik? Allah tidak mungkin memberikan ular jika anak-anak-Nya meminta ikan (Mat. 7:9-10, Flp 4:19).

 

 

 

Nah, kalau kita merasa Allah belum baik (kepada kita), justru pertanyaannya: Mengapa? Mazmur minggu ini mengajarkan: Pertama, kita belum sungguh-sungguh menjalankan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kurang taat, itu istilah tepatnya. Jika kita merasa Allah berkuasa memberikan yang kita minta, maka taatlah pada aturan dan perintah-Nya. Bersekutu tiap pagi, berserah dalam menjalani kehidupan, produktif dan bekerja dengan baik, dan berbuah bagi sesama. “Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan-ketetapan-Nya dan hukum-hukum-Nya kepada Israel,” kata Mazmur ini dalam ayat 19.

 

 

 

Kedua, kita mungkin tidak mensyukuri pemberian Allah yang sudah ada. Istilahnya, sering kurang puas. Allah Mahatahu akan kebutuhan dan keperluan kita. Tidak pernah ada yang mati karena kelaparan di negeri ini. Maka bila ada yang ingin ditambahkan, berusahalah dalam jalan Tuhan untuk meraihnya. Membuat rencana itu mutlak, sebab Allah lebih senang melihat rencana yang kita buat dan diberkati-Nya (Luk. 14:28; Yak. 4:15). Mintalah, maka akan diberikan kepadamu.... (Mat. 7:7). Tetapi janganlah meminta hanya kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu (Yak. 4:3).

 

 

 

Kita juga harus belajar bersyukur, meski ada pergumulan dan ujian iman yang datang menerpa. Sepanjang itu bukan karena kebodohan atau hilangnya hikmat, maka Tuhan pasti memberikan jalan keluarnya (1Kor. 10:13; Flp 4:13). Tetaplah semangat dan bersyukur. Tuhan menginginkan kita bertumbuh dalam keyakinan akan penyertaan-Nya, dan semua itu terjadi jika ada penghayatan firman yang dalam dan benar (lih. Rm 8:28). Ketahui firman-Nya dan refleksikan dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan semakin mengenal Allah yang Mahabaik itu. Jadi, jangan hanya manis di mulut saja (Mat. 2:1-12).

 

 

 

Allah berkuasa dengan karakter Mahabaik-Nya, maka tidak sulit merasakan kita telah diberkati. “Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik” kata ayat 14. Ia menyampaikan perintah-Nya, firman-Nya, maka semua terjadi, bahkan membalikkan (ayat 15, 18).

 

 

 

Merasa diri hebat bahwa kita tidak membutuhkan Allah, sebab pintu-pintu gerbang berkat telah ada, itu sikap yang salah. Matthew Henry mengatakan, “palang pintu” tetap Allah yang pegang (ayat 13). Palang itu bisa menutup semua, kemudian orang congkak menjadi sengsara. “Allah senang kepada orang-orang yang takut akan Dia,” kata nas di ayat 11.

 

 

 

Poin penting dalam nas Mazmur minggu ini adalah: jadikan diri kita spesial, istimewa di hadapan Allah. Jangan merasa kita seperti “orang kebanyakan”, biasa-biasa saja. Kita merupakan pilihan Allah dalam bagian rencana-Nya. Membuat “perjanjian dengan Allah” menjadikan kita spesial, dan Allah akan menyertai dengan janji tersebut (ayat 19). Dan ayat 20 nas mengatakan, “Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.” Jadikan resolusi kita di tahun yang baru ini: aku istimewa di hadapan Tuhanku. Haleluya!

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 58 guests and no members online

Statistik Pengunjung

005089
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
5089
0
5089
0
22446
0
5089

IP Anda: 172.71.81.171
2025-05-03 16:15

Login Form