Monday, June 23, 2025

Khotbah (3) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025

Khotbah (3) Minggu Ketiga Setelah Pentakosta - 29 Juni 2025

 

 KEMERDEKAAN KRISTEN (Gal. 5:1, 13-25)

 

 

Firman Tuhan bagi kita pada Minggu IV setelah Pentakosta ini diambil dari Gal. 5:1, 13-25. Nas ini berbicara tentang kemerdekaan Kristen. Nas sebelumnya, pada Minggu III setelah Pentakosta menekankan, dengan Taurat manusia mengenal dosa dan di mana ada Taurat di situ ada dosa. Setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa. Hukum Taurat mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, dan menjadi belenggu yang mengikat. Manusia tidak mungkin bisa menjalankan hukum Taurat yang dibuat menjadi rumit oleh para pemimpin Yahudi.

 

Tetapi kini orang Kristen adalah orang merdeka. Kita telah dipanggil untuk merdeka tetapi diingatkan, janganlah mempergunakan kemerdekaan itu untuk kesenangan diri sendiri. Kebebasan dari ritual-ritual keagamaan Yahudi jangan dipakai untuk kesenangan pribadi. Justru kebebasan itu harus dipakai untuk membangun iman sesama, melayani seorang akan yang lain dengan kasih. Seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (ayat 13-14, Rm. 13:9). Artinya, kita dimerdekakan dari perbudakan dosa dan dari kutuk hukum Taurat supaya hidup dalam kasih dan mempraktikkan kasih dengan melayani kepada sesama. Inilah kebenarannya, dan kebenaran yang memerdekakan orang percaya (Yoh. 8:32, 36).

 

 

 

Mungkin itu tidak mudah. Tetapi nas pada Minggu IV setelah Pentakosta ini memberikan arahan jelas, yakni "hiduplah oleh Roh." Dengan hidup yang dipimpin Roh Kudus, maka kita tidak akan menuruti keinginan daging, sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan (ayat 16-17). Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (ayat 25). Apakah bisa? Bisa, kalau kita katakan bisa. Tidak bisa, jika kita katakan tidak bisa. Jadi semua kembali kepada diri kita masing-masing.

 

 

Mereka yang hidup dalam daging berarti masih mengikuti hawa nafsu, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, penyembahan berhala (dunia), perseteruan, perselisihan, kedengkian, kemabukan dan sejenisnya (ayat 19-21a). Maka mereka yang masih melakukannya, tidak layak mengklaim telah mendapat anugerah keselamatan dan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (ayat 21b).

 

 

Hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh, tentu akan berbuah baik. Ayat 22 dan 23 menuliskan buah-buah Roh, yakni: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Buah Roh tersebut tampak, ada yang bersifat ke dalam diri kita, bersifat ke luar berupa pelayanan, dan ada yang bersifat kontrol. Jadi untuk mengukur diri kita apakah sudah merdeka dalam kebenaran Kristus dan hidup dipimpin oleh Roh Kudus, mari kita periksa kesembilan buah itu dalam diri kita, dan teruslah berusaha diperbarui, semakin hari semakin lebih baik. Itu tuntutan Kristiani. Tidak ada yang sempurna, tetapi kita terus menuju kesempurnaan.

 

Selamat beribadah dan selamat melayani.

 

Tuhan Yesus memberkati, amin.

 

Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.

 

 

Khotbah

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4

Renungan

Pengunjung Online

We have 25 guests and no members online

Statistik Pengunjung

12353220
Hari Ini
Kemarin
Minggu Ini
Minggu Lalu
Bulan Ini
Bulan Lalu
Keseluruhan
3260
4287
7547
12317838
100326
177003
12353220

IP Anda: 216.73.216.128
2025-06-23 17:01

Login Form