Kabar dari Bukit
MENGIKIS KEBEBALAN MANUSIA (Mzm. 14:1-7)
”Tuhan memandang ke bawah dari surga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah” (Mzm. 14:2)
Ada perbedaan bebal dengan bodoh. Bebal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sukar mengerti; tidak cepat menanggapi sesuatu (tidak tajam pikiran); bodoh. Tetapi “bodoh” lebih merujuk pada kurang tahu, kurang pengetahuan, atau kurang cerdas, sementara bebal lebih merujuk pada hati dan sikap yang menolak pengetahuan, kebijaksanaan dan nasihat; mirip keras kepala, tegar tengkuk. Alkitab menuliskan, “kefasikan itu kebodohan dan kebebalan itu kegilaan” (Pkh. 7:25).
Firman Tuhan bagi kita di hari Minggu yang berbahagia ini adalah Mzm. 14, ada tujuh ayat. Judul perikopnya: Kebebalan manusia. Raja Daud membukanya dengan mengatakan, orang bebal berkata dalam hatinya, ”Tidak ada Allah” (ay. 1a). Biasanya yang berkata demikian sudah terkungkung dalam dosa, termasuk kesombongan diri. Bagi mereka ini akan “ditimpa kegentaran, sebab Allah menyertai angkatan yang benar” (ay. 5).
Selanjutnya disebutkan mereka telah menyeleweng, bejat, busuk, dan keji perbuatannya (ay. 1b, 3a). Menurut Matthew Henry dalam buku tafsir Mazmur, ada empat kejahatan yang mereka lakukan. Pertama, mereka merancang, menjalankan sikap bebal tersebut dan mendapatkan kesenangan dengannya. Tidak berakal budi dan tidak mencari Allah (ay. 2b). Kedua, bersifat rakus “memakan habis umat-Ku seperti memakan roti” (ay. 4). Ini bagaikan saudara-saudara Yusuf yang melemparkan dia ke sumur, lantas duduk makan (Kej. 37:24-25). Mereka tidak peduli perasaan dan penderitaan orang lain. Ketiga, tidak berseru kepada Tuhan. Ditambahkannya, kebaikan apa yang dapat diharapkan dari orang-orang yang hidup tanpa doa? Keempat, mereka mengolok-olok orang yang tertindas (ay. 6).
Kebebalan manusia dengan berkata tidak ada Allah, datang dari sikap atheis (tidak percaya adanya Allah). Tetapi dapat juga bersifat agnostik yakni berpikiran Allah tidak dapat dimengerti dan didekati, serta tidak berhubungan dengan keseharian kehidupan. Ini mirip dengan panteisme, yang berpikir alam semesta sendiri adalah allah dan hukum alam yang berkuasa. Umumnya mereka ini mentuhankan perbuatan baik atau humanisme, tidak perlu kasih karunia Allah.
Tetapi ada juga yang menggeser tuhannya kepada pikiran dan dunia, seperti materialisme dan kepraktisan. Alkitab mengingatkan, mereka ini adalah orang-orang yang “mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan tidak taat dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik (Tit. 1:16). Ini juga berbahaya, memberi contoh buruk bagi orang lain.
Di sekeliling kita pasti ada orang yang bebal. Maka sikap kita perlu bijak. Ada beberapa langkah mengikis kebebalan mereka.
Pertama, hadapilah dengan sabar dan berempati, yakni membayangkan dirinya seperti diri kita;
Kedua, rendah hati, dengarkan penjelasannya dan carilah alasannya. Jangan cepat menyerang, menghakimi, sebab mereka akan bertahan dan bahkan menolak;
Ketiga, berilah contoh yang baik, sadarkanlah.
Perlu hati-hati menghadapi orang bebal. Jangan sampai terlibat dalam perdebatan yang melelahkan, tidak membangun. Kendalikan diri kita sesuai tujuan mengubahnya. Tentukan batasan agar tidak berlarut-larut, apalagi sampai membuat kita malah frustasi, stres, dan hubungan pribadi rusak. Selain berdoa bagi mereka, kita juga bisa mencari dukungan dan menyerahkannya kepada pihak yang lebih berpengaruh termasuk ke majelis jemaat (bdk. Mat. 18:15-17).
Tetapi yang utama, sebagai murid Kristus janganlah bersikap EGP: Emang gua pikirin? Keselamatan dan pemulihan datang dari Tuhan (ay. 7).
Selamat hari Minggu dan selamat beribadah.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
Pdt. (Em.) Ir. Ramles Manampang Silalahi, D.Min.